Sabtu, 21 Juli 2018

MENJADI BAN SEREP



Ban serep atau ban cadangan menjadi solusi saat kendaraan mengalami masalah ban bocor atau kempis di jalan. Walau menggunakan embel-embel cadangan, ban serep adalah piranti yang harus ada pada kendaraan. Bila sewaktu-waktu ada masalah dengan ban yang sedang dipakai, maka ban serep menjadi solusi yang dapat menyelamatkan kendaraan berserta penumpangnya. Betapa berartinya ban serep. Ban serep itu ibarat nyawa cadangan bagi pemilik kendaraan beserta para penumpangnya.

Apa hubungannya tulisan saya dengan pengertian ban serep di atas?

Tahun pelajaran 2018-2019 ini, saya meminta kepada Yayasan dan Kepala Sekolah agar saya tidak dijadikan wali kelas. Tiga tahun lagi menjelang pensiun membuat saya ingin melihat semua perjalanan karya saya sebagai pendidik lebih objektif. Terlebih setelah akhir pelajaran tahun lalu ada ‘goro-goro’ yang membuat saya memutuskan untuk perlahan mundur dulu dan melihat dari kejauhan apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi.

Tampaknya ini menjadi terdengar bijaksana. Namun bukan kebijaksanaan yang saya cari. Saya hanya ingin menguji diri saya untuk memulai melepas beberapa hal yang menjadi peran saya selama ini. Barangkali menjadi subjektif ketika saya memutuskan untuk melakukan ini. Ya betul saya akui. Namun, hal yang bersifat subjektif pun berhak seseorang lakukan karena kita memang subjek.

Dari tindakan yang subjektif ini saya berharap justru untuk melihat segala sesuatu lebih objektif, lebih terang, jernih, dan tak bercampur dengan ketergesaan dan kelelahan secara fisik maupun psychis.

Kecemasan dan kekuatiran terasa lebih besar kala akan memasuki tahun ajaran ini. Juga kegamangan dan sedikit kurangnya harapan mewarnai kala hari menjelang masuk sekolah tiba.

Namun, segala hal yang negative saya tepis dengan tentu saja sebuah senjata sakti saya : doa. Muncul keyakinan bahwa ada pelangi di balik rintik hujan.

Tiba di sekolah bertemu si A, B, C dll. Semua berseru: Halo, Teh Nung! Mereka memeluk, mencium, menautkan tangan dalam bentuk salaman, dan juga jalinan tangan persahabatan. Sungguh terasa manis dan hangat di hati.

Seminggu berlalu waktu dari awal tahun pelajaran ini. Semua seru dan menderu dalam irama sibuk. Karena tidak jadi wali kelas, saya bisa piket tiap pagi menyambut wajah-wajah segar penuh harapan memasuki gerbang sekolah. Semangat terus berdenyut cepat melihat generasi muda ini bersemangat menyongsong hari. Karena itu saya pun terbawa bersemangat. Barang kali semangat ini memancar ke luar sehingga ada beberapa teman berkomentar: wah, makin muda aja ni! O, itu artinya aura semangat saya berpendar ke luar. Puji Tuhan!

Situasi yang tak jadi kelas inilah yang justru sering mendapat job dadakan. Apakah gerangan? Menggantikan teman guru lain yang tidak bisa masuk di kelasnya saat perwalian karena ada urusan ini dan itu. Nah, di sinilah ban cadangan mulai berfungsi. Ban serep mulai dipakai. Jadailah saya menjadi wali kelas cadangan yang laris manis tanjung kimpul!

Saat saya jadi ban serep,  ya,  sedap-sedap gimana gitu! Sedapnya saya masuk ke berbagai kelas menjadi wali kelas yag memberikan wejangan ini itu menyangkut masalah kelas dan seluk beluk kehidupan para pelajar. Saya senang melihat reaksi para remaja yang ‘ngowoh’ melihat saya sedang beraaksi dengan ala saya. Kalau tidak enaknya adalah: waktu saya seharusnya kosong bisa mengerjakan yang lain jadi hilang. Jam bebas saya terampas. Namun, saya tetap melakukannya dengan bersemangat.

Saya hanya mengingat sejatinya ban. Ban yang selalu dipakai akan terkena panas, kena dingin, jadi bannya bekerja. Tapi kalau ban serep yang tidak pernah dipakai, selama setahun aja, pasti jadi lebih keras, dan kurang lentur. Maka ban serep saatnya dipakai harus selalu siap. Dengan dipakainya ban serep itu berarti ban serep sedang menjalankan fungsinya.

Demikian pula saya. Saya menggantikan perwalian pun itu artinya saya sedang menajalankan fungsi dan tugas saya sebagai pengganti sementara. Itu artinya saya harus selalu siap. Ready. Sedia.  Karena sejatinya manusia dalam hidup harus selalu sedia. (Ch. Enung Martina)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar