Suaramu mengukir kesan di kalbuku
Gadis mungil kesayangan bunda
Gadis centil pusat hidup ayah
Yang selalu tersenyum dan berujar dengan mulut bawelmu
Kamu akan tetap menjadi gadis kecilku
Pipi bakpaumu yang memerah
Gigi susumu yang mengkilap
dan mata sipitmu yang bercahaya
Kita punya segudang kenangan dari main boneka monyet sampai dora emon
dari petak umpet sampai kucing-kucingan
semua pernah kita mainkan
Masih segar dalam ingatan saat haid pertamamu
kau datang padaku dengan segudang tanya tentang kodrat perempuan
darah haid pertamamu membawa tanda padaku
bahwa sosokmu bukan lagi gadis kecilku
Hari bergulir, waktu berpacu
dan kita sama-sama sibuk
kau mencari ilmu untuk bekal hidupmu
aku mencari nafkah untuk kau sekolah
Tangis dan tawa kita nikmati bersama
kita berpetualang dan bergosip
kita berdiskusi tentang dua lelaki di rumah kita
yang terkadang cerewet dan egois:
ayahmu dan adik lelakimu, suamiku dan anak lanangku
Kau dan aku sama-sama tukang mimpi
kita dua perempuan yang terlalu bersemangat
seolah dunia hanya ada dalam genggaman
dan terkadang kita lupa kenyataan
Sebentar lagi jarak yang merentang akan memisahkan kita
kita tak lagi bersama menghirup atmosfir dari rumah kita
kau di negri orang aku di negri kita yang meski bagaimanapun keadaannya
aku tetap mencintainya, kau juga aku rasa
kau akan menggapai impianmu
impian kita
yang tak akan bisa kuraih karena ini bukan waktuku
bintangku hampir meredup
bintangmu kini yang siap bersinar
Impianmu dan impianku sama
menaklukkan dunia dalam genggaman jemari
pesanku: jangan kau pernah menyesal
dengan langkah yang telah kau ambil
berjalanlah terus dengan waspada
Tuhan sedang menulis lurus pada garis bengkok hidupku
yang terpapar dalam cacatan hidupmu
Ingat, ini tidak hanya sekedar impianmu
Tapi juga milikku
Takdir luhur kita menjadi perempuan
Pada tangan kita ada kehidupan
Yang akan kita hidupi dan pelihara dengan cinta
Dan juga nyawa sebagai taruhannya
Hingga sampai pada satu titik nanti
Kau akan mengerti
Rancangan-Nya untuk mu berada di atas rancanganmu
Di sanalah kau akan bertemu dengan cinta sejatimu
Yang akan kau perjuangkan dengan penuh kehormatan
(Teh Nung: puisi ini kutulis untuk anakku terkasih Metta yang akan pergi ke Taiwan melanjutkan studinya di sana. Kutuliskan dengan segenap doa dan cinta)
Jumat, 31 Juli 2009
Selasa, 21 Juli 2009
PENGHARAPAN DALAM TUHAN
TUHAN MENAWARKAN PENGHARAPAN
'Sebab aku ini mengetahui rancanan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu' demikian firman Tuhan, yaitu' rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.'
(Yeremia 29:11)
Seperti Yehuda ada di dalam pembuangan, dikalahkan oleh oang-orang kafir yang kejam, namun Tuhan menawarkan kepada mereka pengharapan. Dia tetap memiliki rencana yang indah untuk mereka, yaitu sesuatu yang muncul melalui penderitaan. Kemakmuran mereka tidak berakhir, meskipun jalan mereka melalui kesusahan yang baru dimulai. Ketika Tuhan menuntun kita ke jalan berbatu, pengharapan dan masa depan kita tetap aman di dalam Dia. Setia dalam kepercayaan adalah hal yang Dia minta dari kita.
Karena itu mari kita menjalani semua lika-liku jalan hidup kita dalam iman, harapan, dan kasih.
(Ch. Enung Martina yang takjub dengan rancangan Tuhan dalam hidup pribadi juga keluarga)
'Sebab aku ini mengetahui rancanan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu' demikian firman Tuhan, yaitu' rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.'
(Yeremia 29:11)
Seperti Yehuda ada di dalam pembuangan, dikalahkan oleh oang-orang kafir yang kejam, namun Tuhan menawarkan kepada mereka pengharapan. Dia tetap memiliki rencana yang indah untuk mereka, yaitu sesuatu yang muncul melalui penderitaan. Kemakmuran mereka tidak berakhir, meskipun jalan mereka melalui kesusahan yang baru dimulai. Ketika Tuhan menuntun kita ke jalan berbatu, pengharapan dan masa depan kita tetap aman di dalam Dia. Setia dalam kepercayaan adalah hal yang Dia minta dari kita.
Karena itu mari kita menjalani semua lika-liku jalan hidup kita dalam iman, harapan, dan kasih.
(Ch. Enung Martina yang takjub dengan rancangan Tuhan dalam hidup pribadi juga keluarga)
Jumat, 17 Juli 2009
OBAT HATI: KETIKA RENCANAKU TAK SESUAI RANCANGAN-NYA
KETIKA RENCANAKU TAK SESUAI RANCANGAN-NYA
Kita semua pasti mempunyai rencana dalam hidup kita. Banyak rencana kita yang terwujud dengan baik. Ada banyak pula rencana kita yang gagal atau mungkin belum tercapai. Kala kita merencanakan sesuatu, kita berpikir dan menuangkan perasaan dan hasrat kita serta berharap agar bisa mewujudkannya.
Orang mengatakan kita hanya bisa merencanakan, Tuhan jugalah yang berperan penting dalam mewujudkannya. Ada rencana yang kita buat ternyata bisa terlaksana dengan baik. Kita pasti senang bahkan bersyukur untuk itu. Namun, ketika kehendak kita dan rencana kita yang kita harapkan bisa menjadi sebuah kenyataan, ternyata tak bisa terwujud… wow… rasanya sungguh membuat kita kecewa dan tentu sedih.
Perasaan kecewa dan sedih itu muncul begitu saja dan sangat wajar serta manusiawi. Bahkan ada yang cukup lama menghilangkan rasa kecewa di hati. Begitulah yang terjadi pada kehidupan. Ada orang yang bisa menerima kekecewaan itu dengan lapang dada dan belajar suatu makna kehidupan daripadanya. Ada juga yang terus memelihara kekecewaan itu meskipun tak menampakkannya, tetapi ia menyimpannya.
Perasaan kecewa boleh saja ada pada diri kita, tetapi kalau kekecewaan itu bisa membuat segala sesuatu menjadi kacau, lebih baik kita mulai menerima kenyataan bahwa di balik semua yang kita kehendaki ada juga kehendak Tuhan. Rancangan dan kehendak-Nya jelas bukan untuk kebinasaan melainkan merupakan rancangan kehidupan dan damai seajhtera.
Bagaimana menghilangkan rasa kecewa kala itu terjadi pada kita? Begitu mungkin pertanyaanku juga kamu. Hal yang paling pertama yang kita lakukan adalah mengungkapannya dan mengatakannya baik lisan atau tertulis: aku kecewa..., aku sedih.... Sesudah itu lega, plong, tuntas tidak tersimpan lagi. Hal yang kita lakukan berikutnya adalah menyadari bahwa rancangan Allah merupakan rancangan yang terbaik. Hal ketiga yang bisa kita lakukan adalah tetap memupuk harapan bahwa kegagalan kali ini merupakan kesuksesan yang tertunda. Keempat yang bisa kita lakukan tentunya membuat rencana kita lebih matang lagi dengan mencari dukungan dari berbagai pihak dan juga menyiapkan segala sesuatunya lebih baik lagi. Yang kelima berusaha untuk mewujudkan rencana itu tahap demi tahap. Langkah berikutnya juga tak kalah pentingnya adalah berdoa dan memohon pada DIA Sang Perancang Yang Agung untuk supaya memberkati usaha agar rencana kita terwujud. Dan yang terakhir menyerahkan segala sesatunya kepada DIA sambil berkata: aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku sesuai perkataan-Mu.
Betapa eloknya apabila kita bisa menerima kekecewaan kita dengan lapang dada ketika kita mengalaminya dan bisa melakukan yang terbaik untuk meraih harapan kita . Semoga kita semua senantiasa diberi hati yang luas untuk bisa memahami rancangan-Nya dalam hidup kita. Amin…
( Teh Nung yang juga sedang belajar dari kekecewaan )
Kita semua pasti mempunyai rencana dalam hidup kita. Banyak rencana kita yang terwujud dengan baik. Ada banyak pula rencana kita yang gagal atau mungkin belum tercapai. Kala kita merencanakan sesuatu, kita berpikir dan menuangkan perasaan dan hasrat kita serta berharap agar bisa mewujudkannya.
Orang mengatakan kita hanya bisa merencanakan, Tuhan jugalah yang berperan penting dalam mewujudkannya. Ada rencana yang kita buat ternyata bisa terlaksana dengan baik. Kita pasti senang bahkan bersyukur untuk itu. Namun, ketika kehendak kita dan rencana kita yang kita harapkan bisa menjadi sebuah kenyataan, ternyata tak bisa terwujud… wow… rasanya sungguh membuat kita kecewa dan tentu sedih.
Perasaan kecewa dan sedih itu muncul begitu saja dan sangat wajar serta manusiawi. Bahkan ada yang cukup lama menghilangkan rasa kecewa di hati. Begitulah yang terjadi pada kehidupan. Ada orang yang bisa menerima kekecewaan itu dengan lapang dada dan belajar suatu makna kehidupan daripadanya. Ada juga yang terus memelihara kekecewaan itu meskipun tak menampakkannya, tetapi ia menyimpannya.
Perasaan kecewa boleh saja ada pada diri kita, tetapi kalau kekecewaan itu bisa membuat segala sesuatu menjadi kacau, lebih baik kita mulai menerima kenyataan bahwa di balik semua yang kita kehendaki ada juga kehendak Tuhan. Rancangan dan kehendak-Nya jelas bukan untuk kebinasaan melainkan merupakan rancangan kehidupan dan damai seajhtera.
Bagaimana menghilangkan rasa kecewa kala itu terjadi pada kita? Begitu mungkin pertanyaanku juga kamu. Hal yang paling pertama yang kita lakukan adalah mengungkapannya dan mengatakannya baik lisan atau tertulis: aku kecewa..., aku sedih.... Sesudah itu lega, plong, tuntas tidak tersimpan lagi. Hal yang kita lakukan berikutnya adalah menyadari bahwa rancangan Allah merupakan rancangan yang terbaik. Hal ketiga yang bisa kita lakukan adalah tetap memupuk harapan bahwa kegagalan kali ini merupakan kesuksesan yang tertunda. Keempat yang bisa kita lakukan tentunya membuat rencana kita lebih matang lagi dengan mencari dukungan dari berbagai pihak dan juga menyiapkan segala sesuatunya lebih baik lagi. Yang kelima berusaha untuk mewujudkan rencana itu tahap demi tahap. Langkah berikutnya juga tak kalah pentingnya adalah berdoa dan memohon pada DIA Sang Perancang Yang Agung untuk supaya memberkati usaha agar rencana kita terwujud. Dan yang terakhir menyerahkan segala sesatunya kepada DIA sambil berkata: aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku sesuai perkataan-Mu.
Betapa eloknya apabila kita bisa menerima kekecewaan kita dengan lapang dada ketika kita mengalaminya dan bisa melakukan yang terbaik untuk meraih harapan kita . Semoga kita semua senantiasa diberi hati yang luas untuk bisa memahami rancangan-Nya dalam hidup kita. Amin…
( Teh Nung yang juga sedang belajar dari kekecewaan )
HUMOR BURUNG BETET
Subject: BURUNG BETET
Humor ini dikirim oleh salah satu teman melalui surat elektronika. Humor ini cukup menggelitik dan menjadi sebuah sindiran yang cukup dalam untuk kita. Mari kita baca dan renungkan!
Seorang wanita pergi ke toko hewan dan melihat seekor
betet besar yang indah. Terpampang harganya yang hanya Rp 50 ribu.
"Kok murah?" tanya wanita itu pada pemilik toko.
Si pemilik menjawab,"Begini, pertama-tama saya harus
ceritakan dulu bahwa betet ini dulunya dipelihara di rumah bordil, jadi kadang-kadang dia ngomong kata-kata yang lumayan jorok".
Si wanita berpikir sejenak, tapi tetap memutuskan
untuk membeli burung yang indah itu. Ia membawanya pulang dan menaruhnya di sangkar, menggantungnya
di ruang tamu dan menunggu burung itu bicara.
Burung itu melihat ke sekeliling ruangan, lalu
melihat si wanita, dan berkata, "Rumah baru, germo baru".
Wanita itu merasa kaget, tapi lalu menganggapnya
lucu, "Tidak apalah".
Saat dua anak gadisnya pulang dari sekolah, burung itu
melihat mereka dan berkata, "Rumah baru, germo baru, perek baru". Gadis-gadis dan wanita itu merasa sedikit tersinggung tapi akhirnya bisa mengerti.
Beberapa saat kemudian suami sang wanita, Yongky
datang dari kantor.
Burung itu melihatnya dan berkata, "Eh..., halo
Yongky..... ketemu lagi..."
Pesan: Saudara-Saudari berhati-hatilah dengan burung betet yang tidak bisa menutup mulut dan menyimpan rahasia.
Humor ini dikirim oleh salah satu teman melalui surat elektronika. Humor ini cukup menggelitik dan menjadi sebuah sindiran yang cukup dalam untuk kita. Mari kita baca dan renungkan!
Seorang wanita pergi ke toko hewan dan melihat seekor
betet besar yang indah. Terpampang harganya yang hanya Rp 50 ribu.
"Kok murah?" tanya wanita itu pada pemilik toko.
Si pemilik menjawab,"Begini, pertama-tama saya harus
ceritakan dulu bahwa betet ini dulunya dipelihara di rumah bordil, jadi kadang-kadang dia ngomong kata-kata yang lumayan jorok".
Si wanita berpikir sejenak, tapi tetap memutuskan
untuk membeli burung yang indah itu. Ia membawanya pulang dan menaruhnya di sangkar, menggantungnya
di ruang tamu dan menunggu burung itu bicara.
Burung itu melihat ke sekeliling ruangan, lalu
melihat si wanita, dan berkata, "Rumah baru, germo baru".
Wanita itu merasa kaget, tapi lalu menganggapnya
lucu, "Tidak apalah".
Saat dua anak gadisnya pulang dari sekolah, burung itu
melihat mereka dan berkata, "Rumah baru, germo baru, perek baru". Gadis-gadis dan wanita itu merasa sedikit tersinggung tapi akhirnya bisa mengerti.
Beberapa saat kemudian suami sang wanita, Yongky
datang dari kantor.
Burung itu melihatnya dan berkata, "Eh..., halo
Yongky..... ketemu lagi..."
Pesan: Saudara-Saudari berhati-hatilah dengan burung betet yang tidak bisa menutup mulut dan menyimpan rahasia.
Sabtu, 11 Juli 2009
RENUNGAN MINGGU INI
PERCAYALAH
Abraham menjawab, “ Tuhan sendiri yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku.” (Kejadian 22:28)
Meskipun Tuhan telah memerintahkan Abrahan untuk mengurbankan putranya, Ishak, ia memiliki iman bahwa putranya tidak akan mati. Dan memang, yang dikorbankan ialah anak domba yang tersangkut di semak belukar. Karena iman Abraham, anak domba itu tepat berada pada waktunya saat dibutuhkan. Tuhan menyediakan apa yang benar-benar dibutuhkan- seekor hewan kurban dan anak yang hidup. Apakah aku dan kamu membutuhkan penyediaan Tuhan hari ini? Percayalah kepada Tuhan yang membuka jalan bagi Abraham, pasti juga akan membuka jalan bagi kita semua.
( Teh Nung: Ayat penghiburan untukku karena Allah akan meyediakan yang kita butuhkan, bahkan yang terbaik, tepat pada waktunya.)
Abraham menjawab, “ Tuhan sendiri yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku.” (Kejadian 22:28)
Meskipun Tuhan telah memerintahkan Abrahan untuk mengurbankan putranya, Ishak, ia memiliki iman bahwa putranya tidak akan mati. Dan memang, yang dikorbankan ialah anak domba yang tersangkut di semak belukar. Karena iman Abraham, anak domba itu tepat berada pada waktunya saat dibutuhkan. Tuhan menyediakan apa yang benar-benar dibutuhkan- seekor hewan kurban dan anak yang hidup. Apakah aku dan kamu membutuhkan penyediaan Tuhan hari ini? Percayalah kepada Tuhan yang membuka jalan bagi Abraham, pasti juga akan membuka jalan bagi kita semua.
( Teh Nung: Ayat penghiburan untukku karena Allah akan meyediakan yang kita butuhkan, bahkan yang terbaik, tepat pada waktunya.)
Labels:
Abraham,
anak domba,
anak yang hidup,
hewan kurban,
iman
Kamis, 09 Juli 2009
RENUNGAN KITAB SUCI
Renungan berdasarkan Injil Markus 12:28-34
Ayat yang menarik : 33
Memang mengasihi DIA dengan segenap hati dan segenap pengertian
dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesame manusia
seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban
bakaran dan korban sembelihan.
Sharing:
Mengasihi Allah dengan segenap hati, lebih daripada kurban bakaran. Itu merupakan suatu hal yang tidak mudah bagiku. Ada banyak peristiwa yang dialami dalam hidupku : manis- pahit, susah-senang, membawaku pada kesadaran bahwa aku tak bisa lepas dari pada-Nya. Bagiku mengasihi-Nya itu sebuah proses.
Aku bisa melihat kemuliaan dan keagungan-Nya dari keindahan dan kemegahan semesta. Aku bisa merasakan kuasa-Nya dalam berbagai mujizat-Nya. Aku bisa menikmati kemurahan-Nya dalam berbagai rahmat yang kuterima.
Namun, hingga sekarang aku belum bisa melihat keadilan-Nya dalam berbagai penderitaan manusia. Aku tak bisa melihat keadilan-Nya kala orang benar menderita. Dan kala orang jahat menikmati kemenangannya. Aku tak bisa menerima bahwa ketidakadilan merupakan bagian yang sungguh nyata dialami. Dilihat. Didengar, dan disaksikan.
Ada banyak fenomena sosial yang sering mengiris jiwaku hingga mendalam. Namun, aku terus berusaha untuk melihat DIA dari berbagai sisi. Aku belajar untuk memahami-Nya dari berbagai sudut. Aku terkadang terhenyak di dalam keterbatasanku untuk memahami-Nya. Namun, cintaku pada-Nya tak diragukan.
Untuk bisa mencintai DIA, aku harus keluar dari hal-hal yang membatasi: ritual keagamaan, dogma agama yang kaku, fanatisme, kesombongan rohani, atau apa pun yang membuat kita terpisah dari-Nya. Bagiku hamabatan yang paling sukar aku taklukan untuk mencintai DIA dengan segenap hati, adalah diriku sendiri. Diriku yang masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Aku sebagai seorang guru belajar dari murid-muridku, para remaja, untuk mengasihi Tuhan dari sudut pandang mereka yang murni, ceplas-ceplos, kocak, bahkan gila. Mereka punya gairah yang meletup untuk mengekspresikan semangat iman mereka. Aku juga belajar bagaimana menemukan Tuhan dalam setiap detak hidup yang kualami. Anak-anak, suami, siswa, teman, tetangga, bahkan orang yang bertemu hanya sekilas.
Aku percaya bahwa perjumpaanku dengan siapa pun ( yang intens atau yang sekilas) sudah direncanakan-Nya untuk menyampaikan sesuatu padaku. Dalam perjumpaan dengan orang lain aku menemukan potongan mozaik diriku yang masih berceceran di mana-mana. Jadi Saudara-Saudariku, aku berada di mana pun dan berjumpa dengan kalian semua tidak semata-mata karena keinginanku atau kebetulan belaka.
Aku meyakini juga bahwa spiritualitas kita tidak hanya berhenti pada doa-doa yang basi atau atau liturgi yang megah. Spiritualitas kita menyangkut seluruh aspek hidup kita. Juga dalam penderitaan dan kegagalan kita. Di sini letaknya bahwa iman tidak hanya sebatas kata-kata.
(Teh Nung yang lagi iseng membuka Kitab Suci)
Ayat yang menarik : 33
Memang mengasihi DIA dengan segenap hati dan segenap pengertian
dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesame manusia
seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban
bakaran dan korban sembelihan.
Sharing:
Mengasihi Allah dengan segenap hati, lebih daripada kurban bakaran. Itu merupakan suatu hal yang tidak mudah bagiku. Ada banyak peristiwa yang dialami dalam hidupku : manis- pahit, susah-senang, membawaku pada kesadaran bahwa aku tak bisa lepas dari pada-Nya. Bagiku mengasihi-Nya itu sebuah proses.
Aku bisa melihat kemuliaan dan keagungan-Nya dari keindahan dan kemegahan semesta. Aku bisa merasakan kuasa-Nya dalam berbagai mujizat-Nya. Aku bisa menikmati kemurahan-Nya dalam berbagai rahmat yang kuterima.
Namun, hingga sekarang aku belum bisa melihat keadilan-Nya dalam berbagai penderitaan manusia. Aku tak bisa melihat keadilan-Nya kala orang benar menderita. Dan kala orang jahat menikmati kemenangannya. Aku tak bisa menerima bahwa ketidakadilan merupakan bagian yang sungguh nyata dialami. Dilihat. Didengar, dan disaksikan.
Ada banyak fenomena sosial yang sering mengiris jiwaku hingga mendalam. Namun, aku terus berusaha untuk melihat DIA dari berbagai sisi. Aku belajar untuk memahami-Nya dari berbagai sudut. Aku terkadang terhenyak di dalam keterbatasanku untuk memahami-Nya. Namun, cintaku pada-Nya tak diragukan.
Untuk bisa mencintai DIA, aku harus keluar dari hal-hal yang membatasi: ritual keagamaan, dogma agama yang kaku, fanatisme, kesombongan rohani, atau apa pun yang membuat kita terpisah dari-Nya. Bagiku hamabatan yang paling sukar aku taklukan untuk mencintai DIA dengan segenap hati, adalah diriku sendiri. Diriku yang masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Aku sebagai seorang guru belajar dari murid-muridku, para remaja, untuk mengasihi Tuhan dari sudut pandang mereka yang murni, ceplas-ceplos, kocak, bahkan gila. Mereka punya gairah yang meletup untuk mengekspresikan semangat iman mereka. Aku juga belajar bagaimana menemukan Tuhan dalam setiap detak hidup yang kualami. Anak-anak, suami, siswa, teman, tetangga, bahkan orang yang bertemu hanya sekilas.
Aku percaya bahwa perjumpaanku dengan siapa pun ( yang intens atau yang sekilas) sudah direncanakan-Nya untuk menyampaikan sesuatu padaku. Dalam perjumpaan dengan orang lain aku menemukan potongan mozaik diriku yang masih berceceran di mana-mana. Jadi Saudara-Saudariku, aku berada di mana pun dan berjumpa dengan kalian semua tidak semata-mata karena keinginanku atau kebetulan belaka.
Aku meyakini juga bahwa spiritualitas kita tidak hanya berhenti pada doa-doa yang basi atau atau liturgi yang megah. Spiritualitas kita menyangkut seluruh aspek hidup kita. Juga dalam penderitaan dan kegagalan kita. Di sini letaknya bahwa iman tidak hanya sebatas kata-kata.
(Teh Nung yang lagi iseng membuka Kitab Suci)
DOA SYUKUR
Dengan segenap jiwa dan ragaku, aku memuji dan mengagungkan nama-Mu Yang Kudus.
Karena kasih dan karunia-Mu yang tak henti, Engkau selalu menjaga dan menyediakan segala hal yang kuperlukan.
Allah, Benteng Gadingku aku melambungkan segenap pujian ke hadirat-Mu
Aku bersyukur dengan segenap jiwa ragaku karena kemurahan-Mu
Jiwaku bersuka ria karena Engkau Juru Selamatku
Aku selalu memuliakan nama-Mu
Kudus selalu nama-Mu
Agung seluruh ciptaan-Mu
Gentar semua mahluk karena-Mu
Aku bersorak seperti Daud yang menang perang
Aku bersukacita seperti Ayub yang kembali mendapatkan kemuliaannya
Allahku, Rajaku, Juru Selamatku, Batu Karangku
Betapa aku bersyukur untuk kesetiaan-Mu kepadaku
Kubersujud untuk segala kemurahan-Mu
Amin, ya amin!!
(ungkapan syukur Teh Nung karena anak pereempuanku berhasil mendapatkan beasiswa ke Taiwan)
Karena kasih dan karunia-Mu yang tak henti, Engkau selalu menjaga dan menyediakan segala hal yang kuperlukan.
Allah, Benteng Gadingku aku melambungkan segenap pujian ke hadirat-Mu
Aku bersyukur dengan segenap jiwa ragaku karena kemurahan-Mu
Jiwaku bersuka ria karena Engkau Juru Selamatku
Aku selalu memuliakan nama-Mu
Kudus selalu nama-Mu
Agung seluruh ciptaan-Mu
Gentar semua mahluk karena-Mu
Aku bersorak seperti Daud yang menang perang
Aku bersukacita seperti Ayub yang kembali mendapatkan kemuliaannya
Allahku, Rajaku, Juru Selamatku, Batu Karangku
Betapa aku bersyukur untuk kesetiaan-Mu kepadaku
Kubersujud untuk segala kemurahan-Mu
Amin, ya amin!!
(ungkapan syukur Teh Nung karena anak pereempuanku berhasil mendapatkan beasiswa ke Taiwan)
Labels:
Ayub,
Benteng Gading,
Daud,
doa syukur,
Juru Selamat,
Taiwan
Rabu, 08 Juli 2009
KELEKATAN
Kali ini kita akan membicarakan tentang perasaan terikat yang amat sangat. Kita sebut saja dengan kata KELEKATAN. Bila dilihat dari kata dasarnya kata ini berasal dari kata lekat yang bersinonim dengan menempel, lengket tak terpisahkan.
Kelekatan mengacu kepada perasaan kita pada sesuatu atau seseorang yang tak bisa terpisahkan. Seolah kalau tidak ada sesuatu atau seseorang kita tak berdaya, atau hidup kita akan hancur, hidup kita tak berguna dan akan berhenti. Perasaan itu demikian kuat pada seseorang.
Setiap orang memiliki kelekatan pada sesuatu atau seseorang. Misalnya saya sebagai seorang ibu mempunyai kelekatan ada anak-anak saya. Rasanya tak terbayangkan hidup saya akan seperti apa kalau tanpa mereka. Ada juga orang yang lekat sekali dengan benda kesayangannya, misalnya HP. Orang itu akan merasa tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak ada HP. Banyak sekali kelekatan-kelektan yang terjadi pada hidup kita.
Bagaimana kelekatan itu apakah membahayakan? Ya. Bila kelekatan itu sampai menyita hidup kita yang berharga dan menggantikan sesuatu yang lebih luhur dalam hidup kita.
Kita terkadang tidak menyadari bahwa kelekatan itu bisa menyulitkan hidup kita sendiri. Kita menjadi terlalu sibuk mengurusi hal tersebut dan kita terpaku pada hal tersebut. Kita seharusnya hanya memiliki kelekatan pada Sang Pencipta karena kita berasal dari pada-Nya an kita tak mungkin lepas dari pada-Nya.
Mari kita belajar untuk melepaskan beberapa kelekatan yang membelenggu kita untuk menuju kesempurnaan dan kebebasan kita.
(Teh Nung yang juga sering terikat dengan kelekatan-kelekatan pada seseorang atau sesuatu.)
Kelekatan mengacu kepada perasaan kita pada sesuatu atau seseorang yang tak bisa terpisahkan. Seolah kalau tidak ada sesuatu atau seseorang kita tak berdaya, atau hidup kita akan hancur, hidup kita tak berguna dan akan berhenti. Perasaan itu demikian kuat pada seseorang.
Setiap orang memiliki kelekatan pada sesuatu atau seseorang. Misalnya saya sebagai seorang ibu mempunyai kelekatan ada anak-anak saya. Rasanya tak terbayangkan hidup saya akan seperti apa kalau tanpa mereka. Ada juga orang yang lekat sekali dengan benda kesayangannya, misalnya HP. Orang itu akan merasa tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak ada HP. Banyak sekali kelekatan-kelektan yang terjadi pada hidup kita.
Bagaimana kelekatan itu apakah membahayakan? Ya. Bila kelekatan itu sampai menyita hidup kita yang berharga dan menggantikan sesuatu yang lebih luhur dalam hidup kita.
Kita terkadang tidak menyadari bahwa kelekatan itu bisa menyulitkan hidup kita sendiri. Kita menjadi terlalu sibuk mengurusi hal tersebut dan kita terpaku pada hal tersebut. Kita seharusnya hanya memiliki kelekatan pada Sang Pencipta karena kita berasal dari pada-Nya an kita tak mungkin lepas dari pada-Nya.
Mari kita belajar untuk melepaskan beberapa kelekatan yang membelenggu kita untuk menuju kesempurnaan dan kebebasan kita.
(Teh Nung yang juga sering terikat dengan kelekatan-kelekatan pada seseorang atau sesuatu.)
Selasa, 07 Juli 2009
PUISI DALAM GEREJA
Denyutan tangan yang terpaut erat
Mengatup rapat untuk menampilkan semua rasa
Menumpahkan segala harap
Mempercayakannya pada DIA, Sang Khalik
Meski terkadang begitu jauh untuk kucapai
Dengan seluruh daya manusiaku untuk menjangakau-Nya penuh seluruh
Kata demi kata terangkai
Menemu definisi dan makna sebuah NAMA yang terpapar dalam semesta
Kukatup mata
Riak riang bayang memudar
Dalam imajinasi dan ilusi nan fana
Segera lena dalam doa yang mendaras
Sungai angan dan ingatan mengalir perlahan
Melewati parit-parit derita
Menjumpai luka-luka membekas
Menyerempet alur-laur bahaya
Membelok menuruni jurang nestapa
Perahan mengalir melalui ngarai nan permai
Berhenti menepi menikmati sunyi yang asing
Dan masuk merasuk kalbu
Menyeruak rekah-rekah kenangan
Semua berputar, berpendar, tersamar
Mata terpejam
Biru, ungu, jingga
Membaur dalam ruang hitam
Tak bertepi
Setitik cahaya menyeruak dalam ruang gulita
Berpendar menembus hitam
Gelap perlahan menepi
Celah-celah sempit
Ceruk-ceruk dalam
Relung-relung tertutup
Berpijar tertembus cahaya
Dan aku bertelut dalam ektase
Hanya ada DIA dan aku
Sang Khalik dan mahluk
Sang Pencipta dan semesta
(Catatan saat teh Nung berdoa di Gereja Santa Monika BSD pada hari Minggu, 5 Juli 2009 jam 19.00)
Mengatup rapat untuk menampilkan semua rasa
Menumpahkan segala harap
Mempercayakannya pada DIA, Sang Khalik
Meski terkadang begitu jauh untuk kucapai
Dengan seluruh daya manusiaku untuk menjangakau-Nya penuh seluruh
Kata demi kata terangkai
Menemu definisi dan makna sebuah NAMA yang terpapar dalam semesta
Kukatup mata
Riak riang bayang memudar
Dalam imajinasi dan ilusi nan fana
Segera lena dalam doa yang mendaras
Sungai angan dan ingatan mengalir perlahan
Melewati parit-parit derita
Menjumpai luka-luka membekas
Menyerempet alur-laur bahaya
Membelok menuruni jurang nestapa
Perahan mengalir melalui ngarai nan permai
Berhenti menepi menikmati sunyi yang asing
Dan masuk merasuk kalbu
Menyeruak rekah-rekah kenangan
Semua berputar, berpendar, tersamar
Mata terpejam
Biru, ungu, jingga
Membaur dalam ruang hitam
Tak bertepi
Setitik cahaya menyeruak dalam ruang gulita
Berpendar menembus hitam
Gelap perlahan menepi
Celah-celah sempit
Ceruk-ceruk dalam
Relung-relung tertutup
Berpijar tertembus cahaya
Dan aku bertelut dalam ektase
Hanya ada DIA dan aku
Sang Khalik dan mahluk
Sang Pencipta dan semesta
(Catatan saat teh Nung berdoa di Gereja Santa Monika BSD pada hari Minggu, 5 Juli 2009 jam 19.00)
Minggu, 05 Juli 2009
KISAH PEREMPUAN
BURNED ALIVE (by Souad)
Buku berisi kisah nyata dari Souad tentang penderitaannnya sebagai seorang anak perempuan yang terlahir dalam keluarga represif. Souad dilahirkan dan dibesarkan di Palestina, di Tepi Barat. Serperti pada umumnya anak perempuan di desanya, berada di bawah hukum yang turun temurun, yaitu menjadi budak kaum lelaki. Sejak dulu hingga abad 21 ini, perempuan di desanya , kaum lelaki (ayah dan saudara lelaki) memperlakukan perempuan sebagai pelayan atau budak yang tidak lebih dari binatang ternak.
Penderitaan perempuan tak akan berakhir ketika keluar dari rumah. Mengapa? Karena ketika menikah pun, perempuan tetap menderita. Penderitaan perempuan akan dilanjutkan dalam rumahnya yang baru. Sekarang perempuan akan berhadapan dengan kaum laki-laki yang disebut suami. Lebih celakanya lagi ketika dalam perkainan, perempan tidak bisa melahirkan anak laki-aki. Perempuan dianggap gagal dan tidak berguna. Suaminya akan meninggalkan dia akan mencari perempuan lain sampai bisa mendapatkan anak laki-laki.
Tak jarang kaum ibu membunuh bayinya begitu lahir ketika diketahui bahwa yang lahir seorang perempuan. Tak jarang pula perempuan dibunuh ayah atau saudara lelakinya jika ia dianggap membawa aib dan mencemari kehormatan keluarga. Kehormatan keluarga lebih berharga daripada nyawa seorang perempuan.
Souad sendiri mengalami penyiksaan dari ayahnya gara-gara hal sepele seprti menumpahkan susu yang baru diperasnya, memetik buah tomat yang mengkal, lalai saat menggembalakan domba, dll. Kesalahan remeh temeh bisa berakhir dengan penyiksaan: dipukuli, dicambuk, dijambak, ditendang, dll.
Adik perempuan Souad sendiri mati di tangan adik lelakinya karena gara-gara memakai telepon untuk menghubungi seseorang, mungkin seorang lelaki. Nasib Souad tak jauh berbeda dengan adiknya. Ia dibakar hidup-hidup oleh kakak ipar (suami kakanya) atas kesepakatan keluarga karena diketahui Souad hamil di luar nikah.
Adat dan kepercayaan agama di desa Souad mengharuskan menegakkan kehormatan keluarga di atas segalanya. Namun, nasib Souad tidak berakhir di atas lidah-lidah api dan langsung hangus menjadi abu. Tuhan mempunyai rencana lain untuk Souad. Rupanya ia akan dijadikan alat-Nya untuk memberitakan kepada dunia tentang kekejaman terhadap kaum perempuan yang sudah terstruktur. Kekejaman itu layak kita sebut seperti pada zaman jahiliyah, zaman manusia belum mengenal Tuhan. Ternyata agama tidak menjamin manusia menjadi lebih manusiawi. Jelas yang salah bukan ajaran agamanya, tetapi orang yang menafsirkannya.
Souad diselamatkan oleh beberapa perempuan di desanya dari tengah kobaran api. Mereka membawanya ke rumah sakit di kota. Namun, pihak rumah sakit tidak memberikan perawatan yang selayaknya karena mereka beranggapan pasien dengan kasus keluarga akan mendatangkan masalah bila dirawat. Betul-betul masalah yang gawat dan juga rumit. Rumah sakit bisa disalahkan oleh keluarga.
Para korban kasus kehormatan keluarga bila dirawat sampai sembuh juga percuma karena ketika mereka sembuh dan kembali ke kelaurga, mereka akan diperlakukan lebih tidak manusiawi dan bahkan juga berakhir dengan pembunuhan yang berikutnya.
Meskipun keluarga Souad datang untuk mencoba membunuhnya ketika berada di RS, rencana Tuhan tetap berada di atas segalanya. Akhirnya Souad diselamatkan oleh Jaqueline, seorang pekerja sosial pada sebuah organisasi kemanusiaan Terre des Homes yang dipimpin oleh Edmond Kaiser. Jaqueline memperjuangkan agar Souad bisa dibawa dan keluar dari negeri tersebut untuk mendapatkan perawatan yang layak dan mendapatkan hidup untuk yang kedua kalinya.
Dengan daya juangnya dan juga kemauannya untuk hidup serta bantuan orang-orang yang berhati tulus, Souad bisa menyelesaiakn serangkaian oprasi untuk memulihkan keadaan tubuhnya yang rusak karena luka bakar meskipun tubuhnya tak mungkin kembali senormal dulu. Souad mengalami kerusakan kulit yang sangat parah dan tak bisa diperbaiki dengan oprasi secanggih apa pun. Yang tampak normal hanya kulit di wajah. Karena itu untuk menutupi luka bakarnya Souad selalu berpakaan switer panjang di sepanjang musim.
Selain perjuangan untuk mengembalikan keadaan fisik, yang paling berat justru memulihkan keadaan mental Souad. Ia mengalami trauma yang panjang dan rasa percaya diri yang rendah serta rasa bersalah ang sangat besar. Namun berkat perjuangannya dan juga bantuan dari orang yang peduli padanya, akhirnya Souad bisa melewatui semuanya dengan baik. Akhirnya ia mendapatkan kehidupannya yang ke-2 bersama suaminya, Antonio, dan kedua anaknya dari perkawinan mereka, serta dengan putranya (Marwan) yang ia kandung pada saat pembakaran terjadi.
Berkat dorongan putranya, kedua putrinya, dan juga Antonio, serta para sahabatnya, akhirnya Souad bersedia menceritakan kisahnya di depan publik dan juga menuliskannya dalam bentuk buku. Hal ini sangat berarti untuk memberikan penerengan kepada dunia agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi. Dengan kesaksian ini diharapkan kekerasan terhadap kaum perempuan akan berakhir dan perempuan mendapatkan haknya dan kebebasannya untuk hidup.
(ditulis oleh Teh Nung sesudah membaca buku BURNED ALIVE (by Souad))
Buku berisi kisah nyata dari Souad tentang penderitaannnya sebagai seorang anak perempuan yang terlahir dalam keluarga represif. Souad dilahirkan dan dibesarkan di Palestina, di Tepi Barat. Serperti pada umumnya anak perempuan di desanya, berada di bawah hukum yang turun temurun, yaitu menjadi budak kaum lelaki. Sejak dulu hingga abad 21 ini, perempuan di desanya , kaum lelaki (ayah dan saudara lelaki) memperlakukan perempuan sebagai pelayan atau budak yang tidak lebih dari binatang ternak.
Penderitaan perempuan tak akan berakhir ketika keluar dari rumah. Mengapa? Karena ketika menikah pun, perempuan tetap menderita. Penderitaan perempuan akan dilanjutkan dalam rumahnya yang baru. Sekarang perempuan akan berhadapan dengan kaum laki-laki yang disebut suami. Lebih celakanya lagi ketika dalam perkainan, perempan tidak bisa melahirkan anak laki-aki. Perempuan dianggap gagal dan tidak berguna. Suaminya akan meninggalkan dia akan mencari perempuan lain sampai bisa mendapatkan anak laki-laki.
Tak jarang kaum ibu membunuh bayinya begitu lahir ketika diketahui bahwa yang lahir seorang perempuan. Tak jarang pula perempuan dibunuh ayah atau saudara lelakinya jika ia dianggap membawa aib dan mencemari kehormatan keluarga. Kehormatan keluarga lebih berharga daripada nyawa seorang perempuan.
Souad sendiri mengalami penyiksaan dari ayahnya gara-gara hal sepele seprti menumpahkan susu yang baru diperasnya, memetik buah tomat yang mengkal, lalai saat menggembalakan domba, dll. Kesalahan remeh temeh bisa berakhir dengan penyiksaan: dipukuli, dicambuk, dijambak, ditendang, dll.
Adik perempuan Souad sendiri mati di tangan adik lelakinya karena gara-gara memakai telepon untuk menghubungi seseorang, mungkin seorang lelaki. Nasib Souad tak jauh berbeda dengan adiknya. Ia dibakar hidup-hidup oleh kakak ipar (suami kakanya) atas kesepakatan keluarga karena diketahui Souad hamil di luar nikah.
Adat dan kepercayaan agama di desa Souad mengharuskan menegakkan kehormatan keluarga di atas segalanya. Namun, nasib Souad tidak berakhir di atas lidah-lidah api dan langsung hangus menjadi abu. Tuhan mempunyai rencana lain untuk Souad. Rupanya ia akan dijadikan alat-Nya untuk memberitakan kepada dunia tentang kekejaman terhadap kaum perempuan yang sudah terstruktur. Kekejaman itu layak kita sebut seperti pada zaman jahiliyah, zaman manusia belum mengenal Tuhan. Ternyata agama tidak menjamin manusia menjadi lebih manusiawi. Jelas yang salah bukan ajaran agamanya, tetapi orang yang menafsirkannya.
Souad diselamatkan oleh beberapa perempuan di desanya dari tengah kobaran api. Mereka membawanya ke rumah sakit di kota. Namun, pihak rumah sakit tidak memberikan perawatan yang selayaknya karena mereka beranggapan pasien dengan kasus keluarga akan mendatangkan masalah bila dirawat. Betul-betul masalah yang gawat dan juga rumit. Rumah sakit bisa disalahkan oleh keluarga.
Para korban kasus kehormatan keluarga bila dirawat sampai sembuh juga percuma karena ketika mereka sembuh dan kembali ke kelaurga, mereka akan diperlakukan lebih tidak manusiawi dan bahkan juga berakhir dengan pembunuhan yang berikutnya.
Meskipun keluarga Souad datang untuk mencoba membunuhnya ketika berada di RS, rencana Tuhan tetap berada di atas segalanya. Akhirnya Souad diselamatkan oleh Jaqueline, seorang pekerja sosial pada sebuah organisasi kemanusiaan Terre des Homes yang dipimpin oleh Edmond Kaiser. Jaqueline memperjuangkan agar Souad bisa dibawa dan keluar dari negeri tersebut untuk mendapatkan perawatan yang layak dan mendapatkan hidup untuk yang kedua kalinya.
Dengan daya juangnya dan juga kemauannya untuk hidup serta bantuan orang-orang yang berhati tulus, Souad bisa menyelesaiakn serangkaian oprasi untuk memulihkan keadaan tubuhnya yang rusak karena luka bakar meskipun tubuhnya tak mungkin kembali senormal dulu. Souad mengalami kerusakan kulit yang sangat parah dan tak bisa diperbaiki dengan oprasi secanggih apa pun. Yang tampak normal hanya kulit di wajah. Karena itu untuk menutupi luka bakarnya Souad selalu berpakaan switer panjang di sepanjang musim.
Selain perjuangan untuk mengembalikan keadaan fisik, yang paling berat justru memulihkan keadaan mental Souad. Ia mengalami trauma yang panjang dan rasa percaya diri yang rendah serta rasa bersalah ang sangat besar. Namun berkat perjuangannya dan juga bantuan dari orang yang peduli padanya, akhirnya Souad bisa melewatui semuanya dengan baik. Akhirnya ia mendapatkan kehidupannya yang ke-2 bersama suaminya, Antonio, dan kedua anaknya dari perkawinan mereka, serta dengan putranya (Marwan) yang ia kandung pada saat pembakaran terjadi.
Berkat dorongan putranya, kedua putrinya, dan juga Antonio, serta para sahabatnya, akhirnya Souad bersedia menceritakan kisahnya di depan publik dan juga menuliskannya dalam bentuk buku. Hal ini sangat berarti untuk memberikan penerengan kepada dunia agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi. Dengan kesaksian ini diharapkan kekerasan terhadap kaum perempuan akan berakhir dan perempuan mendapatkan haknya dan kebebasannya untuk hidup.
(ditulis oleh Teh Nung sesudah membaca buku BURNED ALIVE (by Souad))
Langganan:
Postingan (Atom)