Kamis, 09 Juli 2009

RENUNGAN KITAB SUCI

Renungan berdasarkan Injil Markus 12:28-34
Ayat yang menarik : 33
Memang mengasihi DIA dengan segenap hati dan segenap pengertian
dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesame manusia
seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban
bakaran dan korban sembelihan.



Sharing:
Mengasihi Allah dengan segenap hati, lebih daripada kurban bakaran. Itu merupakan suatu hal yang tidak mudah bagiku. Ada banyak peristiwa yang dialami dalam hidupku : manis- pahit, susah-senang, membawaku pada kesadaran bahwa aku tak bisa lepas dari pada-Nya. Bagiku mengasihi-Nya itu sebuah proses.

Aku bisa melihat kemuliaan dan keagungan-Nya dari keindahan dan kemegahan semesta. Aku bisa merasakan kuasa-Nya dalam berbagai mujizat-Nya. Aku bisa menikmati kemurahan-Nya dalam berbagai rahmat yang kuterima.

Namun, hingga sekarang aku belum bisa melihat keadilan-Nya dalam berbagai penderitaan manusia. Aku tak bisa melihat keadilan-Nya kala orang benar menderita. Dan kala orang jahat menikmati kemenangannya. Aku tak bisa menerima bahwa ketidakadilan merupakan bagian yang sungguh nyata dialami. Dilihat. Didengar, dan disaksikan.

Ada banyak fenomena sosial yang sering mengiris jiwaku hingga mendalam. Namun, aku terus berusaha untuk melihat DIA dari berbagai sisi. Aku belajar untuk memahami-Nya dari berbagai sudut. Aku terkadang terhenyak di dalam keterbatasanku untuk memahami-Nya. Namun, cintaku pada-Nya tak diragukan.

Untuk bisa mencintai DIA, aku harus keluar dari hal-hal yang membatasi: ritual keagamaan, dogma agama yang kaku, fanatisme, kesombongan rohani, atau apa pun yang membuat kita terpisah dari-Nya. Bagiku hamabatan yang paling sukar aku taklukan untuk mencintai DIA dengan segenap hati, adalah diriku sendiri. Diriku yang masih banyak kekurangan dan keterbatasan.

Aku sebagai seorang guru belajar dari murid-muridku, para remaja, untuk mengasihi Tuhan dari sudut pandang mereka yang murni, ceplas-ceplos, kocak, bahkan gila. Mereka punya gairah yang meletup untuk mengekspresikan semangat iman mereka. Aku juga belajar bagaimana menemukan Tuhan dalam setiap detak hidup yang kualami. Anak-anak, suami, siswa, teman, tetangga, bahkan orang yang bertemu hanya sekilas.

Aku percaya bahwa perjumpaanku dengan siapa pun ( yang intens atau yang sekilas) sudah direncanakan-Nya untuk menyampaikan sesuatu padaku. Dalam perjumpaan dengan orang lain aku menemukan potongan mozaik diriku yang masih berceceran di mana-mana. Jadi Saudara-Saudariku, aku berada di mana pun dan berjumpa dengan kalian semua tidak semata-mata karena keinginanku atau kebetulan belaka.

Aku meyakini juga bahwa spiritualitas kita tidak hanya berhenti pada doa-doa yang basi atau atau liturgi yang megah. Spiritualitas kita menyangkut seluruh aspek hidup kita. Juga dalam penderitaan dan kegagalan kita. Di sini letaknya bahwa iman tidak hanya sebatas kata-kata.

(Teh Nung yang lagi iseng membuka Kitab Suci)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar