Sabtu, 25 April 2009

Catatan Kecil : dari buku SANG PENEBUS karya Wally Lamb


Berterima kasih kepada Sang Pencipta untuk keselurah hidup dan dari mana hidup itu berasal. Hidup terdiri dari rangkaian peristiwa yang dialami sejak masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Masa lalu dan masa depan diikat bersama dalam kekinian kita. Kebulatan awal dan akhir dari semuanya.

Mitos kuno berkata:
“Perbaikilah hidupmu dan alam semesta akan menjadi milikmu.”
Hidup bisa menjadi penuh belas kasih sekaligus ironi. Kebenaran bahwa cinta tumbuh dari pengampunan. Bahwa anjing gladak pun bisa menjadi anjing yang baik. Bahwa bukti adanya Tuhan ada dalam segala keseluruhan segala sesuatu.

Hidup itu bagaikan perjalanan sungai dari hulu ke hilir. Bersumber dari masa lalu kita mengalir ke masa depan. Seseorang harus bisa menerima masa lalunya, berada di masa sekarang, dan akhirnya bisa mempunyai harapan untuk masa depan. Kita harus bisa berdamai dengan diri kita, baru kita bisa berdamai dengan orang lain.

Masa lalu seseorang yang kelam terkadang membawa hanyut dan menenggelamkan seseorang di masa kini dan tak punya harapan untuk masa depan. Hal itu terjadi karena seseorang tak bisa menerima dan berdamai dengan masa lalunya. Akhirnya untuk meraih masa depan pun terasa berat dan tak ada harapan.

Semua orang pasti membuat kesalahan dalam hidupnya, tetapi kita tidak bisa terus menerus berkubang dalam kesalahan itu. Kita yang sekarang ada terjadi karena leluhur kita, siapa pun dan bagaimana pun mereka di masa lalu. Itulah mereka dan inilah kita yang juga merupakan bagian dari mereka. Kita tidak bisa mengubah sejarah yang sudah terjadi. Namun, kita bisa membangun sejarah yang akan datang yang lebih baik lagi. Tak ada perjalanan sejarah leluhur seseorang yang tanpa cela. Bahkan, leluhur Yesus Kristus sekali pun mempunyai sejarah yang juga carut marut. Dari sejarah leluhur itu, kita bisa bercermin tentang makna hidup yang sebenarnya bahwa memang hidup itu seperti rujak bebek yang terdiri dari berbagai buah-buahan dengan aneka rasa: manis, asam, asin, pedas, getir, kesat … menyatu dalam satu sajian RUJAK yang ketika disatukan menjadi sedap. Itulah hidup. Hidupku dan hidupmu. (Teh Enung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar