Minggu, 12 April 2009

SISI LAIN

Tentang perasaan
Dan terkadang perasaan yang bergelora datang melanda, tanpa permisi, tanpa basa-basi. Semuanya muncul bergelombang, timbul tenggelam. Terkadang tenang tanpa riak, tanpa alun, atau gelombang. Terkaang riak-riaknya muncul di permukaan: kecil saja. namun terkadang alun akan menjadi gelombang dahsyat ang menghempaskan kita pada perasaan tak bertepi, tak berbatas, tak berbingkai.Tanpa judul. Timbul tenggelam.

Aku diam tak bergeming. Berteriak histeris dalam ruang batin. Membiarkan semuanya mengalir bagai air, bagai udara. Menikmatinya sebagai sebagai sebuah keindahan dan bagian dari seni hidup. Membiarkan semuanya alami, sesuatu yang wajar, bagian dari hidup.
Terasa berat memang. Namun, aku tahu aku bisa mengatasinya menjadi bagian dalam hidupku, bagian dari miliku. Aku akan belajar dari BUMI, IBU PERTIWI, yang memasrahkan segalanya dalam penerimaan dan kebijaksanaan. Semuanya mengalir, wajar, indah, dan alami, harmoni, bagian dari semesta.

Kata orang hidup dapat berubah pada setiap tarikan nafas. Aku akan membiarkan semuanya berjalan sesuai dengan yang semestinya. Karena di sana ada kebesan abadi: Bukan karena kehendaku yang terjadi, tetapi karena kehendak-Nya. aku akan membiarkan semua terjadi karena rencana dan kehendak-Nya. Aku akan belajar dan terus belajar untuk bersabar, realistis, dan tenang untuk menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidupku.

Yang kutahu dicintai dan mencintai memang membahagiakan, tetapi terkadang menyakitkan. Kita harus (siapa yang mengharuskan?) berkomitmen dan berkurban pada rasa cinta kita terhadap orang-orang yang kita cintai. Sepanjang hidup kita memberikan diri, tetapi kita merasa belum cukup.

Hidup adalah keteguhan tekad, bukan apa yang diberikan oleh kehidupan, tetapi apa ang kita berikan untuk kehidupan, bukan apa kesulitan kita, tetapi agaimana kita mengatasi kesulitan itu.

(Teh Nung Martina anu bageur tea)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar