Selasa, 23 Juli 2019

JEJAK LANGKAH 8


GEREJA SANTO YOSEF NAZARETH



Bertumbuhnya Yesus dalam “hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52) terjadi dalam Keluarga Kudus di bawah pengawasan Yosef, yang mempunyai tugas penting “membesarkan” Yesus, yaitu memberinya makanan, pakaian, serta pendidikan dalam hukum agama, dan dalam ketrampilan, sehubungan dengan kewajibannya sebagai seorang ayah. Dalam Kurban Ekaristi, Gereja menghormati kenangan akan Maria, Bunda Allah yang tetap Perawan selamanya, dan kenangan akan St Yosef, ) sebab “ia (Yosef) memberi makan Dia (Yesus) yang harus disantap umat beriman sebagai Roti Hidup yang kekal.” * catatan: Ingat kembali tentang pengajaran Romo Hendra di G. Bapak Kami tentang  Roti Hidup.* Dari pihak-Nya, Yesus “taat kepada mereka –kedua orang tua-Nya” (bdk Luk 2:51), membalas dengan penuh hormat kasih sayang “orangtua”-Nya. Dengan cara ini Ia bermaksud menguduskan kewajiban keluarga dan kerja, yang Ia lakukan di sisi Yosef, ayah asuh-Nya.

Jasa St. Yosef  tentu tidak terhingga. Karena itu untuk mengenang atas jasa dan hidupnya yang kudus, dibangunlah Gereja Santo Yosef (Saint Joseph's Carpentry). Gereja Santo Yosef ini diyakini dibangun di lokasi rumah Keluarga Kudus, di mana Yesus kecil bersama kedua orang tua- Nya tinggal bersama di sini. Tepatnya lokasi bengkel Yosef, Pekerja. Lokasi Gereja ini berada di samping gereja Kabar Gembira. Di bagian bawah gereja ini terdapat bekas rumah Keluarga Kudus. Mengunjungi Gereja ini, kita diingatkan kembali akan peranan dan kemuliaan hati Santo Yosef.


Sebagai pelindung dari misteri “ yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah,” yang mulai disingkapkan di hadapan matanya “dalam kegenapan waktu,” Yosef, bersama Maria, merupakan saksi istimewa akan kelahiran Putra Allah ke dalam dunia pada malam Natal di Betlehem. Lukas menulis, “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk 2:6-7).- 

Gereja St Joseph dibangun pada tahun 1914 di atas sisa-sisa gereja zaman Tentara Salib yang terletak  di atas  gua. Penyebutan pertama situs tersebut terjadi dalam karya seorang penulis dan orientalis Italia abad ke-17, Franciscus Quaresmius, yang menggambarkannya sebagai "rumah dan bengkel Joseph”.



Tangga di gereja turun ke ruang bawah tanah tempat gua-gua yang dapat dilihat melalui kisi-kisi di lantai. Tujuh langkah berikutnya mengarah ke bak (kolam) atau lubang persegi 2 meter dengan lantai mosaik hitam-putih. Bak ini diyakini sebagai tempat pembaptisan Kristen pra-Konstantinus, kemungkinan digunakan pada awal abad ke-1. Mosaik lantai menggambarkan apa yang tampak sebagai tangga yang melambangkan peningkatan spiritual dari orang yang baru bertobat menjadi Kristen. Ini menunjukkan bahwa orang Kristen berkumpul di sini pada zaman awal (Keristen perdana)  bahkan sebelum kota itu memiliki gereja resmi. Tampaknya rumah itu, yang telah diidentifikasi sebagai rumah Keluarga Kudus, digunakan untuk ibadat Kristen selama era Bizantium.

Gua di bawah gereja digunakan oleh penduduk awal pada masa Romawi sebagai tempat penyimpanan air dan makanan di bawah rumah, yang merupakan ciri khas rumah-rumah tempat tinggal pada zaman itu.


Tempat itu diubah menjadi tempat ibadah pada periode Bizantium, karena tradisi mengidentifikasi tempat itu sebagai bengkel dan rumah bagi Keluarga Kudus. Selama periode Tentara Salib, pada abad ke-12, sebuah gereja dibangun di atas situs gereja Bizantium. Ini Rumah St Joseph. Bangunan itu dihancurkan oleh Arab (1263) setelah kekalahan Tentara Salib. Selama periode Ottoman, reruntuhan gereja Tentara Salib diakuisisi oleh Fransiskan (tahun 1745), dan kapel pertama dibangun pada 1754. Gereja baru dibangun kembali oleh para Fransiskan pada tahun 1914 di atas gereja-gereja dan gua sebelumnya.

Di dalam gereja yang sekarang berdiri ada beberapa jendela kaca patri yang menarik dan lukisan yang menggambarkan pemandangan yang melibatkan Yusuf. Gereja ini memiliki tiga lukisan penting dan berharga: Keluarga Kudus, Impian Yusuf, dan Kematian Yusuf di Lengan Yesus dan Maria. Ada adegan pernikahan Joseph dan Mary, lukisan lain sebuah adegan Joseph menunjukkan kepada Yesus bagaimana bekerja di pertukangan yang dilihat Maria,  dan The Dream of Joseph.



Meskipun tidak semegah Basilika Maria Diangkat ke Surga, Gereja St. Joseph patut dikunjungi kala berziarah ke Nazareth. Sejak dari saat Kabar Sukacita, baik Yosef maupun Maria mendapati  diri mereka, dalam arti tertentu yaitu pada pusat misteri yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah. Misteri yang telah menjadi daging, “Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” (Yoh 1:14). Ia tinggal di antara manusia, dalam lingkungan Keluarga Kudus dari Nazaret, -satu dari sekian banyak keluarga di kota kecil  di Galilea, satu dari sekian banyak keluarga di tanah Israel. Di sanalah Yesus “bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Luk 2:40). Sungguh tak terbayangkan oleh kita sekarang masa itu.



Injil meringkas hanya dalam beberapa patah kata, periode panjang dari kehidupan “yang tersembunyi”, masa di mana Yesus mempersiapkan DiriNya untuk misi mesianik-Nya. Hanya satu episode dari “masa yang tersembunyi” ini dikisahkan dalam Injil Lukas: Paskah di Yerusalem ketika Yesus berusia duabelas tahun. Periode panjang kehidupan Yesus yang tak dirulis itu, tentunya bersama dengan seorang laki-laki sederhana dan saleh. Yosef memelihara Yesus layaknya seorang ayah Yahudi yang harus mendidik dan membesarkan anaknya.

Ada kisah yang sungguh menyentuh tentang Santo Yosef dan Bunda Maria manakala Yesus berusia 12 tahun:

Bersama Maria dan Yosef, Yesus ikut ambil bagian dalam perayaan sebagai seorang peziarah muda.“Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya” (Luk 2:43). Setelah sehari perjalanan jauhnya, orangtua-Nya menyadari ketidakhadiran-Nya dan mulai mencari “di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.” “Sesudah tiga hari mencari,  mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Luk 2:46-47).

Maria bertanya, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau” (Luk 2:48). Jawaban yang diberikan Yesus sedemikian rupa hingga “mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.” Ia mengatakan, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49-50). Yosef, yang baru saja disebut Maria sebagai “bapa-Mu,” mendengar jawaban ini. Bagaimanapun, itulah yang dikatakan dan dipikirkan semua orang: Yesus adalah (dianggap sebagai) Putra Yosef” (Luk 3:23).

Namun demikian, jawaban Yesus di Bait Allah sekali lagi membangkitkan dalam benak dia  (St. Yosef) “yang dianggap bapa-Nya” apa yang telah ia dengar pada malam itu duabelas tahun silam dari Malaikat Gabriel, “Yosef, … janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Sejak dari saat itu, ia tahu bahwa ia adalah pelindung dari misteri Allah, dan tepat misteri inilah yang oleh Yesus yang berumur duabelas tahun dibangkitkan kembali dalam benaknya, “Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku.”

Saya membaca kisah di atas menjadi terharu sekali. Betapa Santo Yosef seorang yang sederhana dan beriman. Dia taat pada perintah Allah. Dia menjalankan tugasnya sebagai seorang suami dan seorang ayah bagi DIA yang menjadi putranya. Dia melakukannya dalam keiklasan dan diam yang bermakna.



Saya sungguh tersentuh dengan hikmat ini. Perasaan ini baru aya rasakan. Saya tahu St. Yosef. Namun, perasaan saya sebelumnya tak sedalam ini. Itulah yang saya dapatkan di Gereja St. Yosef Nazareth.

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar