SEMBILAN BELAS
(untuk Metta)
19 tahun kita ditakdirkan untuk menjadi ibu-anak
Dan waktu-waktu mendatang untuk sepanjang kisah kita
Kita tetap ibu dan anak
Manis seperti gula-gula kapas yang kita makan saat kau duduk di TK
Kamu yang pertama menjadi buah cinta
Antara aku dan kekasihku, ayahmu
Kamu yang membuat perutku mules saat akan lahir di dunia
Kamu yang membuatku mules saat kamu meninggalkan rumah
Kamu yang membuat aku bangga menjadi seorang ibu
Karena keberhasilan kecil dan besar
Kamu yang membuat aku kuatir ketika makin hari kau beranjak dewasa
Kamu yang membuat aku ingin menempuh separuh dunia ini
Hanya untuk membuatkan secangkir teh panas beraoma melati
Kamu yang membuatku menangis dan tertawa untuk beberapa peristiwa
Kamu juga yang membuat aku mensyukuri setiap detik hidupku
Kamu yang membuat aku berdenyut hidup
Untuk berjuang tanpa lelah
Dan melewati batas garis ketakmungkinan
Kamu yang ada dalam setiap untai doaku
Dari sini, di negri yang kita cintai, meski terkadang kita mencacinya
Aku ucapkan selamat ulang tahun
Tak kubuatkan nasi kuning
Atau ayam goreng kesukaanmu
Tapi kubuatkan puisi ini
Sebagai tanda cinta terdalamku dari lubuk nubariku
(Ciamis, 30 Desember 2009,
Dengan segenap cinta
IBU: Ch. Enung Martina)
Rabu, 30 Desember 2009
Selasa, 22 Desember 2009
Kebahagiaan
Tuesday, December 22, 2009 7:11 AM
From:
"Lukas Tanri"
Add sender to Contacts
To:
"'Enung Martina'", nfuise@yahoo.com, griyantopoey@yahoo.co.id, handi msm@yahoo.com, "'albertus sugiana'"
Subject: Kebahagiaan
Ada seseorang yang selalu resah dan gelisah dalam hidupnya menemui seorang bijak dan berkata:
"Guru, saya tidak pernah mendapatkan KEBAHAGIAAN dalam hidupku....
Tolong ajarkan saya agar HIDUPKU SELALU BAHAGIA !"
Orang bijak itu menjawab:
" Kebahagiaan itu sebenarnya tidak perlu kau cari....Kebahagiaan itu ada pada dirimu sendiri. Tapi kamu dapat belajar untuk menemukannya"
''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan ?''
Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, “Kira-kira sepuluh tahun.''
Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama?'' tanyanya tak percaya.
''Tidak,'' kata si orang bijak, ''Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.''
Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?'' tanyanya keheranan.
Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.''
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas?
Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya,
semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?
Lantas,
bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?
Sebagaimana yang telah banyak disampaikan,kebahagiaan hanya akan dicapai
kalau kita mau melakukan perjalanan KE DALAM.
Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau MEMBAYAR HARGANYA.
Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ''TOKO KEBAHAGIAAN' '
Di sana tidak ada barang yang bernama 'Kebahagiaan' ' karena
''Kebahagiaan' ' itu sendiri TIDAK DIJUAL.
Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain:
KESABARAN,
KEIKHLASAN,
RASA SYUKUR,
KASIH SAYANG,
KEJUJURAN,
KEPASRAHAN KEPADA TUHAN dan
RELA MEMAAFKAN.
Inilah ''barang-barang' ' yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.
Tetapi,
berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi.
Yang dijual di sini adalah BENIH.
Jadi, kalau Anda tertarik untuk Membeli ''Kesabaran' '
Anda hanya akan mendapatkan ''Benih Kesabaran.''
Karena itu,
segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus Berusaha Keras
untuk Menumbuhkan Benih tersebut Sampai ia Menghasilkan BUAH KESABARAN.
Setiap Benih yang Anda beli di toko tersebut Mengandung
Sejumlah Persoalan yang Harus Anda Pecahkan.
Hanya bila Anda MAMPU Memecahkan Persoalan tersebut,
Anda akan Menuai Buahnya.
Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.
''Kesabaran Tingkat 1,''
misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas atau pengemudi bus yang ugal-ugalan.
''Kesabaran Tingkat 2''
berarti menghadapi orang yang sewenang-wenang atau orang yang suka memfitnah.
''Kesabaran Tingkat 3'',
misalnya, adalah menghadapi keluarga Anda yang sendiri.
Menu yang lain misalnya ''BERSYUKUR' '
''Bersyukur Tingkat 1''
adalah bersyukur di kala SENANG, sementara
''Bersyukur Tingkat 2''
adalah bersyukur di kala SUSAH .
''KEJUJURAN Tingkat 1,''
misalnya, kejujuran dalam Kondisi Biasa, sementara
''Kejujuran Tingkat 2''
adalah kejujuran dalam Kondisi TERANCAM.
Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ''Toko Kebahagiaan' '.
Setiap produk yang dijual di toko tersebut Berbeda-beda Harganya
sesuai dengan KUALITAS KARAKTER yang Ditimbulkannya.
Yang TERMAHAL ternyata adalah ''KESABARAN' ' karena
kesabaran ini merupakan Bahan Baku dari
Segala Macam Produk yang Dijual di sana .
Seorang filsuf pernah mengatakan,
''Apa yang Kita Peroleh dengan TERLALU MUDAH PASTI KURANG Kita HARGAI.
Hanya Harga yang MAHAL-lah yang Memberi NILAI kepada SEGALANYA.
Tuhan Tahu Bagaimana MEMASANG Harga yang Tepat pada Barang-barangnya. ''
Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda.
Kita akan Bersahabat dengan Masalah.
Kita pun akan Menyambut Setiap Masalah yang Ada dengan
Penuh KEGEMBIRAAN karena Dalam Setiap Masalah Senantiasa Terkandung
''OBATdan VITAMIN'' yang Sangat Kita Butuhkan.
Dengan demikian Anda akan BERTERIMA KASIH kepada
Orang-orang yang Telah Menyusahkan Anda karena
Mereka Memang ''diutus'' untuk Membantu Anda.
Pengemudi yang ugal-ugalan, orang yang jahat, orang yang sewenang-wenang adalah Peluang untuk MEMBENTUK Kesabaran.
Penghasilan yang Pas-pasan adalah peluang untuk MENUMBUHKAN RASA SYUKUR.
Suasana yang Ribut dan Gaduh adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN KONSENTRASI.
Orang-orang yang TAK TAHU BERTERIMA KASIH adalah Peluang untuk Menumbuhkan PERASAAN KASIH Tanpa Syarat.
Orang-orang yang MENYAKITI Anda adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN Kualitas RELA MEMAAFKAN.
Sebagai penutup Marilah kita Renungkan ungkapan berikut ini:
''Aku memohon Kekuatan dan Tuhan membimbing dalam Kesulitan-kesulitan untuk Membuatku KUAT.
Aku memohon Kebijaksanaan dan Tuhan membimbing dalam Masalah dan Menyelesaikan.
Aku memohon Kemakmuran dan Tuhan memberiku TUBUH dan OTAK untuk Bekerja.
Aku memohon Keberanian dan Tuhan membimbing dalam berbagai BAHAYA untuk aku Atasi.
Aku memohon Cinta dan Tuhan membimbing dalam menghadapi Orang-orang yang Bermasalah untuk Aku Bantu.
Aku mohon Berkah dan Tuhan memberiku berbagai Kesempatan.
Aku Tidak Memperoleh Apapun yang Aku Inginkan, tetapi Aku MENDAPATKAN Apapun yang Aku BUTUHKAN.''
(Teh Nung: Semoga aku bisa belajar untuk menjadi orang yang bahagia)
From:
"Lukas Tanri"
Add sender to Contacts
To:
"'Enung Martina'"
Subject: Kebahagiaan
Ada seseorang yang selalu resah dan gelisah dalam hidupnya menemui seorang bijak dan berkata:
"Guru, saya tidak pernah mendapatkan KEBAHAGIAAN dalam hidupku....
Tolong ajarkan saya agar HIDUPKU SELALU BAHAGIA !"
Orang bijak itu menjawab:
" Kebahagiaan itu sebenarnya tidak perlu kau cari....Kebahagiaan itu ada pada dirimu sendiri. Tapi kamu dapat belajar untuk menemukannya"
''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan ?''
Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, “Kira-kira sepuluh tahun.''
Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama?'' tanyanya tak percaya.
''Tidak,'' kata si orang bijak, ''Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.''
Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?'' tanyanya keheranan.
Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.''
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas?
Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya,
semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?
Lantas,
bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan?
Sebagaimana yang telah banyak disampaikan,kebahagiaan hanya akan dicapai
kalau kita mau melakukan perjalanan KE DALAM.
Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau MEMBAYAR HARGANYA.
Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ''TOKO KEBAHAGIAAN' '
Di sana tidak ada barang yang bernama 'Kebahagiaan' ' karena
''Kebahagiaan' ' itu sendiri TIDAK DIJUAL.
Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain:
KESABARAN,
KEIKHLASAN,
RASA SYUKUR,
KASIH SAYANG,
KEJUJURAN,
KEPASRAHAN KEPADA TUHAN dan
RELA MEMAAFKAN.
Inilah ''barang-barang' ' yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.
Tetapi,
berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi.
Yang dijual di sini adalah BENIH.
Jadi, kalau Anda tertarik untuk Membeli ''Kesabaran' '
Anda hanya akan mendapatkan ''Benih Kesabaran.''
Karena itu,
segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus Berusaha Keras
untuk Menumbuhkan Benih tersebut Sampai ia Menghasilkan BUAH KESABARAN.
Setiap Benih yang Anda beli di toko tersebut Mengandung
Sejumlah Persoalan yang Harus Anda Pecahkan.
Hanya bila Anda MAMPU Memecahkan Persoalan tersebut,
Anda akan Menuai Buahnya.
Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.
''Kesabaran Tingkat 1,''
misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas atau pengemudi bus yang ugal-ugalan.
''Kesabaran Tingkat 2''
berarti menghadapi orang yang sewenang-wenang atau orang yang suka memfitnah.
''Kesabaran Tingkat 3'',
misalnya, adalah menghadapi keluarga Anda yang sendiri.
Menu yang lain misalnya ''BERSYUKUR' '
''Bersyukur Tingkat 1''
adalah bersyukur di kala SENANG, sementara
''Bersyukur Tingkat 2''
adalah bersyukur di kala SUSAH .
''KEJUJURAN Tingkat 1,''
misalnya, kejujuran dalam Kondisi Biasa, sementara
''Kejujuran Tingkat 2''
adalah kejujuran dalam Kondisi TERANCAM.
Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ''Toko Kebahagiaan' '.
Setiap produk yang dijual di toko tersebut Berbeda-beda Harganya
sesuai dengan KUALITAS KARAKTER yang Ditimbulkannya.
Yang TERMAHAL ternyata adalah ''KESABARAN' ' karena
kesabaran ini merupakan Bahan Baku dari
Segala Macam Produk yang Dijual di sana .
Seorang filsuf pernah mengatakan,
''Apa yang Kita Peroleh dengan TERLALU MUDAH PASTI KURANG Kita HARGAI.
Hanya Harga yang MAHAL-lah yang Memberi NILAI kepada SEGALANYA.
Tuhan Tahu Bagaimana MEMASANG Harga yang Tepat pada Barang-barangnya. ''
Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda.
Kita akan Bersahabat dengan Masalah.
Kita pun akan Menyambut Setiap Masalah yang Ada dengan
Penuh KEGEMBIRAAN karena Dalam Setiap Masalah Senantiasa Terkandung
''OBATdan VITAMIN'' yang Sangat Kita Butuhkan.
Dengan demikian Anda akan BERTERIMA KASIH kepada
Orang-orang yang Telah Menyusahkan Anda karena
Mereka Memang ''diutus'' untuk Membantu Anda.
Pengemudi yang ugal-ugalan, orang yang jahat, orang yang sewenang-wenang adalah Peluang untuk MEMBENTUK Kesabaran.
Penghasilan yang Pas-pasan adalah peluang untuk MENUMBUHKAN RASA SYUKUR.
Suasana yang Ribut dan Gaduh adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN KONSENTRASI.
Orang-orang yang TAK TAHU BERTERIMA KASIH adalah Peluang untuk Menumbuhkan PERASAAN KASIH Tanpa Syarat.
Orang-orang yang MENYAKITI Anda adalah Peluang untuk MENUMBUHKAN Kualitas RELA MEMAAFKAN.
Sebagai penutup Marilah kita Renungkan ungkapan berikut ini:
''Aku memohon Kekuatan dan Tuhan membimbing dalam Kesulitan-kesulitan untuk Membuatku KUAT.
Aku memohon Kebijaksanaan dan Tuhan membimbing dalam Masalah dan Menyelesaikan.
Aku memohon Kemakmuran dan Tuhan memberiku TUBUH dan OTAK untuk Bekerja.
Aku memohon Keberanian dan Tuhan membimbing dalam berbagai BAHAYA untuk aku Atasi.
Aku memohon Cinta dan Tuhan membimbing dalam menghadapi Orang-orang yang Bermasalah untuk Aku Bantu.
Aku mohon Berkah dan Tuhan memberiku berbagai Kesempatan.
Aku Tidak Memperoleh Apapun yang Aku Inginkan, tetapi Aku MENDAPATKAN Apapun yang Aku BUTUHKAN.''
(Teh Nung: Semoga aku bisa belajar untuk menjadi orang yang bahagia)
Senin, 21 Desember 2009
AROMA LIBUR
Sepertinya aroma libur sudah memngental dan memenuhi atmosfir di setiap tempat yang kulewati. Di setiap pertokoan sudah bersaing menghias tokonya semeriah mungkin dan seindah serta berlomba memberi sentuhan natal sepas mungkin. Natal memang menjadi salah satu daya tarik untuk bisnis.
Kami (pasukan dari rasi bintang Beruang Kecil-Ursa Minor alias para Ursuliner) jelas masih giat bekerja. Dimulai dengan minggu-minggu sibuk menyiapkan rapot sampai pembagian dan kini pengembalian rapot serta beres-beres ruang guru serta menyiapkan administrasi untuk semester II. Wow... kami memang pekerja keras di ladang Tuhan.
Namun, perlu diketahui aroma libur menghanyutkan kami sampai tulang sungsum kami. Bikin malas bangun pagi dan bikin malas mulai bekerja menyelesaikan ini dan itu. rasanya kami hanya ingin tetap bergelung di tempat tidur kami sambil merasakan betapa enaknya liburan!!!
Sampai detik penghabisan di semester I, yaitu Selasa, 22 Desember 2009. Bertepatan dengan Mother Day , itulah hari terakhir kami berjuang di semester I tahun ini.
Semua sudah bersiap dengan rencana masing-masing perayaan Natalnya. Mulai dari yang tetap di rumah, pulang kampung, dan melancong. Semuanya antusias ingin segera libur. Aku sendiri? jelas pulang kampung.Tapi harus menunaikan kewajiban dulu: tugas pada malam Natal untuk dua pria di rumahku (Aga dan Bob). Pagi-pagi tanggal 25 baru kami bisa pulang kampung. Kasihan Emak-ibuku tercinta. Kalo anaknya tak pulang, bisa merana dia. Aku sebetulnya merana juga karena dara mungil buah hatiku tak bisa pulang. Baru pulang summer 2011 nanti. Lha kok masih lama ya...
Ini adalah Natal pertama dia jauh dari keluarga. Ini adalah Natal pertamaku tanpa dia. Hu...hu...hu... rasanya di dadaku ada yang menyesak. Eh... lihat masih ada Natal-natal lain yang akan kulalui bersama dia!!!
(Teh Enung yang sangat ingin segera menikmati liburan Natal)
Semoga para pembaca blog ini sudah menikmati liburannya dan juga selamat menikmati natal dalam keluarga!!
Kami (pasukan dari rasi bintang Beruang Kecil-Ursa Minor alias para Ursuliner) jelas masih giat bekerja. Dimulai dengan minggu-minggu sibuk menyiapkan rapot sampai pembagian dan kini pengembalian rapot serta beres-beres ruang guru serta menyiapkan administrasi untuk semester II. Wow... kami memang pekerja keras di ladang Tuhan.
Namun, perlu diketahui aroma libur menghanyutkan kami sampai tulang sungsum kami. Bikin malas bangun pagi dan bikin malas mulai bekerja menyelesaikan ini dan itu. rasanya kami hanya ingin tetap bergelung di tempat tidur kami sambil merasakan betapa enaknya liburan!!!
Sampai detik penghabisan di semester I, yaitu Selasa, 22 Desember 2009. Bertepatan dengan Mother Day , itulah hari terakhir kami berjuang di semester I tahun ini.
Semua sudah bersiap dengan rencana masing-masing perayaan Natalnya. Mulai dari yang tetap di rumah, pulang kampung, dan melancong. Semuanya antusias ingin segera libur. Aku sendiri? jelas pulang kampung.Tapi harus menunaikan kewajiban dulu: tugas pada malam Natal untuk dua pria di rumahku (Aga dan Bob). Pagi-pagi tanggal 25 baru kami bisa pulang kampung. Kasihan Emak-ibuku tercinta. Kalo anaknya tak pulang, bisa merana dia. Aku sebetulnya merana juga karena dara mungil buah hatiku tak bisa pulang. Baru pulang summer 2011 nanti. Lha kok masih lama ya...
Ini adalah Natal pertama dia jauh dari keluarga. Ini adalah Natal pertamaku tanpa dia. Hu...hu...hu... rasanya di dadaku ada yang menyesak. Eh... lihat masih ada Natal-natal lain yang akan kulalui bersama dia!!!
(Teh Enung yang sangat ingin segera menikmati liburan Natal)
Semoga para pembaca blog ini sudah menikmati liburannya dan juga selamat menikmati natal dalam keluarga!!
Jumat, 18 Desember 2009
BRUDER ELIA
Aku tertarik dengan tokoh yang satu ini karena iman dan juga keajaiban Allah terjadi melalui dia. Silakan membaca tentang hamba ini karena ia begitu berbeda dengan dunia. Ia begitu dekat dengan DIA yang wafat di Kalvari.
(Teh Enung Martina)
Malaikat dengan Stigmata Mengunjungi Rumahku - fra Elia
Sunday, August 2, 2009 at 6:01am
Penulis : Fiorella Turolli
Penerbit : Marian Center Indonesia
Siapakah Fra Elia?
Lahir pada tanggal 20 Februari 1962 di daerah Puglia, Italia. Ketika
usianya masih muda, ia masuk Biara Kapusin di Lombardi dan selama masa
novisiat ia menerima karunia stigmata. Sejak saat itulah, selama Masa
Paskah, Fra Elia mengalami sengsara Yesus (didahului dengan berpuasa
selama 40 hari) dan bau harum keluar dari seluruh tu-buhnya. Setiap
hari Jumat, luka-luka-Nya yang terbuka menyebabkan kesakitan yang
sangat luar biasa. Me-reka sembuh kembali dalam 1 atau 2 hari, namun
tanda-tandanya masih tetap ada.
Ketika fenomena ini mulai, ia dan 3 bruder lainnya tidak berani
memberitahukan pada pimpinan biara. Walaupun mereka menyaksikan
peristiwa tersebut dan salah seorangnya adalah perawat, yang telah
dipercaya Fra Elia untuk mengurus segalanya. Se-mentara itu, ia
melanjutkan hidup dalam iman dan tiba saatnya mengucapkan kaul
sementaranya. Dan ia memakai nama Fra Elia Maria.
Saat ia diberitahu bahwa luka-lukanya bukanlah penyakit herpes atau
sejenisnya, ia lalu mengalami krisis, tidak mau menerima hal ini. Ia
merasa tak layak dan tak ingin memikul tanggungjawab dengan segala
akibatnya. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang lain. Krisis lain
menimpanya pula dan kali ini ia meninggalkan biara dengan keyakinan
bahwa ia akan hidup normal dan segalanya akan kembali juga menjadi
normal.
Sebagai seorang bruder awam, ia menemukan pekerjaan yang sesuai dengan
alamiah dirinya. Ia membantu orang-orang yang sakit dan kemudian para
narapidana di penjara. Ia amat berbakat sebagai perawat dan mendapat
diploma untuk refleksi. Pekerjaannya yang terakhir adalah di pabrik
kimia.
Bagaimana pun, ia tahu tidak mungkin merubah hidup pribadinya dan
begitulah, setiap tahun ia memperbaharui kaulnya secara pribadi,
melalui bekas superiornya, Romo Eugenio. Ia membagi waktunya dengan
pekerjaan, Gereja dan menolong orang-orang.
Waktu berjalan dan stigmatanya tetap, malah lebih nampak dari
sebelumnya. Nostalgia akan kehidupan membiara masih kuat dan jelas
baginya, ia tidak mungkin lari dari Tuhan. Jadi ia menyerahkan diri
pada Kerahiman-Nya dan bertanya, apa yang menjadi kehendak-Nya. Agar
lebih mengerti jawabannya, ia masuk pertapaan di Tuscany, dimana tak
seorang pun yang mengenalnya dan tinggal di sana dalam waktu yang
la-ma.
Pada waktu itu, ia mengerti bah-wa tugasnya adalah menjadi peziarah di
dunia dan untuk dunia. Dia mendirikan suatu komunitas religius yang
bekerja untuk menolong kaum lemah, yang kesepian dan yang tersisih.
Khususnya kaum muda yang hidup sendirian, tanpa bimbingan dan
seringkali tanpa kasih dan karenaya menimbulkan problem yang gawat
(anak-anak jalanan).
Menyadari hal ini dan terbebas dari keraguan, ia menyiapkan
serangkaian peraturan yang kemudian menjadi komunitas Fra Elia, the
Apostles of God. Setelah 60 hari kembali di rumah, kali ini ia
berbahagia karena mengerti akan kehendak Allah dan menerimanya. Ia
segera mengunjungi superiornya yang terakhir waktu masih di biara dan
meminta nasehat untuk kehidupannya selanjutnya. Romo Superior
mengatakan bahwa ia harus mengikuti panggilan hidupnya dan mencari
tempat yang sesuai untuk komunitasnya. Lalu ia menghadap uskup dan
meminta petunjuk dan bimbingan seorang imam.
Dalam Penyelenggaraan Ilahi, Fra Elia bertemu dengan beberapa teman
yang kemudian membentuk asosiasi yang diberi nama ONLUS dan 2 tahun
kemudian mampu membeli sebuah biara tua dan dipersembahkan kepada St.
Fransiskus. Terletak di Calvi Del Umbria (tak jauh dari Asisi) di
Propinsi Terni. Untuk mengatasi pembiayaan, asosiasi ini mengambil
pinjaman jangka panjang.
Pada tahun 2002 di Spinea, ia kembali memperbaharui kaulnya, melalui
imam Kapusin, Romo Claudio dan beberapa imam lain yang hadir juga
(tetapi ia bukan sebagai seorang Kapusia, melainkan sebagai Fra Elia
dari Apostle of God atau Rasul Allah). Sejak September 2003, akhirnya
ia mendiami rumahnya yang terdiri dari 3 ruangan, di sudut biara tua
tersebut. Dan Fra Elia kemudian diundang ke berbagai paroki dalam
kelompok-kelompok doa dari seluruh Italia. Melalui penyembuhan,
pentobatan dan pembebasan dan lain-lain manifestasi yang tidak dapat
diterangkan oleh ilmu pengeta-huan, yang semuanya ini dicatat dalam
buku kedua menganai Fra Elia. Fra Elia sendiri tidak pernah mendirikan
kelompok doa, karena ia selalu diundang ke paroki-paroki, namun ia
juga tidak bersikap sebagai seorang penyembuh.
Pada tahun 2002, Uskup Paolo Maria Hnilica, dalam sebuah surat
resminya, memohonkan bantuan dari semua pihak agar membantu proyeknya.
Selama masa sengsaranya dalam bulan April 2004, ia berada di biara di
Calvi dan dikunjungi oleh 2 utusan dari Tahta Suci untuk memeriksa
dirinya. Sekarang ia tinggal bersama beberapa bruder dan Sr Domenica
di biara di Calvi Umbria, berdoa dan bekerja serta merestorasi tempat
tinggalnya.
Sungguh merupakan anugerah dan berkat Tuhan bahwa dalam kunjungannya
ke Australia, Komunitas Katolik Indonesia yang berada di Perth,
memperoleh kesempatan merayakan Ekaristi dan Adorasi bersama Fra Elia
pada hari Jumat 16 November 2007, dengan Romo Ari Pawarto, O.Carm
Chaplain di sana sebagai konselebran utama.
Ditulis kembali sebagai artikel oleh: Willy Prayogi ke milis Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM)
Distrik Surabaya 1 - willyprayogi@yahoo.com
(Teh Enung Martina)
Malaikat dengan Stigmata Mengunjungi Rumahku - fra Elia
Sunday, August 2, 2009 at 6:01am
Penulis : Fiorella Turolli
Penerbit : Marian Center Indonesia
Siapakah Fra Elia?
Lahir pada tanggal 20 Februari 1962 di daerah Puglia, Italia. Ketika
usianya masih muda, ia masuk Biara Kapusin di Lombardi dan selama masa
novisiat ia menerima karunia stigmata. Sejak saat itulah, selama Masa
Paskah, Fra Elia mengalami sengsara Yesus (didahului dengan berpuasa
selama 40 hari) dan bau harum keluar dari seluruh tu-buhnya. Setiap
hari Jumat, luka-luka-Nya yang terbuka menyebabkan kesakitan yang
sangat luar biasa. Me-reka sembuh kembali dalam 1 atau 2 hari, namun
tanda-tandanya masih tetap ada.
Ketika fenomena ini mulai, ia dan 3 bruder lainnya tidak berani
memberitahukan pada pimpinan biara. Walaupun mereka menyaksikan
peristiwa tersebut dan salah seorangnya adalah perawat, yang telah
dipercaya Fra Elia untuk mengurus segalanya. Se-mentara itu, ia
melanjutkan hidup dalam iman dan tiba saatnya mengucapkan kaul
sementaranya. Dan ia memakai nama Fra Elia Maria.
Saat ia diberitahu bahwa luka-lukanya bukanlah penyakit herpes atau
sejenisnya, ia lalu mengalami krisis, tidak mau menerima hal ini. Ia
merasa tak layak dan tak ingin memikul tanggungjawab dengan segala
akibatnya. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang lain. Krisis lain
menimpanya pula dan kali ini ia meninggalkan biara dengan keyakinan
bahwa ia akan hidup normal dan segalanya akan kembali juga menjadi
normal.
Sebagai seorang bruder awam, ia menemukan pekerjaan yang sesuai dengan
alamiah dirinya. Ia membantu orang-orang yang sakit dan kemudian para
narapidana di penjara. Ia amat berbakat sebagai perawat dan mendapat
diploma untuk refleksi. Pekerjaannya yang terakhir adalah di pabrik
kimia.
Bagaimana pun, ia tahu tidak mungkin merubah hidup pribadinya dan
begitulah, setiap tahun ia memperbaharui kaulnya secara pribadi,
melalui bekas superiornya, Romo Eugenio. Ia membagi waktunya dengan
pekerjaan, Gereja dan menolong orang-orang.
Waktu berjalan dan stigmatanya tetap, malah lebih nampak dari
sebelumnya. Nostalgia akan kehidupan membiara masih kuat dan jelas
baginya, ia tidak mungkin lari dari Tuhan. Jadi ia menyerahkan diri
pada Kerahiman-Nya dan bertanya, apa yang menjadi kehendak-Nya. Agar
lebih mengerti jawabannya, ia masuk pertapaan di Tuscany, dimana tak
seorang pun yang mengenalnya dan tinggal di sana dalam waktu yang
la-ma.
Pada waktu itu, ia mengerti bah-wa tugasnya adalah menjadi peziarah di
dunia dan untuk dunia. Dia mendirikan suatu komunitas religius yang
bekerja untuk menolong kaum lemah, yang kesepian dan yang tersisih.
Khususnya kaum muda yang hidup sendirian, tanpa bimbingan dan
seringkali tanpa kasih dan karenaya menimbulkan problem yang gawat
(anak-anak jalanan).
Menyadari hal ini dan terbebas dari keraguan, ia menyiapkan
serangkaian peraturan yang kemudian menjadi komunitas Fra Elia, the
Apostles of God. Setelah 60 hari kembali di rumah, kali ini ia
berbahagia karena mengerti akan kehendak Allah dan menerimanya. Ia
segera mengunjungi superiornya yang terakhir waktu masih di biara dan
meminta nasehat untuk kehidupannya selanjutnya. Romo Superior
mengatakan bahwa ia harus mengikuti panggilan hidupnya dan mencari
tempat yang sesuai untuk komunitasnya. Lalu ia menghadap uskup dan
meminta petunjuk dan bimbingan seorang imam.
Dalam Penyelenggaraan Ilahi, Fra Elia bertemu dengan beberapa teman
yang kemudian membentuk asosiasi yang diberi nama ONLUS dan 2 tahun
kemudian mampu membeli sebuah biara tua dan dipersembahkan kepada St.
Fransiskus. Terletak di Calvi Del Umbria (tak jauh dari Asisi) di
Propinsi Terni. Untuk mengatasi pembiayaan, asosiasi ini mengambil
pinjaman jangka panjang.
Pada tahun 2002 di Spinea, ia kembali memperbaharui kaulnya, melalui
imam Kapusin, Romo Claudio dan beberapa imam lain yang hadir juga
(tetapi ia bukan sebagai seorang Kapusia, melainkan sebagai Fra Elia
dari Apostle of God atau Rasul Allah). Sejak September 2003, akhirnya
ia mendiami rumahnya yang terdiri dari 3 ruangan, di sudut biara tua
tersebut. Dan Fra Elia kemudian diundang ke berbagai paroki dalam
kelompok-kelompok doa dari seluruh Italia. Melalui penyembuhan,
pentobatan dan pembebasan dan lain-lain manifestasi yang tidak dapat
diterangkan oleh ilmu pengeta-huan, yang semuanya ini dicatat dalam
buku kedua menganai Fra Elia. Fra Elia sendiri tidak pernah mendirikan
kelompok doa, karena ia selalu diundang ke paroki-paroki, namun ia
juga tidak bersikap sebagai seorang penyembuh.
Pada tahun 2002, Uskup Paolo Maria Hnilica, dalam sebuah surat
resminya, memohonkan bantuan dari semua pihak agar membantu proyeknya.
Selama masa sengsaranya dalam bulan April 2004, ia berada di biara di
Calvi dan dikunjungi oleh 2 utusan dari Tahta Suci untuk memeriksa
dirinya. Sekarang ia tinggal bersama beberapa bruder dan Sr Domenica
di biara di Calvi Umbria, berdoa dan bekerja serta merestorasi tempat
tinggalnya.
Sungguh merupakan anugerah dan berkat Tuhan bahwa dalam kunjungannya
ke Australia, Komunitas Katolik Indonesia yang berada di Perth,
memperoleh kesempatan merayakan Ekaristi dan Adorasi bersama Fra Elia
pada hari Jumat 16 November 2007, dengan Romo Ari Pawarto, O.Carm
Chaplain di sana sebagai konselebran utama.
Ditulis kembali sebagai artikel oleh: Willy Prayogi ke milis Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM)
Distrik Surabaya 1 - willyprayogi@yahoo.com
Labels:
adorasi,
apostole of god,
asisi,
bruder elia,
calvi del umbria,
ekaristi,
fra elia,
italia,
kapusin
Kamis, 17 Desember 2009
REFLEKSI AKHIR TAHUN
Aku hanya ingin menyerahkan hari-hariku di tahun 2010 ini pada kehendak dan rencana-Nya, sama yang aku juga lakukan pada tahun kemarin. Mendasarkan seluruh hidupku pada penyelenggaraan Allah. Ada begitu banyak rencana, begitu banyak harapan, dan juga doa yang dipanjatkan untuk tahun 2010. Demikian juga hal yang sama terjadi pada awal tahun 2009.
Aku masih teringat bahwa pada akhir tahun 2008 aku mengatakan “ Terjadilah padaku sesuai dengan kehendak-Mu” sehingga seluruh hidupku didasarkan pada rencana dan kehendak-Nya. Akan tetapi, kenyataannya begitu sulit ketika kita menjalaninya. Ternyata hal itu mudah dikatakan, tetapi ketika kita menjalani dan melakoninya sungguh suatu yang tidak mudah. Namun, ketika peristiwa silih berganti pada tahun tersebut, akhirnya tak bisa kupungkiri bahwa peran ILahi ada dalam setiap peristiwa itu.
Banyak peristiwa suka yang aku temukan berkaitan dengan hidup berkeluarga, bersosial, juga berelasi pribadi dengan Allah. Namun, tak pelak peristiwa duka yang tak mengenakkan juga terjadi. Semua peristiwa itu menjadi bagian yang membuat aku melihat bahwa Allah hadir dan berbicara dengan cara-Nya. Sungguh itu tidak mudah. Kita sering terlena karena peristiwa suka yang menyebabkan kita lupa akan peran-Nya, seolah semua itu terjadi begitu saja dan sudah semestinya. Kita juga terlalu larut dalam duka sehingga terkadang kita lupa untuk memaknainya.
Namun, bila kita mau sedikit saja meneyediakan hati dan meluangkan waktu untuk duduk sejenak memandang setahun yang sudah lewat itu, kita akan terhenyak dan terpana. Apalagi kalau kita dengan sengaja mendaftar berkat dan rahmat yang kita terima serta menuliskan derita yang kita alami, betapa kita akan bergetar karena tak sedetik pun DIA lena menjaga kita.
Semua peristiwa, terutama duka, memurnikan kita untuk lebih pantas disebut sebagai anak-Nya. Membuat kita semakin terasah untuk menjadi tajam memahami hidup kita dengan lebih bijak. Tawa kita dan juga air mata membuat kita bertambah murni bila kita memaknainya dalam nama-Nya. Ada banyak air mata yang kutemui: sedih, haru, cinta, sesal, kasihan, sebal, marah, duka, kesepian, tersisih, bahkan bahagia. Semuanya air mata.
Di sana-sini air mata. Air mata yang membasuh luka hingga akhirnya luka itu mengering. Air mata yang mederas kala harus menghadapi beratnya sebuah perpisahan. Juga air mata bahagia ketika aku memenangkan perjuangan. Bahkan air mata putus asa karena melihat ketidakadilan, sementara aku tak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Air mata itu mengalir untuk diriku, anakku, suamiku, temanku, bahkan orang lain yang tak ada hubungannya denganku.
Semua itu membuat aku semakin terbilas, semakin basah karena Sang Cinta menyentuhku. Terkadang aku berpikir, semakin bertambah umur semakin banyak kandungan air dalam mataku. Entahlah. Ibu Astuti, guru Biologi yang adalah temanku, harus menjelaskan hal ini. Apakah benar kandungan air dalam mata seseorang semakin banyak ketika usia makin bertambah?
Kita berbicara tentang rencana yang kita rancang pada awal tahun lalu. Terkadang rencana yang sudah disusun dengan matang tiba-tiba bisa begitu saja berubah karena ada hal lain di luar kemampuan dan kuasa kita. Perubahan itu terkadang begitu melenceng jauh dari rancangan semula. Terkadang bikin kita takjub, tetapi seringnya bikin kita bertanya: Apa maunya? Namun, boleh aku katakana bahwa terkadang Rancangan-Nya ada di atas rencana kita. Yang jelas aku percaya bahwa semua rencana-Nya adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kebinasaan.
Karena itu pada tahun 2010 ini aku juga mempunyai segudang rencana, tetapi tetaplah aku akan mendasarkan semuanya itu pada apa yang dirancangkan-Nya untukku. Manusia boleh merencanakan, tetapi rencana DIA akan berada di atasa rancangan kita. Biarlah aku menirukan perkataan seorang PEREMPUAN sederhana yang agung:yang berasal dari Desa Nazareth dua ribuan tahun lalu:
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku sesuai perkataan-Mu.
Akhirnya kususun jari dan kubertelut untuk melantunkan doaku.
Doaku untuk Tahuh 2010
Kuucapkan syukur untuk tahun yang sudah kulewati, dan syukur pula untuk tahun yang akan kujalani. Tuhan, ajarkan kepadaku: kepasrahan, kesabaran,pengampunan, pengendalian diri, dan rasa syukur untuk hal-hal kecil hingga yang paling besar. Berikan kepadaku limpahan berkat agar juga bisa kubagikan kepada sesama. Buka pemahamanku terhadap sesuatu yang bisa menjadi luar biasa dan bermakna. Buatlah aku menjadi pribadi sederhana yang mamapu menampilkan diri sebagai karya cipta-Mu. Buatlah hatiku berkilau dalam kerendahan hati dan keceriaan. Ajari aku untuk memahami kebaikan di balik hal yang paling buruk sekalipun. Buatlah aku berguna terlebih bagi orang-orang yang kucintai, juga bagi orang yang bersebrangan denganku, atau membenciku. Kiranya hanya kepada-Mu aku menyerahkan seluruh perjalanan hidupku karena hanya Engkaulah Allah dan Juru Selamatku. Amin, ya Amin.
Akhir Desember 2009
BIG LOVE BIG OPURTUNITY
Aku masih teringat bahwa pada akhir tahun 2008 aku mengatakan “ Terjadilah padaku sesuai dengan kehendak-Mu” sehingga seluruh hidupku didasarkan pada rencana dan kehendak-Nya. Akan tetapi, kenyataannya begitu sulit ketika kita menjalaninya. Ternyata hal itu mudah dikatakan, tetapi ketika kita menjalani dan melakoninya sungguh suatu yang tidak mudah. Namun, ketika peristiwa silih berganti pada tahun tersebut, akhirnya tak bisa kupungkiri bahwa peran ILahi ada dalam setiap peristiwa itu.
Banyak peristiwa suka yang aku temukan berkaitan dengan hidup berkeluarga, bersosial, juga berelasi pribadi dengan Allah. Namun, tak pelak peristiwa duka yang tak mengenakkan juga terjadi. Semua peristiwa itu menjadi bagian yang membuat aku melihat bahwa Allah hadir dan berbicara dengan cara-Nya. Sungguh itu tidak mudah. Kita sering terlena karena peristiwa suka yang menyebabkan kita lupa akan peran-Nya, seolah semua itu terjadi begitu saja dan sudah semestinya. Kita juga terlalu larut dalam duka sehingga terkadang kita lupa untuk memaknainya.
Namun, bila kita mau sedikit saja meneyediakan hati dan meluangkan waktu untuk duduk sejenak memandang setahun yang sudah lewat itu, kita akan terhenyak dan terpana. Apalagi kalau kita dengan sengaja mendaftar berkat dan rahmat yang kita terima serta menuliskan derita yang kita alami, betapa kita akan bergetar karena tak sedetik pun DIA lena menjaga kita.
Semua peristiwa, terutama duka, memurnikan kita untuk lebih pantas disebut sebagai anak-Nya. Membuat kita semakin terasah untuk menjadi tajam memahami hidup kita dengan lebih bijak. Tawa kita dan juga air mata membuat kita bertambah murni bila kita memaknainya dalam nama-Nya. Ada banyak air mata yang kutemui: sedih, haru, cinta, sesal, kasihan, sebal, marah, duka, kesepian, tersisih, bahkan bahagia. Semuanya air mata.
Di sana-sini air mata. Air mata yang membasuh luka hingga akhirnya luka itu mengering. Air mata yang mederas kala harus menghadapi beratnya sebuah perpisahan. Juga air mata bahagia ketika aku memenangkan perjuangan. Bahkan air mata putus asa karena melihat ketidakadilan, sementara aku tak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya. Air mata itu mengalir untuk diriku, anakku, suamiku, temanku, bahkan orang lain yang tak ada hubungannya denganku.
Semua itu membuat aku semakin terbilas, semakin basah karena Sang Cinta menyentuhku. Terkadang aku berpikir, semakin bertambah umur semakin banyak kandungan air dalam mataku. Entahlah. Ibu Astuti, guru Biologi yang adalah temanku, harus menjelaskan hal ini. Apakah benar kandungan air dalam mata seseorang semakin banyak ketika usia makin bertambah?
Kita berbicara tentang rencana yang kita rancang pada awal tahun lalu. Terkadang rencana yang sudah disusun dengan matang tiba-tiba bisa begitu saja berubah karena ada hal lain di luar kemampuan dan kuasa kita. Perubahan itu terkadang begitu melenceng jauh dari rancangan semula. Terkadang bikin kita takjub, tetapi seringnya bikin kita bertanya: Apa maunya? Namun, boleh aku katakana bahwa terkadang Rancangan-Nya ada di atas rencana kita. Yang jelas aku percaya bahwa semua rencana-Nya adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kebinasaan.
Karena itu pada tahun 2010 ini aku juga mempunyai segudang rencana, tetapi tetaplah aku akan mendasarkan semuanya itu pada apa yang dirancangkan-Nya untukku. Manusia boleh merencanakan, tetapi rencana DIA akan berada di atasa rancangan kita. Biarlah aku menirukan perkataan seorang PEREMPUAN sederhana yang agung:yang berasal dari Desa Nazareth dua ribuan tahun lalu:
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku sesuai perkataan-Mu.
Akhirnya kususun jari dan kubertelut untuk melantunkan doaku.
Doaku untuk Tahuh 2010
Kuucapkan syukur untuk tahun yang sudah kulewati, dan syukur pula untuk tahun yang akan kujalani. Tuhan, ajarkan kepadaku: kepasrahan, kesabaran,pengampunan, pengendalian diri, dan rasa syukur untuk hal-hal kecil hingga yang paling besar. Berikan kepadaku limpahan berkat agar juga bisa kubagikan kepada sesama. Buka pemahamanku terhadap sesuatu yang bisa menjadi luar biasa dan bermakna. Buatlah aku menjadi pribadi sederhana yang mamapu menampilkan diri sebagai karya cipta-Mu. Buatlah hatiku berkilau dalam kerendahan hati dan keceriaan. Ajari aku untuk memahami kebaikan di balik hal yang paling buruk sekalipun. Buatlah aku berguna terlebih bagi orang-orang yang kucintai, juga bagi orang yang bersebrangan denganku, atau membenciku. Kiranya hanya kepada-Mu aku menyerahkan seluruh perjalanan hidupku karena hanya Engkaulah Allah dan Juru Selamatku. Amin, ya Amin.
Akhir Desember 2009
BIG LOVE BIG OPURTUNITY
Rabu, 09 Desember 2009
PUSI UNTUK BOB
Untuk Setiap Detik Hidupmu
Untuk setiap detak dari setiap detik hidupmu
Sudah terhubung pada satu titik
Yang ditentukan Ilahi
Dan terdefinisikan dalam sebuah kata
JODOH
Kau tak bisa menolaknya
Karena semesta bersekongkol dengan Penciptanya
Untuk mempertemukan kau dan aku
Dalam takdir bersatu
Kala kau bertanya pada dirimu
Tentang mengapa
Untuk sebuah alasan hidupmu kini
Tak ada jawaban yang terpapar
Karena hidup untuk dijalani
Bukan untuk dipertanyakan
Kau berpendar dalam semesta
Untuk menemukan mozaik-mozaik hidupmu
Kau menemukannya dalam serpihan peristiwa
Yang kau maknai dengan rasa syukur
Meski terkadang kau mengeluh
Dalam deretan panjang baris doamu
Tapi yang kutahu
Kau tetap lelakiku
Yang membawa bahtera kita
Menuju batas cakrawala
Hingga satu waktu tiba di pulau haparapan
Dan jerit hatimu kan sampai
Pada tingkap langit tertinggi
Kala sepi menepi
Dan rebana malam bersabung fajar
Kau terpekur dalam doamu
Pada jam suci dini hari
Kau membawa lekuk liku hidupmu
Kepada Sang Pencipta
Dan kau terpana dalam ekstase rasa
CINTA
( With love
For Bob)
(Hari ini Rabu, 9 Agustus Yohanes Bob Haryadi Martopranoto berulang tahun
Catatan: makin tua lu!!!)
Untuk setiap detak dari setiap detik hidupmu
Sudah terhubung pada satu titik
Yang ditentukan Ilahi
Dan terdefinisikan dalam sebuah kata
JODOH
Kau tak bisa menolaknya
Karena semesta bersekongkol dengan Penciptanya
Untuk mempertemukan kau dan aku
Dalam takdir bersatu
Kala kau bertanya pada dirimu
Tentang mengapa
Untuk sebuah alasan hidupmu kini
Tak ada jawaban yang terpapar
Karena hidup untuk dijalani
Bukan untuk dipertanyakan
Kau berpendar dalam semesta
Untuk menemukan mozaik-mozaik hidupmu
Kau menemukannya dalam serpihan peristiwa
Yang kau maknai dengan rasa syukur
Meski terkadang kau mengeluh
Dalam deretan panjang baris doamu
Tapi yang kutahu
Kau tetap lelakiku
Yang membawa bahtera kita
Menuju batas cakrawala
Hingga satu waktu tiba di pulau haparapan
Dan jerit hatimu kan sampai
Pada tingkap langit tertinggi
Kala sepi menepi
Dan rebana malam bersabung fajar
Kau terpekur dalam doamu
Pada jam suci dini hari
Kau membawa lekuk liku hidupmu
Kepada Sang Pencipta
Dan kau terpana dalam ekstase rasa
CINTA
( With love
For Bob)
(Hari ini Rabu, 9 Agustus Yohanes Bob Haryadi Martopranoto berulang tahun
Catatan: makin tua lu!!!)
Senin, 07 Desember 2009
OLEH-OLEH 3
ROH SANG GURU (Romo Aria Dewanto, SJ)
Seorang guru Kristiani sesungguhnya memberikan apa yang ada pada dirinya. Apa yang dimilikinya. Bebarti memberikan dirinya, hidupnya. Apa yang diyakininya, apa yang dialaminya, apa yang diketahuinya. Seorang guru mempunyai intelegensia yang baik. Intelelegen berasasal dari bahasa Latin intus: dalam dan legre: membaca. Seorang guru harus mempunyai kemampuan membaca. Kata membaca juga diartikan: merefleksikan sesuatu, termasuk membaca tanda-tanda zaman.
Sebagai guru Kristiani kita meneladani Yesus, Sang Guru. Hidup Sang Guru adalah hidup yang dibagikan ‘EKARISTIS’ . Kunci penting dalam ajaran yesus adalah menyambut yang terkecil. Sang Guru bisa menjadi inspirasi. Kehidupan dan karya-Nya menginspirasi kita.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Lukas 5: 2-6, kita bertolak ke yang lebih dalam untuk bertemu Sang Guru. Kita akan melihat mana yang paling kena dalam hidup kita untuk masuk ke kedalaman. Kita jangan menjadi ‘orang banyak’ yang menonton, tetapi jadilah Simon yang memberikan tanggapan.
Sebetulnya Yesus sudah tahu siapa simon. Karena itu, ia naik ke perahu Simon. Ia mengetahui lemah dan kuatnya Simon. Ketika Yesus menawarkan, Simon memberi tanggapan, mau menerima. Itulah IMAN. Iman adalah sebuah loncatan. Sebuah keberanian untuk mengatakan YA pada kehendak Ilahi.
Bila kita meyakini panggilan Tuhan, tak aka nada yang mustahil bagi Allah. Kalau kita mempunyai keyakinan, kita bisa menularkannya kepada orang lain (murid-murid). Kita memerlukan loncatan iman untuk berani menanggapi tawaran-Nya. Mengambil keputusan untuk berani menerima tantangan. Kita berusaha selalu berpikir positif terhadap segala peristiwa yang tak sesuai dengan harapan kita. Kata kunci untuk menjalani itu semua adalah:
1. Setia dan tahan pada proses
2. lawanlah kedangkalan dengan kedalaman
3. menjauhi zona aman dan hadapilah zona frontier
4. kita dididik bukan untuk menjadi biasa saja, tetapi luar biasa’exstraordinary’
5. mengandalkan Tuhan : aku mengandalkan Tuhan, Tuhan mengandalkanku. Menjadi kaki tangan Tuhan. Biarkan Tuhan yang menjadi leader, memimpin kita.
Akhirnya kita boleh berdoa: Ya, Yesus, Sang Guru, jadikanlah aku guru yang baik. Amin.
(Teh Nung: Sukabumi 12 November 2009)
Seorang guru Kristiani sesungguhnya memberikan apa yang ada pada dirinya. Apa yang dimilikinya. Bebarti memberikan dirinya, hidupnya. Apa yang diyakininya, apa yang dialaminya, apa yang diketahuinya. Seorang guru mempunyai intelegensia yang baik. Intelelegen berasasal dari bahasa Latin intus: dalam dan legre: membaca. Seorang guru harus mempunyai kemampuan membaca. Kata membaca juga diartikan: merefleksikan sesuatu, termasuk membaca tanda-tanda zaman.
Sebagai guru Kristiani kita meneladani Yesus, Sang Guru. Hidup Sang Guru adalah hidup yang dibagikan ‘EKARISTIS’ . Kunci penting dalam ajaran yesus adalah menyambut yang terkecil. Sang Guru bisa menjadi inspirasi. Kehidupan dan karya-Nya menginspirasi kita.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Lukas 5: 2-6, kita bertolak ke yang lebih dalam untuk bertemu Sang Guru. Kita akan melihat mana yang paling kena dalam hidup kita untuk masuk ke kedalaman. Kita jangan menjadi ‘orang banyak’ yang menonton, tetapi jadilah Simon yang memberikan tanggapan.
Sebetulnya Yesus sudah tahu siapa simon. Karena itu, ia naik ke perahu Simon. Ia mengetahui lemah dan kuatnya Simon. Ketika Yesus menawarkan, Simon memberi tanggapan, mau menerima. Itulah IMAN. Iman adalah sebuah loncatan. Sebuah keberanian untuk mengatakan YA pada kehendak Ilahi.
Bila kita meyakini panggilan Tuhan, tak aka nada yang mustahil bagi Allah. Kalau kita mempunyai keyakinan, kita bisa menularkannya kepada orang lain (murid-murid). Kita memerlukan loncatan iman untuk berani menanggapi tawaran-Nya. Mengambil keputusan untuk berani menerima tantangan. Kita berusaha selalu berpikir positif terhadap segala peristiwa yang tak sesuai dengan harapan kita. Kata kunci untuk menjalani itu semua adalah:
1. Setia dan tahan pada proses
2. lawanlah kedangkalan dengan kedalaman
3. menjauhi zona aman dan hadapilah zona frontier
4. kita dididik bukan untuk menjadi biasa saja, tetapi luar biasa’exstraordinary’
5. mengandalkan Tuhan : aku mengandalkan Tuhan, Tuhan mengandalkanku. Menjadi kaki tangan Tuhan. Biarkan Tuhan yang menjadi leader, memimpin kita.
Akhirnya kita boleh berdoa: Ya, Yesus, Sang Guru, jadikanlah aku guru yang baik. Amin.
(Teh Nung: Sukabumi 12 November 2009)
Kamis, 03 Desember 2009
OLEH-OLEH 2
Kali ini aku akan berbagi oleh-oleh dari retret kelas 9 gelombang I dan II, dari tanggal 26 November 2009 sampai 30 November 2009. Selama mendampingi mereka aku juga ikut berproses bersama mereka. Meski itu bukan retret untukku, tetapi aku pun ikut menikmati bersama dengan mereka.
GODAAN (Romo Hery, SJ)
Godaan dialami setiap orang dalam hidupnya, tak terkecuali Yesus. Yesus mengalami tiga godaan pada saat ia sedang berpuasa di padang gurun.
Godaan Pertama:
Setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti.
Godaan ini merupakan godaan kenikmatan dan kepuasan daging.
Banyak orang terjatuh ke dalam godaan ini dengan mencuri, korupsi, merampok, bahkan membunuh sesamanya. Aku pun terkadang jatuh dalam godaan ini.
Namun, Yesus menolak godaan itu dengan berkata:
Manusia hidup bukan hanya dari roti.
Godaan Kedua
Yesus diminta untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah dengan janji bahwa para Malaikat akan menopang-Nya saat Ia jatuh.
Ini merupakan godaan yang berkaitan dengan kesombongan dan harga diri. Godaan untuk melakukan hal-hal hebat demi meningikan diri untuk sebuah harga diri di depan orang lain. Banyak orang melakukan hal-hal yang terkadang membahayakan nyawa sendiri atau orang lain demi memenuhi keinginan untuk meraih harga diri yang tinggi di depan orang lain, untuk sebuah pujian, dan dikagumi orang.
Namun, yesus juga menolak godaan ini dengan bersabda:
Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu,
Godaan Ketiga
Yesus ditawari dunia dengan seluruh isinya dengan persyaratan harus menyembah Iblis.
Ini merupakan godaan kekuasaan. Seseorang kalau sudah mempunyai kekuasaan sering lupa akan jati dirinya dan niat serta tujuan murninya seperti yang ia perjuangkan sebelumnya. Tujuan yang diperjuangkannya berhenti hanya samapai pada sebuah semboyan atau slogannya saja. Kekusaan bisa mengubah seseorang bukan melakukan tugasnya dengan bijaksana, tetapi menjadikan seseorang terus mencari cara bagaimana mempertahankan posisi dan kekuasaannya. Karena kekuasaan orang bisa melupakan temannya, sahabatnya, kerabatnya, keluarganya, bahkan hati nuraninya.
Yesus menolak tawaran ini dengan bersabda:
Hanya Allah yang layak disembah.
Ada aneka godaan dalam lingkup hidup sebagai remaja, misalnya:
1. mencontek untuk mendapatkan nilai bagus dengan alsan kalau mendapat nilai bagus membuat bahagia dan bangga kedua orang tua.
2. lupa tugas belajar sebagai tujuan utama karena asyik denagn urusan lain, misalnya bermain bersama teman, game, membangun jejaring melalui face book, dll
3. mengisengi teman dengan kata-kata yang menyinggung perasaan dan perbuatan yang membuat teman jengkel. Tujuannya hanya untuk iseng.
Ada banyak godaan dalam hidup kita. Kita mempunyai pilihan untuk menurutinya atau menolaknya. Pilihan itu ternyata tidak mudah. Kita harus mempunyai kehendak yang kuat untuk melawan godaan. Godaan selalu berupa hal yang asyik dan menyenangkan. Karena itulah, kita sering terjatuh di dalamnya. Tentu saja untuk mempunyai kehendak yang kuat itu, kita memerlukan pertolongan Tuhan. Doa adalah salah satu cara untuk bisa melawan godaan.Godaan terbesar kita adalah karena kita kurang berhati-hati. Karena itu kita harus waspada dan berhati-hati karena si penggoda sangat tahu kapan kita lengah.
(jadi tersindir ni Romo....ternyata saya yang sudah menjadi guru juga sering sekali jatuh dalam godaan)
GODAAN (Romo Hery, SJ)
Godaan dialami setiap orang dalam hidupnya, tak terkecuali Yesus. Yesus mengalami tiga godaan pada saat ia sedang berpuasa di padang gurun.
Godaan Pertama:
Setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti.
Godaan ini merupakan godaan kenikmatan dan kepuasan daging.
Banyak orang terjatuh ke dalam godaan ini dengan mencuri, korupsi, merampok, bahkan membunuh sesamanya. Aku pun terkadang jatuh dalam godaan ini.
Namun, Yesus menolak godaan itu dengan berkata:
Manusia hidup bukan hanya dari roti.
Godaan Kedua
Yesus diminta untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah dengan janji bahwa para Malaikat akan menopang-Nya saat Ia jatuh.
Ini merupakan godaan yang berkaitan dengan kesombongan dan harga diri. Godaan untuk melakukan hal-hal hebat demi meningikan diri untuk sebuah harga diri di depan orang lain. Banyak orang melakukan hal-hal yang terkadang membahayakan nyawa sendiri atau orang lain demi memenuhi keinginan untuk meraih harga diri yang tinggi di depan orang lain, untuk sebuah pujian, dan dikagumi orang.
Namun, yesus juga menolak godaan ini dengan bersabda:
Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu,
Godaan Ketiga
Yesus ditawari dunia dengan seluruh isinya dengan persyaratan harus menyembah Iblis.
Ini merupakan godaan kekuasaan. Seseorang kalau sudah mempunyai kekuasaan sering lupa akan jati dirinya dan niat serta tujuan murninya seperti yang ia perjuangkan sebelumnya. Tujuan yang diperjuangkannya berhenti hanya samapai pada sebuah semboyan atau slogannya saja. Kekusaan bisa mengubah seseorang bukan melakukan tugasnya dengan bijaksana, tetapi menjadikan seseorang terus mencari cara bagaimana mempertahankan posisi dan kekuasaannya. Karena kekuasaan orang bisa melupakan temannya, sahabatnya, kerabatnya, keluarganya, bahkan hati nuraninya.
Yesus menolak tawaran ini dengan bersabda:
Hanya Allah yang layak disembah.
Ada aneka godaan dalam lingkup hidup sebagai remaja, misalnya:
1. mencontek untuk mendapatkan nilai bagus dengan alsan kalau mendapat nilai bagus membuat bahagia dan bangga kedua orang tua.
2. lupa tugas belajar sebagai tujuan utama karena asyik denagn urusan lain, misalnya bermain bersama teman, game, membangun jejaring melalui face book, dll
3. mengisengi teman dengan kata-kata yang menyinggung perasaan dan perbuatan yang membuat teman jengkel. Tujuannya hanya untuk iseng.
Ada banyak godaan dalam hidup kita. Kita mempunyai pilihan untuk menurutinya atau menolaknya. Pilihan itu ternyata tidak mudah. Kita harus mempunyai kehendak yang kuat untuk melawan godaan. Godaan selalu berupa hal yang asyik dan menyenangkan. Karena itulah, kita sering terjatuh di dalamnya. Tentu saja untuk mempunyai kehendak yang kuat itu, kita memerlukan pertolongan Tuhan. Doa adalah salah satu cara untuk bisa melawan godaan.Godaan terbesar kita adalah karena kita kurang berhati-hati. Karena itu kita harus waspada dan berhati-hati karena si penggoda sangat tahu kapan kita lengah.
(jadi tersindir ni Romo....ternyata saya yang sudah menjadi guru juga sering sekali jatuh dalam godaan)
Senin, 23 November 2009
OLEH-OLEH 1
IMPIAN DAN HAMBATAN
Ketika aku memandang sebuah pohon atau gambar pohon, aku mempunyai harapan pohon itu berbuah lebat dan buahnya bagus. Demikian pula kalau pohon itu diibaratkan diriku. Aku ingin berbuah lebat dalam hidupku. Berguna bagi keluarga, lingkungan kerja, juga Gereja, serta masyarakat sekitar. Namun, ternyata itu tak mudah. Ada hambatan yang menghalangi aku bisa mencapai semua itu.
Bila diibaratkan dengan sebuah kapal yang berjangkar maka ada hambatan yang muncul pada diriku adalah: aku tidak bisa mengayuh perahuku/bidukku sampai ke tengah karena takut gelombang yang besar dan takut kedalaman. Selain itu daratan sudah terlalu jauh di belakang sedangkan aku tak berani terlalu ke tengah karena rasa takutku tadi.
Injil Lukas 5: 2-6
Hal yang kuingat dari bacaan Injil di atas adalah ayat 4 dan 5
Ayat 4:
… “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”
Ayat 5:
“ Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
Aku mendapatkan buah pikiran untuk kedua ayat di atas:
- aku menyadari bahwa Allah memberikan kesempatan dan dorongan agar aku
lebih berani menuju ke tengah ( menghadapi tantangan hidup)
- Aku meyakini meyakini kalau DIA yang mengatakan hal itu kepadaku, itu karena
DIA tahu bahwa aku bisa melakukannya.
Perasaan hatiku yang muncul adalah:
- aku cemas karena aku mempunyai begitu banyak kekurangan
- aku juga kecewa untuk beberapa hal dalam pencapaian hidupku
- Namun, di samping itu aku merasa tenang karena berdasarkan pengalaman yang
paling buruk sekali pun dalam hidupku, aku masih tetap bertahan dan tidak
kurang suatu apa pun. Itu semuanya semata-mata bukan karena kekuatanku,
hanya karena kekuatan Allah-lah yang memampukan aku melewati hal terburuk
dalam hidupku.
- Aku tetap waspada karena aku lemah untuk banyak hal. Aku menyadari begitu
banyak kelemahanku. Kenyataannya meskipun sudah waspada ternyata kita bisa
kecolongan juga.
- Aku memupuk terus semangatku agar aku bisa berlayar ke tempat dalam itu
dengan sebuah penghiburan : “Jangan takut,
AKU akan menyertaimu sampai akhir
zaman.”
Dari situ, muncul kehendak dalam diriku: bahwa aku harus banyak bekerja keras, berdoa, dan bersabar selama aku berjuang untuk pencapaian mimpiku.
Cayoooo kamu pasti bisa!!!!
(Enung Martina)
Ketika aku memandang sebuah pohon atau gambar pohon, aku mempunyai harapan pohon itu berbuah lebat dan buahnya bagus. Demikian pula kalau pohon itu diibaratkan diriku. Aku ingin berbuah lebat dalam hidupku. Berguna bagi keluarga, lingkungan kerja, juga Gereja, serta masyarakat sekitar. Namun, ternyata itu tak mudah. Ada hambatan yang menghalangi aku bisa mencapai semua itu.
Bila diibaratkan dengan sebuah kapal yang berjangkar maka ada hambatan yang muncul pada diriku adalah: aku tidak bisa mengayuh perahuku/bidukku sampai ke tengah karena takut gelombang yang besar dan takut kedalaman. Selain itu daratan sudah terlalu jauh di belakang sedangkan aku tak berani terlalu ke tengah karena rasa takutku tadi.
Injil Lukas 5: 2-6
Hal yang kuingat dari bacaan Injil di atas adalah ayat 4 dan 5
Ayat 4:
… “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”
Ayat 5:
“ Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
Aku mendapatkan buah pikiran untuk kedua ayat di atas:
- aku menyadari bahwa Allah memberikan kesempatan dan dorongan agar aku
lebih berani menuju ke tengah ( menghadapi tantangan hidup)
- Aku meyakini meyakini kalau DIA yang mengatakan hal itu kepadaku, itu karena
DIA tahu bahwa aku bisa melakukannya.
Perasaan hatiku yang muncul adalah:
- aku cemas karena aku mempunyai begitu banyak kekurangan
- aku juga kecewa untuk beberapa hal dalam pencapaian hidupku
- Namun, di samping itu aku merasa tenang karena berdasarkan pengalaman yang
paling buruk sekali pun dalam hidupku, aku masih tetap bertahan dan tidak
kurang suatu apa pun. Itu semuanya semata-mata bukan karena kekuatanku,
hanya karena kekuatan Allah-lah yang memampukan aku melewati hal terburuk
dalam hidupku.
- Aku tetap waspada karena aku lemah untuk banyak hal. Aku menyadari begitu
banyak kelemahanku. Kenyataannya meskipun sudah waspada ternyata kita bisa
kecolongan juga.
- Aku memupuk terus semangatku agar aku bisa berlayar ke tempat dalam itu
dengan sebuah penghiburan : “Jangan takut,
AKU akan menyertaimu sampai akhir
zaman.”
Dari situ, muncul kehendak dalam diriku: bahwa aku harus banyak bekerja keras, berdoa, dan bersabar selama aku berjuang untuk pencapaian mimpiku.
Cayoooo kamu pasti bisa!!!!
(Enung Martina)
Labels:
akhir zaman,
ayat,
bersabar,
buah pikiran,
hambatan,
impian,
Injil Lukas,
kerja keras
Sabtu, 21 November 2009
CERITA HARI RABU
MEMPERTAHANKAN UNTUK KEHILANGAN
Hari ini, Rabu, 20 November 2009, aku belajar dari seorang anak remaja berusia 14 tahun tentang arti mempertahankan nama baik, tetapi akhirnya justru kehilangan nama baik tersebut. Leo, sebut saja begitu namanya, hari ini mendapat pelajaran berarti dalam hidup dia. Karena dia berusaha menghilangkan jejak agar namanya tidak tercemar untuk suatu kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan, justru namanya menjadi tercemar karena dia sendiri terbelit dengan skenario penyelamatan diri yang dia lakukan yang menurutnya pasti akan berhasil. Justru dengan skenario yang dia buat untuk mempertahankan nama baik itu, akhirnya dia mendapat pelajaran yaitu dijauhi teman-teman setimnya karena dianggap bebrbuat tidak jujur. Namun, yang aku kagumi remaja putra ini begitu berani melakukannya dan akhirnya mengakuinya.
Aku bercermin untuk diriku sendiri. Aku juga pernah melakukan hal demikian. Aku berusaha mempertahankan sesuatu dalam hidupku, nama baik, materi, pertemanan, atau apa pun. Namun, pada saat kita mempertahankan itu semua, ternyata justru malah kehilangan.
Dengan begitu aku melihat bahwa apa yang ada pada diri kita dan di sekitar kita tidaklah abadi. Apa yang ada pada hari ini, belum tentu ada untuk hari esok. Apa yang hari ini menjadi bagian dari diriku, bisa saja hari kemudian menghilang. Artinya kita tak mempunyai apa-apa, bahkan nyawa dalam tubuh kita, kita tak memilikinya.
Dengan demikian aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa semua itu adalah titipan. Apa yang ada padaku semata-mata karena kehendak-Nya. Pada saatnya, Dia yang mempunyai akan mengambilnya kembali, aku tak bisa menghindar dan mengelak. Ambillah karena semuanya bukan milikku.
Hari ini, Leo, gurumu, belajar banyak ketika kamu duduk dihadapanku dengan paras sedih dan terhenyak. Meski kamu tak mengatakan apa-apa kepadaku, aku mendapat banyak hal dari pengalamanmu. Aku juga pernah melakukan kecerobohan seperti yang kamu lakukan, meski dengan versi yang berbeda. Jangan sangka bahwa gurumu ini adalah orang yang tiba-tiba dewasa dalam bertindak dan dalam berpikir.
Aku hanya berkata kepadamu bahwa kita patut bersyukur karena Tuhan mencintai kita untuk bisa memahami pelajaran ini. Terlebih kamu, pada usiamu yang belia kamu mendapat pelajaran berarti. Untungnya di anatara aku dan kamu selalu ada malaikat pelindung yang tak bersayap yang bersedia membantu kita. Meringankan beban dan memberikan solusi untuk hal yang kita hadapi. Untungnya Tuhan itu menurunkan Roh Kudus-Nya untuk kita sehingga Roh Kudus selalu menjaga kamu dan juga aku untuk tidak terluka lebih dalam.
Aku, gurumu, belajar darimu tentang nilai keberanian untuk mengakui kelalaian dan jujur terhadap diri kita sendiri.
(Enung Martina: seorang guru yang masih saja bodoh untuk banyak hal).
Hari ini, Rabu, 20 November 2009, aku belajar dari seorang anak remaja berusia 14 tahun tentang arti mempertahankan nama baik, tetapi akhirnya justru kehilangan nama baik tersebut. Leo, sebut saja begitu namanya, hari ini mendapat pelajaran berarti dalam hidup dia. Karena dia berusaha menghilangkan jejak agar namanya tidak tercemar untuk suatu kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan, justru namanya menjadi tercemar karena dia sendiri terbelit dengan skenario penyelamatan diri yang dia lakukan yang menurutnya pasti akan berhasil. Justru dengan skenario yang dia buat untuk mempertahankan nama baik itu, akhirnya dia mendapat pelajaran yaitu dijauhi teman-teman setimnya karena dianggap bebrbuat tidak jujur. Namun, yang aku kagumi remaja putra ini begitu berani melakukannya dan akhirnya mengakuinya.
Aku bercermin untuk diriku sendiri. Aku juga pernah melakukan hal demikian. Aku berusaha mempertahankan sesuatu dalam hidupku, nama baik, materi, pertemanan, atau apa pun. Namun, pada saat kita mempertahankan itu semua, ternyata justru malah kehilangan.
Dengan begitu aku melihat bahwa apa yang ada pada diri kita dan di sekitar kita tidaklah abadi. Apa yang ada pada hari ini, belum tentu ada untuk hari esok. Apa yang hari ini menjadi bagian dari diriku, bisa saja hari kemudian menghilang. Artinya kita tak mempunyai apa-apa, bahkan nyawa dalam tubuh kita, kita tak memilikinya.
Dengan demikian aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa semua itu adalah titipan. Apa yang ada padaku semata-mata karena kehendak-Nya. Pada saatnya, Dia yang mempunyai akan mengambilnya kembali, aku tak bisa menghindar dan mengelak. Ambillah karena semuanya bukan milikku.
Hari ini, Leo, gurumu, belajar banyak ketika kamu duduk dihadapanku dengan paras sedih dan terhenyak. Meski kamu tak mengatakan apa-apa kepadaku, aku mendapat banyak hal dari pengalamanmu. Aku juga pernah melakukan kecerobohan seperti yang kamu lakukan, meski dengan versi yang berbeda. Jangan sangka bahwa gurumu ini adalah orang yang tiba-tiba dewasa dalam bertindak dan dalam berpikir.
Aku hanya berkata kepadamu bahwa kita patut bersyukur karena Tuhan mencintai kita untuk bisa memahami pelajaran ini. Terlebih kamu, pada usiamu yang belia kamu mendapat pelajaran berarti. Untungnya di anatara aku dan kamu selalu ada malaikat pelindung yang tak bersayap yang bersedia membantu kita. Meringankan beban dan memberikan solusi untuk hal yang kita hadapi. Untungnya Tuhan itu menurunkan Roh Kudus-Nya untuk kita sehingga Roh Kudus selalu menjaga kamu dan juga aku untuk tidak terluka lebih dalam.
Aku, gurumu, belajar darimu tentang nilai keberanian untuk mengakui kelalaian dan jujur terhadap diri kita sendiri.
(Enung Martina: seorang guru yang masih saja bodoh untuk banyak hal).
Labels:
abadi,
anak remaja,
hari rabu,
jejak,
kehilangan,
leo,
mempertahankan,
skenario
Kamis, 19 November 2009
VACATION WITH GOD
Retret : kembali melihat perjalanan hidup yang sudah dilalui untuk menentukan jalan ke depan yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang lalu.
Dalam retret ini aku menyerahkan segalanya berjalan sesuai alur dan hembusan Roh Kudus yang akan membawaku pada pertemuanku dengan diriku dan juga Tuhan. Aku beranggapan retret ini sebagai sebuah liburan. Liburan bersama Tuhan.
Selayaknya sebuah liburan, aku mempersiapkan dengan senang karena mau berlibur. Kalau pada tiap liburan kita berlibur dengan keluarga atau bersama teman dan sohib. Dalam retret aku berlibur juga dengan sobat sejatiku, Yesus. Bersama dengan Bapa dan merasakan Roh-Nya yang kudus yang menjadi spirit dalam hidupku. Namun, ternyata tak mudah. Kedaginganku terkadang begitu besar daripada kehendak roh.
Aku berniat dan meyakini kalau berusaha melakukannya dengan baik, maka aku pasti akan menemukan apa yang kucari dan kubutuhkan. Jadi aku menikmati liburan ini bersama-Nya dengan santai, tak tergesa, dan tentunya siaga tapi menikmatinya.
Aku mempunyai pandangan bahwa dalam retret ini bukan banyaknya yang aku peroleh, melainkan isi yang mendalam yang mampu menumbuhkanku menjadi lebih baik. Sesuatu yang mempunyai daya untuk diriku sehingga membawaku kepada rasa syukur dan pemahaman. NON MULTA SID MULTUM. Bukan banyaknya, tetapi bobotnya.
Karena aku mau berlibur bersama DIA, jadi aku perlu mendengarkan DIA. Selama ini aku yang bicara terus. DIA yang mendengarkanku. Aku perlu diam dalam hening. Keheningan menjadi kunci untuk mendengarkan.
Aku berharap semua dinamika yang kualami dalam liburanku ini bisa menghadirkan DIA. Aku menghayati hal yang kulakukan dengan penuh sadar dan merasakan bahwa DIA ada bersamaku sedang berlibur. Tapi aku tidak mahir untuk lakukan itu. Aku masih terkadang meleng dan hilang sesaat sebelum kembali fokus pada kesadaran bahwa aku sedang berlibur bersama-Nya.
Dalam liburanku bersama-Nya, aku juga membawa orang lain dalam doaku. Kali ini secara special, aku membawa Nini (nenekku yang belasan tahun sudah tiada). Aku merasa perlu untuk melakukan itu. Karena ada keterikatan yang membawa dia padaku untuk secara khusus mendoakan beliau. Aku bawa dalam ujud 2x Misa. Aku adalah cucu kesayangannya. Aku merasakan doa-doanya dan semangatnya dalam hidupku, bahkan ketika beliau tiada. Selama ini aku tak sering mengingat beliau hanya kala ada Misa Arwah (2 November) untuk mendoakannya. Beliau bukan seorang Katolik, tetapi kebatinan Sunda. Namun, aku percaya surga itu tidak dikavling-kavling menjadi beberapa aliran. Mungkin aku salah, tetapi aku yakin bahwa kalau aku mendoakan Nini dengan cara Katolik, Doaku akan sampai juga dan Nini pun akan bahagia.
Yang kubawa dalam doaku sudah pasti adalah keluarga: Bob (suami tercinta), Metta, Aga, dan Renee. Yang lainnya aku bawa juga teman dalam pekerjaan yang dalam keseharian bersentuhan dan bergesekan. Juga orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku. Rasanya kalau didaftar, nama tersebut akan sangat panjang. Sekedar menyebut nama mereka, mendoakan untuk kebahagiaan mereka, aku sudah merasa ikut memberi andil dalam hidup mereka, meski hanya dengan sebaris doa.
Begitulah aku berlibur bersama-Nya menikmati kebersamaan kami. Aku mensyukuri ini semua karena aku bisa menikmati ini dengan baik. Ada banyak yang kudapatkan. Untuk tulisanku ke depan akan kubagikan apa yang kudapat dalam liburanku bersama-Nya.
(Teh Nung yang masih menyisakan kenikmatan dalam hening yang manis.)
Dalam retret ini aku menyerahkan segalanya berjalan sesuai alur dan hembusan Roh Kudus yang akan membawaku pada pertemuanku dengan diriku dan juga Tuhan. Aku beranggapan retret ini sebagai sebuah liburan. Liburan bersama Tuhan.
Selayaknya sebuah liburan, aku mempersiapkan dengan senang karena mau berlibur. Kalau pada tiap liburan kita berlibur dengan keluarga atau bersama teman dan sohib. Dalam retret aku berlibur juga dengan sobat sejatiku, Yesus. Bersama dengan Bapa dan merasakan Roh-Nya yang kudus yang menjadi spirit dalam hidupku. Namun, ternyata tak mudah. Kedaginganku terkadang begitu besar daripada kehendak roh.
Aku berniat dan meyakini kalau berusaha melakukannya dengan baik, maka aku pasti akan menemukan apa yang kucari dan kubutuhkan. Jadi aku menikmati liburan ini bersama-Nya dengan santai, tak tergesa, dan tentunya siaga tapi menikmatinya.
Aku mempunyai pandangan bahwa dalam retret ini bukan banyaknya yang aku peroleh, melainkan isi yang mendalam yang mampu menumbuhkanku menjadi lebih baik. Sesuatu yang mempunyai daya untuk diriku sehingga membawaku kepada rasa syukur dan pemahaman. NON MULTA SID MULTUM. Bukan banyaknya, tetapi bobotnya.
Karena aku mau berlibur bersama DIA, jadi aku perlu mendengarkan DIA. Selama ini aku yang bicara terus. DIA yang mendengarkanku. Aku perlu diam dalam hening. Keheningan menjadi kunci untuk mendengarkan.
Aku berharap semua dinamika yang kualami dalam liburanku ini bisa menghadirkan DIA. Aku menghayati hal yang kulakukan dengan penuh sadar dan merasakan bahwa DIA ada bersamaku sedang berlibur. Tapi aku tidak mahir untuk lakukan itu. Aku masih terkadang meleng dan hilang sesaat sebelum kembali fokus pada kesadaran bahwa aku sedang berlibur bersama-Nya.
Dalam liburanku bersama-Nya, aku juga membawa orang lain dalam doaku. Kali ini secara special, aku membawa Nini (nenekku yang belasan tahun sudah tiada). Aku merasa perlu untuk melakukan itu. Karena ada keterikatan yang membawa dia padaku untuk secara khusus mendoakan beliau. Aku bawa dalam ujud 2x Misa. Aku adalah cucu kesayangannya. Aku merasakan doa-doanya dan semangatnya dalam hidupku, bahkan ketika beliau tiada. Selama ini aku tak sering mengingat beliau hanya kala ada Misa Arwah (2 November) untuk mendoakannya. Beliau bukan seorang Katolik, tetapi kebatinan Sunda. Namun, aku percaya surga itu tidak dikavling-kavling menjadi beberapa aliran. Mungkin aku salah, tetapi aku yakin bahwa kalau aku mendoakan Nini dengan cara Katolik, Doaku akan sampai juga dan Nini pun akan bahagia.
Yang kubawa dalam doaku sudah pasti adalah keluarga: Bob (suami tercinta), Metta, Aga, dan Renee. Yang lainnya aku bawa juga teman dalam pekerjaan yang dalam keseharian bersentuhan dan bergesekan. Juga orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku. Rasanya kalau didaftar, nama tersebut akan sangat panjang. Sekedar menyebut nama mereka, mendoakan untuk kebahagiaan mereka, aku sudah merasa ikut memberi andil dalam hidup mereka, meski hanya dengan sebaris doa.
Begitulah aku berlibur bersama-Nya menikmati kebersamaan kami. Aku mensyukuri ini semua karena aku bisa menikmati ini dengan baik. Ada banyak yang kudapatkan. Untuk tulisanku ke depan akan kubagikan apa yang kudapat dalam liburanku bersama-Nya.
(Teh Nung yang masih menyisakan kenikmatan dalam hening yang manis.)
Selasa, 17 November 2009
SEPULANG DARI PERTAPAAN
Lama tidak menulis di blog tersayang ini. Ada banyak kegiatan yang menyita waktu sehingga tak sempat duduk untuk mengungkapkan aneka hal dalam tulisan. Empat hari tiga malam berada di pertapaan “Panti Samadhi” Sukabumi (12 November 2009-15 November 2009). Waktu yang cukup lama untuk diam, merenung, melihat apa yang sudah terjadi setahun dalam hidupku. Mendata berkat yang kuterima dan mensyukurinya begitu rupa. Mengorek luka yang agak infeksi dan membersihkannya dari sisa nanah dan kotoran agar luka itu cepat mengering dan sembuh seperti sediakala meski pasti akan meninggalkan carut. Carut itu akan menjadi kenangan bahwa aku pernah punya luka. Dari carut itu pula aku belajar untuk berhati-hati melalui hidup.
Namun, sungguh semua yang manis, pahit, pedas, asam, juga asin, serta aneka rasa hidup yang kujalani menjadikanku kaya begitu rupa. Aku begitu mensyukurinya. Aku melihat bahwa Tuhan begitu mencintaiku untuk membiarkan aku mengalami aneka macam peristiwa dalam hidupku. DIA mempercayaiku untuk aku bisa mengalaminya, menikmatinya, menghayatinya, menganalisisnya, dan memutuskan langkah yang terbaik dalam hidup. Dan yang paling penting dari semua itu adalah mensyukurinya.
O, Tuhan begitu banyak hal yang kualami selama setahun ini. Ada tawa, ada air mata, dan juga ada saat yang membuat aku diam dan berpikir serta merenungkan apa yang terjadi dalam hidupku. Takjub karena itu semua terjadi padaku. Terlena dalam keasyikan yang membuatku ada dalam kedaan terhipnotis dan tersihir. Ketika kita tersadar begitu jauh kita berjalan mungkin hampir sesat.
Untungnya selalu ada Malaikat Pelidung yang menjaga kita dan mengingatkan kita untuk selalu setia pada tujuan hidup semula. Meski terkadang Malaikat Pelindung suka agak telat sepertinya menurut ukuran kacamata manusia. Tapi ukuran waktu Tuhan segalanya pas, tepat pada waktunya, sesuai rancangan dan kehendak-Nya.
Bila aku berpikir menurut sudut pandangku sendiri yang egois ternyata aku ini suka membawa kehendak sendiri. Orang Sunda mengatakan mawa karep sorangan. Sering lupa kalau aku ini ada bersama orang lain. Karena aku sedang asyik, lupa bahwa mungkin yang aku senangi, yang membahagiakanku, atau yang menurutku baik, ternyata bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Itulah manusia yang serba kedagingan.
Namun, dari semua hal yang egois itu aku tetap mendapat pelajaran yang sangat berarti. Pelajaran tentang cinta akan hidup, persahabatan, kesetiaan, kemauan untuk berbagi, ketaatan, dan aneka nilai lain. Dari semua nilai itu yang paling besar adalah pelajaran tentang cinta. Aku benar-benar merasa dicintai. Rasanya hidupku penuh karenanya.
Mencintai diri sendiri dengan peduli terhadap kesehatan. Tak membiarkan diri sendiri kelelahan, tertekan, juga sakit fisik, atau mental. Berusaha menyeimbangkan semua dengan baik. Karena diriku adalah saluran kasih Allah. Karena itu, kalau aku tidak memperhatikan diriku artinya aku tidak peduli pada orang lain. Prinsipnya tubuh adalah Bait Allah. Mencintai diriku berarti juga mencintai orrang-orang yang kucintai, terlebih Tuhan.
Mencintai orang lain itu adalah yang kedua yang rill bisa kualami. Orang lain itu banyak sekali, dimulai dari pasangan hidup yang dengan segala kekurangan dan kelebihannya aku cintai dan mencintaiku dengan apa adaku. Berikutnya adalah buah hati yang untuk itulah aku berjuang sehingga jelas arah tujuan hidupku. Karena merekalah hidupku terasa lebih bermakna. Untuk para sahabat dan teman-teman yang dengan cinta mereka menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk ada pada saat aku terpuruk. Mereka adalah malaikat-malaikat yang tak bersayap yang ada kala aku membutuhkan bantuan. Selanjutnya adalah orang tuaku yang tak setiap saat bisa aku temuai. Meski jauh dorongannya dan doanya sangat terasa. tanpa mereka aku tak akan hidup di dunia ini. Saudara-saudara kandung yang menyemarakkan juga hidupku dengan perasaan bahwa aku pernah tinggal dalam perut yang sama. Saudara-saudara sepupu atau saudara jauh serta para keponakan. Juga mereka menjadi penyemarak hidupku. Demikian pula para murid yang tiap hari aku berjumpa dengan mereka. Dengan keremajaan mereka mengajarkanku untuk terus mempunyai semangat muda. Berkat mereka aku tak pernah merasa tua. Bahkan orang-orang yang sudah tiada, sudah berpulang pada keabadian, para pinisepuh serta para leluhur yang juga menjadi bagian dalam hidupku. Karena cinta mereka aku bisa berdiri hingga sekarang. Selain itu, orang-orang yang kita temui baik langsung atau tak langsung yang tak punya hubungan khusus atau status apa pun dalam hidupku. Mereka juga berperan untuk membuat aku ada.
Akhirnya aku juga mencintai semesta ini yang tercipta untukku. Aku ada di dalamnya. Aku berdegup bersamanya. Sadar atau pun tidak aku terikat kepadanya.
Dan akhirnya yang paling besar dari semua itu adalah pada DIA, Sang Pencipta, sumber dari segala sesuatu. DIA memberikan cinta yang tak bersayarat untukku. Aku memberikan cinta pada DIA yang hanya setetes air di samudra yang maha luas. Tak berarti. Kepada DIA-lah tujuan hidupku dan sumber hidupku.
Begitulah empat hari tiga malam aku bergumul dalam retretku. Waktu yang tersedia untuk sejenak rehat dari kesibukanku memperpanjang nafasku dan memperpanjang nyawaku. Syukur untuk waktu khusus ini. Syukur karena aku memiliki waktu itu karena aku tahu banyak orang tak mempunyai kesempatan itu. Aku mendapatkannya gratis. Aku mendapatkan lebih daripada yang aku harapkan.
Bila aku mengeluh dalam perjalananku, bila aku bertemu kepahitan dalam perjuanganku, semuanya seolah menguap dalam rasa syukurku. Rasa sakit, keluhan, dan luka yang kualami itu hanya bumbu yang menyedapkan hidupku. Itu adalah bagian yang memang harus ada dalam hidupku agar semuanya sempurna adanya. Terimakasih Bapa, Terima kasih Yesus, terima kasih Roh Kudus. Aku mabuk dalam rasa syukur.
(Sedang bersermangat karena baru di charge selama retret di Sukabumi. Semoga sinyalnya kuat terus sepanjang tahun.)
Sabtu, 07 November 2009
DOA ADALAH KEKUATAN
Dua minggu adalah waktu yang lama untuk mengalami sakit flu. Badan terasa lemas dan selera makan menurun hingga berat badan juga turun. Ya… enaknya turun berat badan tanpa harus diet. Tetapi kalau didera sakit juga ya tidak enak. Dua minggu ini banyak yang kutemukan terutama pelajaran berharga tentang hidup yang kutemukan. Meski sedang flu catatan kecilku tetap terisi, hanya ketika mau menuangkan di depan komputer terasa badan tak enak. Karena itulah catatan di Ursa Minor juga tidak bertambah. Inilah catatan yang akan kubagi pada Saudara-Saudariku yang suka jalan-jalan di dunia maya:
Dua minggu ini aku banyak merenung tentang perjalanan hidupku. Berada bersama keluarga asal di kampung membawaku pada seorang pribadi yang cukup tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan. Meski terkadang aku mengeluh juga kala sampai pada situasi yang rasanya mentok tak bisa lakukan apa pun.
Pendidikan formal di SD kampung dan SMP desa juga membuatku merasa mempunyai kenangan masa kanak-kanak yang lengkap. Pendidikan menengah di kota besar dan tinggal di asrama di bawah asuhan para suster Ursulin juga membawaku pada pribadi yang mengenal Yesus dari sisi lain. Juga perguruan tinggi di kota Jogya menyisakan banyak kenangan yang teramat manis bila dikenang. Suka duka silih berganti memperkaya jiwa dan memperkuat hati.
Pengalaman berkeluarga mempunyai anak dan suami juga lebih memperkaya lagi. Terutama ketika menjadi seorang ibu. Kekayaan itu tak bisa diungkapkan dalam goresan sederhana ini. Itu adalah anugrah terbesar yang Tuhan percayakan untukku.
Pengalaman berelasi dengan berbagai macam orang juga menjadi salah satu bagian yang mendewasakan diriku. Pertemanan dan persahabatan juga menjadi bagian yang membawaku pada rasa syukur karena aku melihat Tuhan pada teman dan sahabatku. Terkadang dalam relasi itu muncul konflik dan salah pengertian yang membawa kita untuk bisa bersabar dan melihat segalanya dengan lebih jeli lagi.
Rasa sakit hati atau mungkin luka terkadang kita alami dalam relasi. Namun, semuanya tak menghilangkan makna dari semua itu. Malah kita menjadi belajar lebih mengenal diri kita dan lebih memahami orang lain. Kebijaksanaan dalam situasi seperti itu pun muncul. Kita mendapat pelajaran berarti. Untuk apa pun : kegembiraan atau pun kesedihan kita patut mengucap syukur karena kita diperkaya.
Ada sebuah doa yang tak sengaja kutemukan pada lembar doa yang dicetak orang untuk ucapan syukur karena doa terkabul. Lembar doa itu diletakkan di meja depan pintu gereja siapa pun yang memerlukannya boleh ambil. Begini bunyi doa itu:
DOA MOHON KEKUATAN
Tuhan Yesus, melalui kuasa Roh Kudus, masuklah ke dalam ingatanku saat aku tidur.
Luka-luka dalam diriku karena aku sendiri, sembuhkanlah luka-luka itu.
Luka-luka yan g aku derita karena orang lain, sembuhkanlah luka-luka itu.
Semua persahabatan dalam hidupku, yang telah dirusakkan dan aku tidak menyadarinya, pulihkanlah persahabatan-persahabatan itu.
Tetapi Tuhan, bila ada hal yang perlu aku lakukan, bila aku harus pergi kepada seseorang, karena dia sedang menderita karena perbuatanku, bawalah orang itu ke dalam kesadaranku.
Aku hendak memaafkannya dan aku mohon untuk dimaafkan.
Hilangkan segala bentuk kebencian yang mungkin ada dalam hatiku, ya Tuhan, dan penuhilah ruang yang kosong dengan cinta-Mu. Amin.
Betul adanya isi doa tersebut. Banyak relasi yang melukai orang lain juga diri kita, baik sengaja maupun tak sengaja. Untuk memulihkan itu semua hanya hati yang terbuka untuk menerima dan memberi maaf. Doa memang kekuatan untuk menjalani hari-hari kita yang bahagaia, gembira, yang biasa saja, bahkan yang menekan serta mendesak, atau gelap sekalipun.
(Teh Enung yang baru sembuh dari flu, tetapi masih kliyeng-kliyeng karena tekanan darah drop)
Dua minggu ini aku banyak merenung tentang perjalanan hidupku. Berada bersama keluarga asal di kampung membawaku pada seorang pribadi yang cukup tangguh untuk menghadapi berbagai tantangan. Meski terkadang aku mengeluh juga kala sampai pada situasi yang rasanya mentok tak bisa lakukan apa pun.
Pendidikan formal di SD kampung dan SMP desa juga membuatku merasa mempunyai kenangan masa kanak-kanak yang lengkap. Pendidikan menengah di kota besar dan tinggal di asrama di bawah asuhan para suster Ursulin juga membawaku pada pribadi yang mengenal Yesus dari sisi lain. Juga perguruan tinggi di kota Jogya menyisakan banyak kenangan yang teramat manis bila dikenang. Suka duka silih berganti memperkaya jiwa dan memperkuat hati.
Pengalaman berkeluarga mempunyai anak dan suami juga lebih memperkaya lagi. Terutama ketika menjadi seorang ibu. Kekayaan itu tak bisa diungkapkan dalam goresan sederhana ini. Itu adalah anugrah terbesar yang Tuhan percayakan untukku.
Pengalaman berelasi dengan berbagai macam orang juga menjadi salah satu bagian yang mendewasakan diriku. Pertemanan dan persahabatan juga menjadi bagian yang membawaku pada rasa syukur karena aku melihat Tuhan pada teman dan sahabatku. Terkadang dalam relasi itu muncul konflik dan salah pengertian yang membawa kita untuk bisa bersabar dan melihat segalanya dengan lebih jeli lagi.
Rasa sakit hati atau mungkin luka terkadang kita alami dalam relasi. Namun, semuanya tak menghilangkan makna dari semua itu. Malah kita menjadi belajar lebih mengenal diri kita dan lebih memahami orang lain. Kebijaksanaan dalam situasi seperti itu pun muncul. Kita mendapat pelajaran berarti. Untuk apa pun : kegembiraan atau pun kesedihan kita patut mengucap syukur karena kita diperkaya.
Ada sebuah doa yang tak sengaja kutemukan pada lembar doa yang dicetak orang untuk ucapan syukur karena doa terkabul. Lembar doa itu diletakkan di meja depan pintu gereja siapa pun yang memerlukannya boleh ambil. Begini bunyi doa itu:
DOA MOHON KEKUATAN
Tuhan Yesus, melalui kuasa Roh Kudus, masuklah ke dalam ingatanku saat aku tidur.
Luka-luka dalam diriku karena aku sendiri, sembuhkanlah luka-luka itu.
Luka-luka yan g aku derita karena orang lain, sembuhkanlah luka-luka itu.
Semua persahabatan dalam hidupku, yang telah dirusakkan dan aku tidak menyadarinya, pulihkanlah persahabatan-persahabatan itu.
Tetapi Tuhan, bila ada hal yang perlu aku lakukan, bila aku harus pergi kepada seseorang, karena dia sedang menderita karena perbuatanku, bawalah orang itu ke dalam kesadaranku.
Aku hendak memaafkannya dan aku mohon untuk dimaafkan.
Hilangkan segala bentuk kebencian yang mungkin ada dalam hatiku, ya Tuhan, dan penuhilah ruang yang kosong dengan cinta-Mu. Amin.
Betul adanya isi doa tersebut. Banyak relasi yang melukai orang lain juga diri kita, baik sengaja maupun tak sengaja. Untuk memulihkan itu semua hanya hati yang terbuka untuk menerima dan memberi maaf. Doa memang kekuatan untuk menjalani hari-hari kita yang bahagaia, gembira, yang biasa saja, bahkan yang menekan serta mendesak, atau gelap sekalipun.
(Teh Enung yang baru sembuh dari flu, tetapi masih kliyeng-kliyeng karena tekanan darah drop)
Labels:
doa,
doa kekuatan,
kekuatan,
keluarga,
luka batin,
luka-luka,
mohon kekuatan,
relasi,
sakit hati
Senin, 26 Oktober 2009
KIRIMAN DARI TEMAN
Read till the end.........
============ ========= ========= ========= ========= =
The irreplaceable void
A story worth sharing
4 years ago, an accident took my beloved away and very often I wonder, how does my wife, who is now in the heavenly realm, feel right now? She must be feeling extremely sad for leaving a husband who is incapable to taking care of the house and the kid. 'cos that is the exact feeling that I have, as I feel that I have failed to provide for the physical and emotional needs of my child, and failed to be the dad and mum for my child.
There was one particular day, when I had an emergency at work. Hence, I had to leave home whilst my child was still sleeping. So thinking that there was still rice leftovers, I hastily cooked an egg and left after informing my sleepy child.
With the double roles, I am often exhausted at work as well as when I am home. So after a long day, I came home, totally drained of all energy. So with just a brief hug and kiss for my child, I went straight into the room, skipping dinner. However, when I jumped into my bed with intention of just having a well-deserved sleep, all i heard and felt was broken porcelain and warm liquid! I flipped open my blanket, and there lies the source of the 'problem'... a broken bowl with instant noodles and a mess on the bedsheet and blanket!
Boy, was I mad! I was so furious that I took a clothes hanger, charged straight at my child who was happily playing with his toy, and give him a good spanking! He merely cried but not asking for mercy, except a short explanation:
"Dad, I was hungry and there wasn't anymore leftover rice. But you were not back yet, hence I wanted to cook some instant noodles. But I remembered you reminding me not to touch or use the gas stove without any adults around, hence I turned on the shower and used the hot water from the bathroom to cook the noodles.. One is for you and the other is for me. However, I was afraid that the noodles will turn cold, so I hid it under the blanket to keep it warm till you return. But I forgot to remind you 'cos I was playing with my toys...I am sorry Dad..."
At that moment, tears were starting to run down my cheeks...but I didn't want my son to see his dad crying so I dashed into the bathroom and cried with the shower head on to mask my cries. After that episode, I went towards my son to give him a tight hug and applied medication on him, while coaxing him to sleep. Then, it was time to clear up the mess on the bed. When everything was done and well past midnight, I passed my son's room, and saw that he was still crying, not from the pain on his little buttock, but from looking at the photograph of his beloved mummy.
A year has passed since the episode, I have tried, in this period, to focus on giving him both the love of his dad and mum, and to attend to most of his needs. And soon, he is turning seven, and will be graduating from kindergarten. . Fortunately, the incident did not leave a lasting impression on his childhood memories and he is still happily growing up.
However, not so long ago, I hit my boy again, with much regret. This time, his kindergarten teacher called, informing me of my son's absence from school. I took off early from work and went home, expecting him to explain. But he wasn't to be found, so I went around our house, calling out his name and eventually found him outside a stationery shop, happily playing computer games. I was fuming, brought him home and whack the hell out of him. He did not retaliate, except to say, 'I am sorry, Dad'. But after much probing, I realized that it was a 'Talent Show' organized by his school and the invite is for every student's mummy. And that was the reason for his absence as he has no mummy.....
Few days after the caning, my son came home to tell me, the kindergarten has recently taught him how to read and write. Since then, he has kept to himself and stayed in his room to practise his writing, which I am sure, would make my wife proud, if she was still around. 'cos he makes me proud too!
Time passes by very quickly, and soon another year has passed. It's winter, and its Christmas time. Everywhere the christmas spirit is in every passer-by... Christmas carols and frantic shoppers.... but alas, my son got into another trouble. When I was about to knock off from the day's work, the post office called. Due to the peak season, the post master was also on an edgy mood. He called to tell me that my son has attempted to post several letters with no addressee. Although I did make a promise never to hit my son again, I couldn't help but to hit him as I feel that this child of mine is really beyond control. Once again, as before, he apologized, ' I'm sorry, Dad' and no additional reason to explain. I pushed him towards a corner, went to the post office to collect the letters with no addressee and came home, and angrily questioned my son on his prank, during this time of the year.
His answer, amidst his sobbing, was : The letters were for Mummy.
My eyes grew teary, but I tried to control my emotions and continued to ask him: " But why did u post so many letters, at one time?" My son's reply was: " I have been writing to mummy for a long time, but each time I reach out for the post box, it was too high for me, hence I was not able to post the letters. But recently, when I went back to the postbox, I could reach it and I sent it all at once..."
After hearing this, I was lost. Lost at not knowing what to do, what to say.....
I told my son, " Son, mummy is in the heavenly kingdom, so in future, if you have anything to tell her, just burn the letter and it will reach mummy. My son, on hearing this, was much pacified and calm, and soon after, he was sleeping soundly. On promising that I will burn the letters on his behalf, I brought the letters outside, but couldnt help opening the letter before they turn to ash.
And one of the letters broke my heart....
Dear Mummy,
I miss you so much! Today, there was a 'Talent Show' in school, and the school invited all mothers for the show. But you are not around, so I did not want to participate as well. I did not tell Dad about it as I was afraid that Dad would start to cry and miss you all over again. Dad went around looking for me, but in order to hide my sadness, I sat in front of the computer and started playing games at one of the shops. Dad was furious, and he couldnt help it but scolded and hit me, but I did not tell him the real reason. Mummy, everyday I see Dad missing you and whenever he think of you, he is so sad and often hide and cry in his room.. I think we both miss you very very much. Too much for our own good I think.. But Mummy, I am starting to forget your face. Can you please appear in my dreams so that I can see your face and remember you? I heard that if you fall asleep with the photograph of the person whom you miss, you will see the person in your dreams. But mummy, why havent you appear?
After reading the letter, I cant stop sobbing. 'cos I can never replace the irreplaceable gap left behind by my wife....
For the females with children:
Don't do so much overtime. If you cannot finish the work, it must be some kind of problems within the company, and it is not your sole problem. Feedback to your boss. Endless overtime may not necessary be the answer to the problem. Take care of your health so that you can treasure and take care of your little precious.
For the married men:
Drink less, smoke less, cos nothing can replace your good health, not even business nor clients.
Try thinking this way, are you able to work till your clients are totally dependent on you? or your boss is totally dependent on you? In this society, no one is indispensable.
Take care of your health, so that you can take care of your little precious and your loved ones.
For those singles out there:
Beauty lies in loving yourself first.
With confidence and loving yourself, you will see the beauty in other things around you. You will be able to work better and happier. Don't let your health be affected by your work or your boss, so nothing matters more than your well being.
(Untuk kita renungkan)
============ ========= ========= ========= ========= =
The irreplaceable void
A story worth sharing
4 years ago, an accident took my beloved away and very often I wonder, how does my wife, who is now in the heavenly realm, feel right now? She must be feeling extremely sad for leaving a husband who is incapable to taking care of the house and the kid. 'cos that is the exact feeling that I have, as I feel that I have failed to provide for the physical and emotional needs of my child, and failed to be the dad and mum for my child.
There was one particular day, when I had an emergency at work. Hence, I had to leave home whilst my child was still sleeping. So thinking that there was still rice leftovers, I hastily cooked an egg and left after informing my sleepy child.
With the double roles, I am often exhausted at work as well as when I am home. So after a long day, I came home, totally drained of all energy. So with just a brief hug and kiss for my child, I went straight into the room, skipping dinner. However, when I jumped into my bed with intention of just having a well-deserved sleep, all i heard and felt was broken porcelain and warm liquid! I flipped open my blanket, and there lies the source of the 'problem'... a broken bowl with instant noodles and a mess on the bedsheet and blanket!
Boy, was I mad! I was so furious that I took a clothes hanger, charged straight at my child who was happily playing with his toy, and give him a good spanking! He merely cried but not asking for mercy, except a short explanation:
"Dad, I was hungry and there wasn't anymore leftover rice. But you were not back yet, hence I wanted to cook some instant noodles. But I remembered you reminding me not to touch or use the gas stove without any adults around, hence I turned on the shower and used the hot water from the bathroom to cook the noodles.. One is for you and the other is for me. However, I was afraid that the noodles will turn cold, so I hid it under the blanket to keep it warm till you return. But I forgot to remind you 'cos I was playing with my toys...I am sorry Dad..."
At that moment, tears were starting to run down my cheeks...but I didn't want my son to see his dad crying so I dashed into the bathroom and cried with the shower head on to mask my cries. After that episode, I went towards my son to give him a tight hug and applied medication on him, while coaxing him to sleep. Then, it was time to clear up the mess on the bed. When everything was done and well past midnight, I passed my son's room, and saw that he was still crying, not from the pain on his little buttock, but from looking at the photograph of his beloved mummy.
A year has passed since the episode, I have tried, in this period, to focus on giving him both the love of his dad and mum, and to attend to most of his needs. And soon, he is turning seven, and will be graduating from kindergarten. . Fortunately, the incident did not leave a lasting impression on his childhood memories and he is still happily growing up.
However, not so long ago, I hit my boy again, with much regret. This time, his kindergarten teacher called, informing me of my son's absence from school. I took off early from work and went home, expecting him to explain. But he wasn't to be found, so I went around our house, calling out his name and eventually found him outside a stationery shop, happily playing computer games. I was fuming, brought him home and whack the hell out of him. He did not retaliate, except to say, 'I am sorry, Dad'. But after much probing, I realized that it was a 'Talent Show' organized by his school and the invite is for every student's mummy. And that was the reason for his absence as he has no mummy.....
Few days after the caning, my son came home to tell me, the kindergarten has recently taught him how to read and write. Since then, he has kept to himself and stayed in his room to practise his writing, which I am sure, would make my wife proud, if she was still around. 'cos he makes me proud too!
Time passes by very quickly, and soon another year has passed. It's winter, and its Christmas time. Everywhere the christmas spirit is in every passer-by... Christmas carols and frantic shoppers.... but alas, my son got into another trouble. When I was about to knock off from the day's work, the post office called. Due to the peak season, the post master was also on an edgy mood. He called to tell me that my son has attempted to post several letters with no addressee. Although I did make a promise never to hit my son again, I couldn't help but to hit him as I feel that this child of mine is really beyond control. Once again, as before, he apologized, ' I'm sorry, Dad' and no additional reason to explain. I pushed him towards a corner, went to the post office to collect the letters with no addressee and came home, and angrily questioned my son on his prank, during this time of the year.
His answer, amidst his sobbing, was : The letters were for Mummy.
My eyes grew teary, but I tried to control my emotions and continued to ask him: " But why did u post so many letters, at one time?" My son's reply was: " I have been writing to mummy for a long time, but each time I reach out for the post box, it was too high for me, hence I was not able to post the letters. But recently, when I went back to the postbox, I could reach it and I sent it all at once..."
After hearing this, I was lost. Lost at not knowing what to do, what to say.....
I told my son, " Son, mummy is in the heavenly kingdom, so in future, if you have anything to tell her, just burn the letter and it will reach mummy. My son, on hearing this, was much pacified and calm, and soon after, he was sleeping soundly. On promising that I will burn the letters on his behalf, I brought the letters outside, but couldnt help opening the letter before they turn to ash.
And one of the letters broke my heart....
Dear Mummy,
I miss you so much! Today, there was a 'Talent Show' in school, and the school invited all mothers for the show. But you are not around, so I did not want to participate as well. I did not tell Dad about it as I was afraid that Dad would start to cry and miss you all over again. Dad went around looking for me, but in order to hide my sadness, I sat in front of the computer and started playing games at one of the shops. Dad was furious, and he couldnt help it but scolded and hit me, but I did not tell him the real reason. Mummy, everyday I see Dad missing you and whenever he think of you, he is so sad and often hide and cry in his room.. I think we both miss you very very much. Too much for our own good I think.. But Mummy, I am starting to forget your face. Can you please appear in my dreams so that I can see your face and remember you? I heard that if you fall asleep with the photograph of the person whom you miss, you will see the person in your dreams. But mummy, why havent you appear?
After reading the letter, I cant stop sobbing. 'cos I can never replace the irreplaceable gap left behind by my wife....
For the females with children:
Don't do so much overtime. If you cannot finish the work, it must be some kind of problems within the company, and it is not your sole problem. Feedback to your boss. Endless overtime may not necessary be the answer to the problem. Take care of your health so that you can treasure and take care of your little precious.
For the married men:
Drink less, smoke less, cos nothing can replace your good health, not even business nor clients.
Try thinking this way, are you able to work till your clients are totally dependent on you? or your boss is totally dependent on you? In this society, no one is indispensable.
Take care of your health, so that you can take care of your little precious and your loved ones.
For those singles out there:
Beauty lies in loving yourself first.
With confidence and loving yourself, you will see the beauty in other things around you. You will be able to work better and happier. Don't let your health be affected by your work or your boss, so nothing matters more than your well being.
(Untuk kita renungkan)
Sabtu, 24 Oktober 2009
A GIFT from FRIEND
Pemberian dari Seorang Sahabat
Merry Riana, begitulah nama lengkap miliuner muda ini. Pada usianya yang ke-26 ia telah meraih kesukesan. Ia memilih Singapura sebagai tempat tinggal dan lahan bisnisnya. Dalam bukunya yang berjudul A Gift from Friend Merry Riana memberikan kiat-kiat dan juga motivasi untuk meraih kesuksesan. Buku ini disumbangkan untuk menunjang kewirausahaan kaum muda. Dengan jalannya Merry Riana meraih kesuksesan ingin membagikan jurus-jurus andalannya kepada orang lain agar orang lain pun bisa meraih kesuksesasn.
Menurut Merry Riana kesuksesan nerupakan proses yang terus berlangsung untuk menjadi lebih baik dan untuk mencapai lebih. Hal ini merupakan peluang untuk secara terus-menerus bertumbuh secara emosional, soial, psikologis, intelektual, financial, dan spiritual.
Merry Riana menganalogikan kehidupan karya manusia itu seperti seekor sapi dan seekor kuda pacu. Kehidupan seekor sapi sangat susah: menarik beban, diperah susunya, berproduksi untuk kelangsungan spesiesnya, dan akhirnya dipotong untuk industri daging. Sementara yang ia dapatkan untuk makanan hariannya adalah rumput. Kehidupan kuda pacu juga sama harus bekerja sepanjang hidupnya. Ia harus dilatih, diberi sepatu khusus, diberi kandang khusus,tetap ia juga diberi makanan yang juga khusus yaitu makanan pilihan dan berkualitas tinggi. Akhirmya seekor kuda pacu dapat memenangkan perlombaan. Ia akan menerima penghargaan dan pengakuan akan hasil kerja kerasnya.
Analogi lain adalah cerita balap lari antara kelinci dengan kura-kura. Pemenangnya adalah kura-kura karena kelinci menyepelekan acara balap itu dengan tertidur. Sedangkan si kura- kura perlahan dan terus-menerus berusaha untuk mencapai finish.
Kita lebih daripada seekor kuda pacu. Kita juga bisa memilih paradigma lain dalam kehidupan kita. Banyak oang memandang kualifikasi akademis lebih sebagai panduan untuk membatasi mereka pada apa yang dapat atau yang akan mereka lakukan dan yang tidak akan mereka lakuan. Kenyataannya gelar kesarjanaan atau diploma telah menjadi batu sandungan untuk kebanyakan orang.
Merry Riana berpendapat bahwa lingkungan kita mencerminkan harga kita. (orang yamg sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = nilai berbeda
Uang sering menjadi bahan perdebatan dan tak dipungkiri bahwa terkadang juga bisa menjadi sumber masalah, tetapi semua orang membutuhkannya. Merry Riana berpendapat bahwa uang adalah seuatu yang netral. Uang bahkan dapat meningkatan kualitas hidup seseorang, cinta, persahabatan, persaudaraan dll. Memang uang bukan hal yang terpenting, tetapi uang merupakan sarana untuk meningkatkan dan mencapai hal yang penting tadi.
Bila kita sudah tidak mempunyai masalah dengan keuangan kita, itu artinya kita sudah mencapai kebebasan financial. Apa artinya kebebasan financial? Adalah kemampuan untuk menikmati hidup sesuai dengan kehendak hati kita sendiri. Adalah kemampuan untuk untuk melakukan apa pun yang kita mau, memiliki apa yang kita inginkan, dan dengan gaya hidup yang kita dambakan tanpa beban financial apa pun.
Tak bisa kita pungkiri juga bahwa untuk mencapai impian kita mengalami berbagai tantangan dan bahkan penderitaan. Pengalaman pahit dan penderitaan dalam hidup kita pada umumnya adalah peristiwa yang berakhir dengan kemenanan besar. Analoginya seperti kerang mutiara. Seekor kerang yang hidup dalam keadaan sempurna dan situasi yang ideal, tidak mengalami penderitaan, kerang itu tidak akan menghasilkan sebuah mutiara secara alami.
Namun, kerang akan menghasilkan mutiara ketika ada benda asing (pasir, kerikil kecil) masuk ke dalam tubuhnya. Benda asing itu jelas merupakan penderitaan bagi seekor kerang. Karena ada benda asing dalam tubuhnya, kerang akan merasakan kesakitan. Ia akan mengeluarkan ‘air mata’ untuk membungkus benda asing tersebut. Air mata ini secara perlahan akan mengeras dan akhirnya akan terbentuk suatu lapisan keras yang membungkus seluruh benda asing tadi. Maka jadilah ia mutiara.
Untuk meraih kesuksesan ada tiga hal yang harus kita perhatikan. Ketiga hal itu adalah VISI, TINDAKAN, dan HASRAT. VISI bergua untuk mengetahui apa yang benar-benar kita inginkan dan impikan. Ambil TINDAKAN yang terus menerus untuk untuk mewujudkan visi. Lakukan apa pun untuk membawa kita satu langkah lebih dekat pada tujuan kita. Dalam melakukan tindakan untuk mencapai tujuan ini sangatlah penting untuk memiliki HASRAT agar kia mencintai pekerjaan kita dan tetap bersemangat dalam bekerja.
Dalam meraih tujuan, kita harus memperhatikan rule. Peraturan harus kita patuhi agar dalam pencapaian tujuan itu kita dalam keadaan lancar dan tentunya selamat samapai tujuan. Peraturan tersebut adalah:
- Mempunyai integritas
- Untuk siapa kita melakukan semua hal yang kita kerjakan
- Aturlah gaya hidup yang seimbang lahir dan batin
- Mempunai hati yang bersyukur
Pada saat kita berusaha meraih tujuan kita, kita dihadapkan pada berbagai kesempatan untuk bisa mencapai sukses. Terkadang kita tidak tahu mana kesempatan yang tepat untuk bisa sampai pada tujuan kita. Merry Riana berpendapat kalau seseorang sudah terbiasa membuang kesempatan, seringkali kali mereka juga membuang kesempatan yang benar ketika kesempatan itu datang.
Hendaknya kita tidak melepaskan impian kita dan menukarkan dengan kesempatan atau peluang yang salah. Kesempatan yang salah bisa datang secara tersamar sebagai kesempatan yang sepertinya nyaman, enak, dan kesempatan kerja yang sepertinya cocok setelah kita lulus sekolah.
Dalam pencapaian sukses kita, kita tidak bisa bekerja sendirian. Kita akan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu kunci untuk meningkatkan kesuksesan kita adalah dengan menentukan siapa orang-orang yang akan sering bekerjasama dengan kita. Kita bisa tetap berteman baik dengan teman-teman mana pun, tetapi tetap kita harus memilih partner yang tepat untuk rekan kerja kita.
Selain rekan kerja, kita juga harus menemukan pembimbing yang tepat. Seorang mentor, penasihat, atau pembimbing yang dapat memberikan gambaran persepektif dan nasihat yang bijaksana. Pembimbing juga dapat mengisi kekurangan dan kekosongan kita. Dengan bimbingan yang baik bisa menghindari kita dari pegnalaman gagal. Selain itu seorang pembimbing dapat mengajarkan kita kesabaran dalam menghadapi pengalaman baru dalam berjuang menjadi seorang yang ahli.
Demikian beberapa hal yang diringkaskan dari buku Merry Riana. Semoga hal-hal yang baik itu bisa membawa kita meraih kesuksesan dalam jalam hidup kita masing-masing. Setiap orang mermpunyai jalannya masing-masing sesuai dengan pilihan dan juga panggilan hidupnya. Tidak perlu semua orang menjadi wira usaha atau interpreneur karena nanti tak akan ada yang menjadi karyawan, guru, atau pembantu rumah tangga.
Semua orang mempunyai andil dalam dunia ini untuk memberikan yang terbaik pada dunia. Semua orang mempunyai peran dalam kehidupan ini, baik sebagai wira usahawan, karyawan, buruh, guru, atau ibu rumah tangga, bahkan yang masih pengangguran sekalipun. Namun, terkadang kita kurang wawasan dan hikmat untuk melihat semuanya. Marilah kita menjalankan peran kita masing-masing dalam membangun dunia ini agar menjadi lebih baik sehingga kasih, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan senantiasa ada di tengah-tengah kita.
Serpong, akhir Juni 2009
Christina Enung Martina
Merry Riana, begitulah nama lengkap miliuner muda ini. Pada usianya yang ke-26 ia telah meraih kesukesan. Ia memilih Singapura sebagai tempat tinggal dan lahan bisnisnya. Dalam bukunya yang berjudul A Gift from Friend Merry Riana memberikan kiat-kiat dan juga motivasi untuk meraih kesuksesan. Buku ini disumbangkan untuk menunjang kewirausahaan kaum muda. Dengan jalannya Merry Riana meraih kesuksesan ingin membagikan jurus-jurus andalannya kepada orang lain agar orang lain pun bisa meraih kesuksesasn.
Menurut Merry Riana kesuksesan nerupakan proses yang terus berlangsung untuk menjadi lebih baik dan untuk mencapai lebih. Hal ini merupakan peluang untuk secara terus-menerus bertumbuh secara emosional, soial, psikologis, intelektual, financial, dan spiritual.
Merry Riana menganalogikan kehidupan karya manusia itu seperti seekor sapi dan seekor kuda pacu. Kehidupan seekor sapi sangat susah: menarik beban, diperah susunya, berproduksi untuk kelangsungan spesiesnya, dan akhirnya dipotong untuk industri daging. Sementara yang ia dapatkan untuk makanan hariannya adalah rumput. Kehidupan kuda pacu juga sama harus bekerja sepanjang hidupnya. Ia harus dilatih, diberi sepatu khusus, diberi kandang khusus,tetap ia juga diberi makanan yang juga khusus yaitu makanan pilihan dan berkualitas tinggi. Akhirmya seekor kuda pacu dapat memenangkan perlombaan. Ia akan menerima penghargaan dan pengakuan akan hasil kerja kerasnya.
Analogi lain adalah cerita balap lari antara kelinci dengan kura-kura. Pemenangnya adalah kura-kura karena kelinci menyepelekan acara balap itu dengan tertidur. Sedangkan si kura- kura perlahan dan terus-menerus berusaha untuk mencapai finish.
Kita lebih daripada seekor kuda pacu. Kita juga bisa memilih paradigma lain dalam kehidupan kita. Banyak oang memandang kualifikasi akademis lebih sebagai panduan untuk membatasi mereka pada apa yang dapat atau yang akan mereka lakukan dan yang tidak akan mereka lakuan. Kenyataannya gelar kesarjanaan atau diploma telah menjadi batu sandungan untuk kebanyakan orang.
Merry Riana berpendapat bahwa lingkungan kita mencerminkan harga kita. (orang yamg sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = nilai berbeda
Uang sering menjadi bahan perdebatan dan tak dipungkiri bahwa terkadang juga bisa menjadi sumber masalah, tetapi semua orang membutuhkannya. Merry Riana berpendapat bahwa uang adalah seuatu yang netral. Uang bahkan dapat meningkatan kualitas hidup seseorang, cinta, persahabatan, persaudaraan dll. Memang uang bukan hal yang terpenting, tetapi uang merupakan sarana untuk meningkatkan dan mencapai hal yang penting tadi.
Bila kita sudah tidak mempunyai masalah dengan keuangan kita, itu artinya kita sudah mencapai kebebasan financial. Apa artinya kebebasan financial? Adalah kemampuan untuk menikmati hidup sesuai dengan kehendak hati kita sendiri. Adalah kemampuan untuk untuk melakukan apa pun yang kita mau, memiliki apa yang kita inginkan, dan dengan gaya hidup yang kita dambakan tanpa beban financial apa pun.
Tak bisa kita pungkiri juga bahwa untuk mencapai impian kita mengalami berbagai tantangan dan bahkan penderitaan. Pengalaman pahit dan penderitaan dalam hidup kita pada umumnya adalah peristiwa yang berakhir dengan kemenanan besar. Analoginya seperti kerang mutiara. Seekor kerang yang hidup dalam keadaan sempurna dan situasi yang ideal, tidak mengalami penderitaan, kerang itu tidak akan menghasilkan sebuah mutiara secara alami.
Namun, kerang akan menghasilkan mutiara ketika ada benda asing (pasir, kerikil kecil) masuk ke dalam tubuhnya. Benda asing itu jelas merupakan penderitaan bagi seekor kerang. Karena ada benda asing dalam tubuhnya, kerang akan merasakan kesakitan. Ia akan mengeluarkan ‘air mata’ untuk membungkus benda asing tersebut. Air mata ini secara perlahan akan mengeras dan akhirnya akan terbentuk suatu lapisan keras yang membungkus seluruh benda asing tadi. Maka jadilah ia mutiara.
Untuk meraih kesuksesan ada tiga hal yang harus kita perhatikan. Ketiga hal itu adalah VISI, TINDAKAN, dan HASRAT. VISI bergua untuk mengetahui apa yang benar-benar kita inginkan dan impikan. Ambil TINDAKAN yang terus menerus untuk untuk mewujudkan visi. Lakukan apa pun untuk membawa kita satu langkah lebih dekat pada tujuan kita. Dalam melakukan tindakan untuk mencapai tujuan ini sangatlah penting untuk memiliki HASRAT agar kia mencintai pekerjaan kita dan tetap bersemangat dalam bekerja.
Dalam meraih tujuan, kita harus memperhatikan rule. Peraturan harus kita patuhi agar dalam pencapaian tujuan itu kita dalam keadaan lancar dan tentunya selamat samapai tujuan. Peraturan tersebut adalah:
- Mempunyai integritas
- Untuk siapa kita melakukan semua hal yang kita kerjakan
- Aturlah gaya hidup yang seimbang lahir dan batin
- Mempunai hati yang bersyukur
Pada saat kita berusaha meraih tujuan kita, kita dihadapkan pada berbagai kesempatan untuk bisa mencapai sukses. Terkadang kita tidak tahu mana kesempatan yang tepat untuk bisa sampai pada tujuan kita. Merry Riana berpendapat kalau seseorang sudah terbiasa membuang kesempatan, seringkali kali mereka juga membuang kesempatan yang benar ketika kesempatan itu datang.
Hendaknya kita tidak melepaskan impian kita dan menukarkan dengan kesempatan atau peluang yang salah. Kesempatan yang salah bisa datang secara tersamar sebagai kesempatan yang sepertinya nyaman, enak, dan kesempatan kerja yang sepertinya cocok setelah kita lulus sekolah.
Dalam pencapaian sukses kita, kita tidak bisa bekerja sendirian. Kita akan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu kunci untuk meningkatkan kesuksesan kita adalah dengan menentukan siapa orang-orang yang akan sering bekerjasama dengan kita. Kita bisa tetap berteman baik dengan teman-teman mana pun, tetapi tetap kita harus memilih partner yang tepat untuk rekan kerja kita.
Selain rekan kerja, kita juga harus menemukan pembimbing yang tepat. Seorang mentor, penasihat, atau pembimbing yang dapat memberikan gambaran persepektif dan nasihat yang bijaksana. Pembimbing juga dapat mengisi kekurangan dan kekosongan kita. Dengan bimbingan yang baik bisa menghindari kita dari pegnalaman gagal. Selain itu seorang pembimbing dapat mengajarkan kita kesabaran dalam menghadapi pengalaman baru dalam berjuang menjadi seorang yang ahli.
Demikian beberapa hal yang diringkaskan dari buku Merry Riana. Semoga hal-hal yang baik itu bisa membawa kita meraih kesuksesan dalam jalam hidup kita masing-masing. Setiap orang mermpunyai jalannya masing-masing sesuai dengan pilihan dan juga panggilan hidupnya. Tidak perlu semua orang menjadi wira usaha atau interpreneur karena nanti tak akan ada yang menjadi karyawan, guru, atau pembantu rumah tangga.
Semua orang mempunyai andil dalam dunia ini untuk memberikan yang terbaik pada dunia. Semua orang mempunyai peran dalam kehidupan ini, baik sebagai wira usahawan, karyawan, buruh, guru, atau ibu rumah tangga, bahkan yang masih pengangguran sekalipun. Namun, terkadang kita kurang wawasan dan hikmat untuk melihat semuanya. Marilah kita menjalankan peran kita masing-masing dalam membangun dunia ini agar menjadi lebih baik sehingga kasih, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan senantiasa ada di tengah-tengah kita.
Serpong, akhir Juni 2009
Christina Enung Martina
Labels:
analogi,
gift from friend,
harga,
hasrat,
kiat-kiat,
meraih sukses,
Merry Riana,
spiritual,
tindakan,
visi
Sabtu, 17 Oktober 2009
PESAN YANG HAMPIR DIHAPUS
IF SOMEONE HAD A GUN HELD IN FRONT OF YOUR FACE AND ASKED YOU IF YOU BELIEVED IN GOD, WHAT WOULD YOU DO?
SAY NO AND FEEL ASHAMED THE REST OF YOUR LIFE? OR SAY YES, I DO, AND DIE STANDING UP FOR GOD?
If you would say no, DELETE THIS E-MAIL , NOW. IF YOU WOULD SAY YES,
AND STAND UP FOR JESUS CHRIST, PLEASE READ THIS AND PASS ON.
Note: This is a true article that was printed in a southern newspaper less then a year ago
TAKE A DEEP BREATH BEFORE READING THIS
There was an atheist couple who had a child. The couple never told their daughter anything about the Lord. One night when the little girl was 5 years old, the parents fought with each other and the dad shot the Mom, right in front of the child. Then, the dad shot himself. The little girl watched it all. She then was sent to a foster home. The foster mother was a Christian and took the child to church. On the first day of Sunday School, the foster mother told the teacher that the girl had never heard of Jesus, and to have patience with her. The teacher held up a picture of Jesus and said, 'Does anyone know who this is?' The little girl said, 'I do, that's the man who was holding me the night my parents died.'
If you believe this little girl is telling the truth that even though she had never heard of Jesus, he still held her the night her parents died, then you will forward this to as many people as you can.
Or you can delete it as if it never touched your heart.
Funny, isn't it?
Funny how simple it is for people to trash God and then wonder why the world's going to hell.
Funny how we believe what the newspapers say, but question what the Bible says.
Funny how everyone wants to go to heaven provided they do not have to believe, think, say, or do anything the Bible says. (Or is it scary?)
Funny how someone can say 'I believe in God' but still follow Satan (who, by the way, also 'believes' in God).
Funny how you can send a thousand 'jokes' through e-mail and they spread like wildfire, but when you start sending messages regarding the Lord, people think twice about sharing.
Funny how the lewd, crude, vulgar and obscene pass freely through cyberspace, but the public discussion of Jesus is suppressed in the school and workplace.
Funny how when you go to forward this message, you will not send it to many on your address list because you're not sure what they believe, or what they will think of you for sending it to them.
Funny how we can go to church for Christ on Sunday, but be an invisible Christian the rest of the week. (Are you laughing?)
Funny how I can be more worried about what other people think of me than what God thinks of me. (Are you thinking?)
Pass this on only if you mean it.
Yes, I do Love God!
(Pesan ini kudapat dari email yang dikirim anakku, Metta. namun, pengirim pertamanya siapa entah.... Tapi baik untuk menjadi bahan refleksi)
SAY NO AND FEEL ASHAMED THE REST OF YOUR LIFE? OR SAY YES, I DO, AND DIE STANDING UP FOR GOD?
If you would say no, DELETE THIS E-MAIL , NOW. IF YOU WOULD SAY YES,
AND STAND UP FOR JESUS CHRIST, PLEASE READ THIS AND PASS ON.
Note: This is a true article that was printed in a southern newspaper less then a year ago
TAKE A DEEP BREATH BEFORE READING THIS
There was an atheist couple who had a child. The couple never told their daughter anything about the Lord. One night when the little girl was 5 years old, the parents fought with each other and the dad shot the Mom, right in front of the child. Then, the dad shot himself. The little girl watched it all. She then was sent to a foster home. The foster mother was a Christian and took the child to church. On the first day of Sunday School, the foster mother told the teacher that the girl had never heard of Jesus, and to have patience with her. The teacher held up a picture of Jesus and said, 'Does anyone know who this is?' The little girl said, 'I do, that's the man who was holding me the night my parents died.'
If you believe this little girl is telling the truth that even though she had never heard of Jesus, he still held her the night her parents died, then you will forward this to as many people as you can.
Or you can delete it as if it never touched your heart.
Funny, isn't it?
Funny how simple it is for people to trash God and then wonder why the world's going to hell.
Funny how we believe what the newspapers say, but question what the Bible says.
Funny how everyone wants to go to heaven provided they do not have to believe, think, say, or do anything the Bible says. (Or is it scary?)
Funny how someone can say 'I believe in God' but still follow Satan (who, by the way, also 'believes' in God).
Funny how you can send a thousand 'jokes' through e-mail and they spread like wildfire, but when you start sending messages regarding the Lord, people think twice about sharing.
Funny how the lewd, crude, vulgar and obscene pass freely through cyberspace, but the public discussion of Jesus is suppressed in the school and workplace.
Funny how when you go to forward this message, you will not send it to many on your address list because you're not sure what they believe, or what they will think of you for sending it to them.
Funny how we can go to church for Christ on Sunday, but be an invisible Christian the rest of the week. (Are you laughing?)
Funny how I can be more worried about what other people think of me than what God thinks of me. (Are you thinking?)
Pass this on only if you mean it.
Yes, I do Love God!
(Pesan ini kudapat dari email yang dikirim anakku, Metta. namun, pengirim pertamanya siapa entah.... Tapi baik untuk menjadi bahan refleksi)
Labels:
a gun held,
deep breath,
follow satan,
foster mother,
funny,
girl,
heart,
life,
pesan,
though,
touched your heart
Sabtu, 10 Oktober 2009
SURAT DARI TUHAN
Anak-Ku
Aku tak tahu bahwa kadang kala begitu menggoda untuk menyerah dalam kehidupan. Kadang kala sulit menemukan alasan untuk terus berusaha.
Apa yang membuatmu merasa seperti menerima kekalahan? pekerjaan? sekolah? nilai? kawan-kawan? orang tua? uang? perang?...
Dengarlah, aku ingin kamu hidup mempercayai-Ku dalam hal ini. Meskipun keadaan hidup tampak kacau dari luar, tetapi jika kamu percaya kepada-Ku, ada hal-hal yang tak terlihat terjadi di dalam dirimu. Setiap hari, aku membuka sesuatu yang baru dan menggairahkan.
masa depanmu akan lebih mengherankan dari apa pun yang dapat kamu bayangkan. Percayalah kepada-Ku, tidak akan sia-sia kamu bertahan karena ada hari depan yang indah menunggumu.
Oleh karena itu, bertahanlah dengan gigih. Jangan menyerah! aku mempunyai sejumlah kejutan nyata bagimu.
Bapa Surgawimu
TUHAN
(Karya noname, sumber tak diketahui dengan pasti)
Aku tak tahu bahwa kadang kala begitu menggoda untuk menyerah dalam kehidupan. Kadang kala sulit menemukan alasan untuk terus berusaha.
Apa yang membuatmu merasa seperti menerima kekalahan? pekerjaan? sekolah? nilai? kawan-kawan? orang tua? uang? perang?...
Dengarlah, aku ingin kamu hidup mempercayai-Ku dalam hal ini. Meskipun keadaan hidup tampak kacau dari luar, tetapi jika kamu percaya kepada-Ku, ada hal-hal yang tak terlihat terjadi di dalam dirimu. Setiap hari, aku membuka sesuatu yang baru dan menggairahkan.
masa depanmu akan lebih mengherankan dari apa pun yang dapat kamu bayangkan. Percayalah kepada-Ku, tidak akan sia-sia kamu bertahan karena ada hari depan yang indah menunggumu.
Oleh karena itu, bertahanlah dengan gigih. Jangan menyerah! aku mempunyai sejumlah kejutan nyata bagimu.
Bapa Surgawimu
TUHAN
(Karya noname, sumber tak diketahui dengan pasti)
Labels:
bertahan,
kekalahan,
letter from God,
menerima kekalahan,
surat,
surat dari Tuhan,
surgawi
PERCAYA PADA TALENTA
(catatan setelah membaca Mendidik dengan Hati karya Paul Subiyanto)
Secara etimologis kata talenta berasal dari budaya Timur Tengah dua abad yang silam. Talenta merupakan satuan mata uang , satu talenta setara dengan 3000 dinar. Sedangkan satu dinar merupakan upah kerja seorang pekerja dalam satu hari. Jika dipadankan dengan keadaan sekarang, anggaplah di Indonesia upah rata-rata kerja sehari Rp 25.000. Satu talenta nilainya = 3000 dinar, jadi 3000 x rp 25.000 = Rp 75.000.000.
Kata talenta ini mulai mendapat makna baru ketika digunakan dalam perumpamaan yang diungkapkan Yesus dalam Al Kitab Perjanjian Baru. Ada seorang tuan yang kaya raya. Ia mempunyai banyak pelayan. Pada suatu hari Sang Tuan akan pergi ke negri yang jauh. Sebelum ia pergi, ia membagikan uang kepada para pelayannya, ada yang mendapat satu talenta, dua, lima dan seterusnya. Setiap pelayan mendapatkan bagian masing-masing secara percuma.. Setelah berathun-tahun mengembara, Sang Tuan pun pulang ke ruamhnya lalu mengumpulkan para pelayannya untuk mempertanggungjawabkan talenta yang sudah didapatkannya. Ternyata ada hamba-hamba yang kreatif yang melipatgandakan talentanya. Namun, ada juga hamba yang hanya menanamnya di tanah dengan alas an takut ada maling yang mengambil talentanya. Yang menarik adalah sikap Sang Tuan yang sangat menghargai para pelayannya yang berhasil mengembangkan talentanya dan memberikan bonus. Namun, kepada yang memendam talenta ia meminta kembali talenta tersebut.
Perumpamaan ini menyampaikan kepada kita bahwa setiap orang secara inhern sudah dibekali ‘karunia’ yang tak ternilai harganya. Karunia itu diberikan secara gratis. (minimal 75 juta rupiah). Tugas setiap manusia adalah menngembangkan bagaimana agar harta ini tidak sia-sia dan pada saatnya nanti bias dipersembahkan kepada Sang Maha Pemberi.
Dari contoh perumpamaan di atas, talenta semestinya dipahami sebagai seluruh potensi yang sudah tertanam pada setiap orang secara unik. Talenta semestinya dipahami sebagai sesuatu yang positif yang pada setiap orang sudah ada sebagai bawaan. Dalam istilah pendidikan sekarang disebutnya kecerdasan entah yang bersifat intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ).
Kebenarannya adalah bahwa setiap orang dianugrahi oleh Tuhan dengan karunia secara unik. Keyakinan ini akan menuntun kita pada sikap saling menghargai kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang. Selain itu bagi orang tua atau para pendidik dan pembimbing hendaknya menghindari pemaksaan kehendak untuk menanamkan sebanyak mungkin kemampuan kepada anak-anak menurut ukuran orang dewasa. Talenta setiap orang berbeda-beda, tidak bias diukur dengan cara yang seragam. Keyakinan ini juga memotivasi kita untuk terus berupaya mengembangkan diri dan juga mendukung anak-anak mengembangkan diri mereka sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
Secara etimologis kata talenta berasal dari budaya Timur Tengah dua abad yang silam. Talenta merupakan satuan mata uang , satu talenta setara dengan 3000 dinar. Sedangkan satu dinar merupakan upah kerja seorang pekerja dalam satu hari. Jika dipadankan dengan keadaan sekarang, anggaplah di Indonesia upah rata-rata kerja sehari Rp 25.000. Satu talenta nilainya = 3000 dinar, jadi 3000 x rp 25.000 = Rp 75.000.000.
Kata talenta ini mulai mendapat makna baru ketika digunakan dalam perumpamaan yang diungkapkan Yesus dalam Al Kitab Perjanjian Baru. Ada seorang tuan yang kaya raya. Ia mempunyai banyak pelayan. Pada suatu hari Sang Tuan akan pergi ke negri yang jauh. Sebelum ia pergi, ia membagikan uang kepada para pelayannya, ada yang mendapat satu talenta, dua, lima dan seterusnya. Setiap pelayan mendapatkan bagian masing-masing secara percuma.. Setelah berathun-tahun mengembara, Sang Tuan pun pulang ke ruamhnya lalu mengumpulkan para pelayannya untuk mempertanggungjawabkan talenta yang sudah didapatkannya. Ternyata ada hamba-hamba yang kreatif yang melipatgandakan talentanya. Namun, ada juga hamba yang hanya menanamnya di tanah dengan alas an takut ada maling yang mengambil talentanya. Yang menarik adalah sikap Sang Tuan yang sangat menghargai para pelayannya yang berhasil mengembangkan talentanya dan memberikan bonus. Namun, kepada yang memendam talenta ia meminta kembali talenta tersebut.
Perumpamaan ini menyampaikan kepada kita bahwa setiap orang secara inhern sudah dibekali ‘karunia’ yang tak ternilai harganya. Karunia itu diberikan secara gratis. (minimal 75 juta rupiah). Tugas setiap manusia adalah menngembangkan bagaimana agar harta ini tidak sia-sia dan pada saatnya nanti bias dipersembahkan kepada Sang Maha Pemberi.
Dari contoh perumpamaan di atas, talenta semestinya dipahami sebagai seluruh potensi yang sudah tertanam pada setiap orang secara unik. Talenta semestinya dipahami sebagai sesuatu yang positif yang pada setiap orang sudah ada sebagai bawaan. Dalam istilah pendidikan sekarang disebutnya kecerdasan entah yang bersifat intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ).
Kebenarannya adalah bahwa setiap orang dianugrahi oleh Tuhan dengan karunia secara unik. Keyakinan ini akan menuntun kita pada sikap saling menghargai kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang. Selain itu bagi orang tua atau para pendidik dan pembimbing hendaknya menghindari pemaksaan kehendak untuk menanamkan sebanyak mungkin kemampuan kepada anak-anak menurut ukuran orang dewasa. Talenta setiap orang berbeda-beda, tidak bias diukur dengan cara yang seragam. Keyakinan ini juga memotivasi kita untuk terus berupaya mengembangkan diri dan juga mendukung anak-anak mengembangkan diri mereka sesuai dengan talenta yang dimilikinya.
Labels:
karunia,
keyakinan,
makna baru,
orang dewasa,
Paul Sudibyo,
perumpamaan,
potensi,
talenta
Kamis, 01 Oktober 2009
MENGAMPUNI YANG TAK TERAMPUNI
Catatan setelah membaca buku Left To Tell karya Imaculee Ilibagiza bersama Steve Erwin
Imaculee Ilibagiza adalah salah seorang perempuan Rwanda yang selamat dari bencana pemusnahan etnis di Rwanda pada tahun 1994. Keluarganya (ayah, ibu, dan 2 saudara laki-lakinya) dibantai dalam peristiwa genozide-pemusnahan etnis. Bencana ini terjadi pada tahun 1994 saat itu Rwanda berada di bawah kekuasaan rezim suku Hutu. Konflik anatarsuku saat itu sering terjadi di Rwanda. Konflik yang sangat meruncing adalah antara suku Hutu dan Tutsi.
Pada saat rezim Hutu berkuasa, banyak Tutsi yang terusir dari negrinya. Mereka mencari kehidupan di Negara-negara tetangga (sinegal dll). Kehidupan mereka jauh dari sejahtera.
Puncak dari permusuhan yang terjadi yaitu dengan diorganisirnya pembantaian Tutsi oleh pemerintahan Hutu. Seluruh Rwanda dibersihkan dari ‘kecoa dan ular-ular Tutsi’ . Prinsip Hutu pada saat itu daripada dibunuh oleh Tutsi lebih baik membunuh Tutsi sebanyak-banyaknya. Jutaan orang Tutsi menjadi korban dalam pembantaian tersebut.
Kala itu Rwanada betul-betul dikuasai oleh iblis. Iblis sudah merasuk pada laki-laki dan perempuan Hutu untuk membantai sauadaranya sendiri. Para pemuda Hutu dimabukkan oleh minuman keras dan narkoba yang membuat mereka tidak menyadari perbuatan biadab mereka. Seluruh Rwanda berada dalam genggaman Sang Penguasa Kegelapan.
Ketegangan antara Hutu-Tutsi sebetulnya sudah terjadi puluhan tahun secara dingin, tidak terang-terangan atau terbuka. Meskipun ada ketegangan di anatara kedua suku tersebut, kehidupan di desa-desa tak terpengaruh oleh ketegangan tersebut. Seperti pada umumnya orang desa selalu menjunjung tinggi persaudaraan dan persatuan, demikian pula desa2 di Rwanda. Mereka hidup berdampingan sebagai tetangga, sebagai saudara, Kawin-mengawini. Segala sesuatuanya lumrah dan wajar.
Keluarga Imaculee Ilibagiza akrab denagn tetangga, saling menolong dan saling berbagi. Hal ini karena ayah Imaculee, Leonard adalah seorang tokoh yang disegani di kampungnya. Leonard seorang yang dituakan dan kerap dimintai berbagai nasihat untuk macam-macam persoalan penduduk desa. Demikian pula ibunya, Rose, beliau seorang guru yang bersedia menolong siapa pun. Imaculee dibesarkan dalam keluarga yang berlimpah kasih saying, moderat, berpendidikan, dan cukup kaya untuk ukuran di desanya.
Menjadi sebuah pertanyaan yang terus menghantui Imaculee: mengapa pembanataian keluarganya justru dilakukan oleh orang-orang yang dulu menjadi sahabat dan pernah ditolong dalam hidup mereka?
Perjalanan hidup yang benar-benar tidak masuk akal bagi Imaculee. Bagaimanana hal ini bias terjadi? Dari manakah kebencian semacam itu berasal? Mengapa Tuhan membiarkan semuanya terjadi? Di manakah hati manusia pada saat kekejian itu dilakukan? Kekuatan apa yang menggerakan kekejian dan kebiadaban itu terjadi?
Sejuta pertanyaan yang jawabannya tak kunjung bias kita temukan terus berkecamuk dalam benak orang yang membaca buku ini. Apalagi pada orang-prang yang mengalami kekejian ini.
Perjuangan Imaculee Ilibagiza untuk bertahan hidup dengan beberapa perempuan Tutsi lainnya sungguh luar biasa. Sepertinya mereka bisa bertahan hidup, sungguh tak masuk akal. Di sinilah letaknya bahwa kita melihat bahwa Tuhan ternyata tidak tidur dan tidak membiarkan ini semua terjadi.
Yang lebih menggetarkan lagi adalah perjuangan Imaculee untuk bias tetap waras, tetap berpikir positif, tetap memelihara imannya, harapannya, kasihnya, dan terlebih bisa mengampuni orang yang telah melakukan pembantaian keluarganya.
Terutama pada suatu keputusan untuk mengampuni hal yang terampuni. Itu sungguh luar biasa. Dalam ketertekanan dan kesedihan yang tak berujung, Imaculee mampu menemukan sebuah tempat pribadi, sebuah sudut di hatinya, sebuah taman sucinya, tempat ia berbicara dengan Tuhan, tempat merenungkan firman-Nya, dan memelihara kehidupan rohaninya. Dalam situasi seperti itu ia mamapu bermeditasi, menyentuh sumber iamannya dan menguatkan inti jiwanya.
Meskipun kengerian ada di sekitarnya, ia mampu menemukan pengungsian di sebuah dunia yang makin bersahabat. Ia mamapu mengagungkan Nama-Nya dalam kesesakan dan ketakberdayaan dan keputusasaan. Bahkan dalam pengungsiannya (sebuah kamar mandi sempit di rumah seorang pendeta Hutu yang baik), Imaculee bias belajar bahasa yang baru baginya: bahasa Inggris. Ia menguasai bahasa setempat dan bahasa Prancis. Ia berpikir bahasa Inggris adalah alat yang akan membuat dia bias keluar dari situasi ini. Bahasa yang akan membawa dia pada kehidupannya di dunia baru.
Masa kebebasan yang didambakan Imaculee dan teman-temannya dating dari para tentara Prancis yang bersedia menjadi para pelindung para Tutsi yang selamat. Akhirnya Imaculee Ilibagiza dan para perempuan lain keluar dari lubang persembunyiannya menuju kamp pertahanan tentara Prancis.
Dalam akhir perjuangannya, Imaculee mendapatkan kebahagiaannya. Tuhan memberikan mahkota atas imannya dan kesetiannya serta keberaniannya untuk mengampuni. Kepadanya Tuhan memberikan seorang suami yang dari perkawinan mereka Tuhan menganugrahinya dengan dua orang anak yang manis-manis.
Sekarang ia bekerja untuk PBB di New York City. Ia mendirikan Ilibagiza Foundation yaitu yayasan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Yayasan ini berkarya untuk membantu menyembuhkan orang-orang dari pengalaman buruk dan pengaruh genozide dan peperangan.
Ch. Enung Martina : Untuk semua orang yang selalu berusaha untuk belajar dari pengalaman pahit dan penderitaan.
Imaculee Ilibagiza adalah salah seorang perempuan Rwanda yang selamat dari bencana pemusnahan etnis di Rwanda pada tahun 1994. Keluarganya (ayah, ibu, dan 2 saudara laki-lakinya) dibantai dalam peristiwa genozide-pemusnahan etnis. Bencana ini terjadi pada tahun 1994 saat itu Rwanda berada di bawah kekuasaan rezim suku Hutu. Konflik anatarsuku saat itu sering terjadi di Rwanda. Konflik yang sangat meruncing adalah antara suku Hutu dan Tutsi.
Pada saat rezim Hutu berkuasa, banyak Tutsi yang terusir dari negrinya. Mereka mencari kehidupan di Negara-negara tetangga (sinegal dll). Kehidupan mereka jauh dari sejahtera.
Puncak dari permusuhan yang terjadi yaitu dengan diorganisirnya pembantaian Tutsi oleh pemerintahan Hutu. Seluruh Rwanda dibersihkan dari ‘kecoa dan ular-ular Tutsi’ . Prinsip Hutu pada saat itu daripada dibunuh oleh Tutsi lebih baik membunuh Tutsi sebanyak-banyaknya. Jutaan orang Tutsi menjadi korban dalam pembantaian tersebut.
Kala itu Rwanada betul-betul dikuasai oleh iblis. Iblis sudah merasuk pada laki-laki dan perempuan Hutu untuk membantai sauadaranya sendiri. Para pemuda Hutu dimabukkan oleh minuman keras dan narkoba yang membuat mereka tidak menyadari perbuatan biadab mereka. Seluruh Rwanda berada dalam genggaman Sang Penguasa Kegelapan.
Ketegangan antara Hutu-Tutsi sebetulnya sudah terjadi puluhan tahun secara dingin, tidak terang-terangan atau terbuka. Meskipun ada ketegangan di anatara kedua suku tersebut, kehidupan di desa-desa tak terpengaruh oleh ketegangan tersebut. Seperti pada umumnya orang desa selalu menjunjung tinggi persaudaraan dan persatuan, demikian pula desa2 di Rwanda. Mereka hidup berdampingan sebagai tetangga, sebagai saudara, Kawin-mengawini. Segala sesuatuanya lumrah dan wajar.
Keluarga Imaculee Ilibagiza akrab denagn tetangga, saling menolong dan saling berbagi. Hal ini karena ayah Imaculee, Leonard adalah seorang tokoh yang disegani di kampungnya. Leonard seorang yang dituakan dan kerap dimintai berbagai nasihat untuk macam-macam persoalan penduduk desa. Demikian pula ibunya, Rose, beliau seorang guru yang bersedia menolong siapa pun. Imaculee dibesarkan dalam keluarga yang berlimpah kasih saying, moderat, berpendidikan, dan cukup kaya untuk ukuran di desanya.
Menjadi sebuah pertanyaan yang terus menghantui Imaculee: mengapa pembanataian keluarganya justru dilakukan oleh orang-orang yang dulu menjadi sahabat dan pernah ditolong dalam hidup mereka?
Perjalanan hidup yang benar-benar tidak masuk akal bagi Imaculee. Bagaimanana hal ini bias terjadi? Dari manakah kebencian semacam itu berasal? Mengapa Tuhan membiarkan semuanya terjadi? Di manakah hati manusia pada saat kekejian itu dilakukan? Kekuatan apa yang menggerakan kekejian dan kebiadaban itu terjadi?
Sejuta pertanyaan yang jawabannya tak kunjung bias kita temukan terus berkecamuk dalam benak orang yang membaca buku ini. Apalagi pada orang-prang yang mengalami kekejian ini.
Perjuangan Imaculee Ilibagiza untuk bertahan hidup dengan beberapa perempuan Tutsi lainnya sungguh luar biasa. Sepertinya mereka bisa bertahan hidup, sungguh tak masuk akal. Di sinilah letaknya bahwa kita melihat bahwa Tuhan ternyata tidak tidur dan tidak membiarkan ini semua terjadi.
Yang lebih menggetarkan lagi adalah perjuangan Imaculee untuk bias tetap waras, tetap berpikir positif, tetap memelihara imannya, harapannya, kasihnya, dan terlebih bisa mengampuni orang yang telah melakukan pembantaian keluarganya.
Terutama pada suatu keputusan untuk mengampuni hal yang terampuni. Itu sungguh luar biasa. Dalam ketertekanan dan kesedihan yang tak berujung, Imaculee mampu menemukan sebuah tempat pribadi, sebuah sudut di hatinya, sebuah taman sucinya, tempat ia berbicara dengan Tuhan, tempat merenungkan firman-Nya, dan memelihara kehidupan rohaninya. Dalam situasi seperti itu ia mamapu bermeditasi, menyentuh sumber iamannya dan menguatkan inti jiwanya.
Meskipun kengerian ada di sekitarnya, ia mampu menemukan pengungsian di sebuah dunia yang makin bersahabat. Ia mamapu mengagungkan Nama-Nya dalam kesesakan dan ketakberdayaan dan keputusasaan. Bahkan dalam pengungsiannya (sebuah kamar mandi sempit di rumah seorang pendeta Hutu yang baik), Imaculee bias belajar bahasa yang baru baginya: bahasa Inggris. Ia menguasai bahasa setempat dan bahasa Prancis. Ia berpikir bahasa Inggris adalah alat yang akan membuat dia bias keluar dari situasi ini. Bahasa yang akan membawa dia pada kehidupannya di dunia baru.
Masa kebebasan yang didambakan Imaculee dan teman-temannya dating dari para tentara Prancis yang bersedia menjadi para pelindung para Tutsi yang selamat. Akhirnya Imaculee Ilibagiza dan para perempuan lain keluar dari lubang persembunyiannya menuju kamp pertahanan tentara Prancis.
Dalam akhir perjuangannya, Imaculee mendapatkan kebahagiaannya. Tuhan memberikan mahkota atas imannya dan kesetiannya serta keberaniannya untuk mengampuni. Kepadanya Tuhan memberikan seorang suami yang dari perkawinan mereka Tuhan menganugrahinya dengan dua orang anak yang manis-manis.
Sekarang ia bekerja untuk PBB di New York City. Ia mendirikan Ilibagiza Foundation yaitu yayasan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Yayasan ini berkarya untuk membantu menyembuhkan orang-orang dari pengalaman buruk dan pengaruh genozide dan peperangan.
Ch. Enung Martina : Untuk semua orang yang selalu berusaha untuk belajar dari pengalaman pahit dan penderitaan.
Sabtu, 26 September 2009
PUSI SEORANG AYAH
DOA SEORANG PRAJURIT BAGI PUTRANYA
by Douglas Mac Arthur (ditulis pada masa-masa sulit di awal Perang Pasific)
Tuhanku,
Bantulah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari
manakala ia lemah
dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri
manakala ia takut
Manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan,
rendah hati dan jujur dalam kemenangan
Bentuklah putraku menjadi seorang yang kuat dan
mengerti bahwa mengetahui dan mengenal diri sendiri
adalah dasar dari segala ilmu yang benar
Tuhanku,
janganlah purtaku kau bimbing pada jalan yang mudah dan lunak
biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang
dan desak kesulitan tantangan hidup.
Bimbinglah putraku,
supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai,
serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh.
Bentuklah putraku
menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit.
Seorang manusia yang mampu memimpin dirinya sendiri
sebelum bermaksud memimpin orang lain.
Seorang manusia yang meraih ke hari depan
tapi tak melupakan masa lamapau.
Dan setelah segala menjadi miliknya
semoga putraku memiliki hati yang ringan
untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh
namun jangan sekali-kali berlebihan
berikan kepadanya kerendahan hati,
kesederhanaan dan keagungan hakiki,
pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan
dari kekuatan yang sebenarnya
sehingga aku, orang tuanya berani berkata:
"hidupku tidaklah sia-sia."
(Puisi ini kukutip untuk kedua belahan jiwaku: Metta dan Aga)
by Douglas Mac Arthur (ditulis pada masa-masa sulit di awal Perang Pasific)
Tuhanku,
Bantulah putraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari
manakala ia lemah
dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri
manakala ia takut
Manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan,
rendah hati dan jujur dalam kemenangan
Bentuklah putraku menjadi seorang yang kuat dan
mengerti bahwa mengetahui dan mengenal diri sendiri
adalah dasar dari segala ilmu yang benar
Tuhanku,
janganlah purtaku kau bimbing pada jalan yang mudah dan lunak
biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang
dan desak kesulitan tantangan hidup.
Bimbinglah putraku,
supaya dia mampu tegak berdiri di tengah badai,
serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh.
Bentuklah putraku
menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit.
Seorang manusia yang mampu memimpin dirinya sendiri
sebelum bermaksud memimpin orang lain.
Seorang manusia yang meraih ke hari depan
tapi tak melupakan masa lamapau.
Dan setelah segala menjadi miliknya
semoga putraku memiliki hati yang ringan
untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh
namun jangan sekali-kali berlebihan
berikan kepadanya kerendahan hati,
kesederhanaan dan keagungan hakiki,
pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan
dari kekuatan yang sebenarnya
sehingga aku, orang tuanya berani berkata:
"hidupku tidaklah sia-sia."
(Puisi ini kukutip untuk kedua belahan jiwaku: Metta dan Aga)
Labels:
anugrah,
dasar,
hakiki,
kearifan,
lunak,
masa depan,
puisi ayah,
puisi ayah untuk putra,
puisi seorang ayah
Rabu, 23 September 2009
REFLEKSI DARI TEMAN
DI SAAT DAKU TUA
Di saat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu
Maklumilah diriku, besabarlah dalam menghadapiku
Di saat daku menumpahkan sayuran di bajuku
Di saat daku tidak lagi mengingat cara mengikat sepatu
Ingatlah saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya
Di saat daku dengan pikun mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku
Di masa kecilmu, daku harus mengulang terus sebuah cerita yang telah kuceritakan
Ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi
Di saat daku membutuhkanmu untuk memandikanku
Jangan menyalahkanku
Ingatlah di masa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi
Di saat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern
Jangan menertawakanku
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabar menjawab setiap pertanyaan mengapa yang kau ajukan
Di saat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku
Bagaimana di masa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan
Di saat daku melupakan topik pembicaraan kita
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya
Sebenarnya topik pembicaraan bukanlah hal yang pentinng bagiku
Asalkan engkau berada di sampingku untuk mendengarkanku, daku bahagia
Di saat engkau meliat diriku menua, janganlah bersedih
Maklumilah diriku, dukunglah daku bagaikan yang kulakukan di saat engkau belajar tentang kehidupan.
(Refleksi ditulis oleh temanku satu perjuangan dalam KEP 7: Ibu Evodia Iswandi. Semoga Tuhan memberkati Ibu Evodia dan keluarga.)
Di saat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu
Maklumilah diriku, besabarlah dalam menghadapiku
Di saat daku menumpahkan sayuran di bajuku
Di saat daku tidak lagi mengingat cara mengikat sepatu
Ingatlah saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya
Di saat daku dengan pikun mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku
Di masa kecilmu, daku harus mengulang terus sebuah cerita yang telah kuceritakan
Ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi
Di saat daku membutuhkanmu untuk memandikanku
Jangan menyalahkanku
Ingatlah di masa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi
Di saat daku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern
Jangan menertawakanku
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabar menjawab setiap pertanyaan mengapa yang kau ajukan
Di saat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku
Bagaimana di masa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan
Di saat daku melupakan topik pembicaraan kita
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya
Sebenarnya topik pembicaraan bukanlah hal yang pentinng bagiku
Asalkan engkau berada di sampingku untuk mendengarkanku, daku bahagia
Di saat engkau meliat diriku menua, janganlah bersedih
Maklumilah diriku, dukunglah daku bagaikan yang kulakukan di saat engkau belajar tentang kehidupan.
(Refleksi ditulis oleh temanku satu perjuangan dalam KEP 7: Ibu Evodia Iswandi. Semoga Tuhan memberkati Ibu Evodia dan keluarga.)
Labels:
lansia,
puisi lansia,
refleksi,
refleksi orang tua,
saat tua
Selasa, 22 September 2009
DIBALIK NOVEL THE SECRET CARDINAL
KISAH NYATA KARDINAL KUNG PIN MEI
Kardinal Yin Daoming dalam novel THE SECRET CARDINAL sebetulnya mendekati gambaran dari seorang uskup Shianghai yang juga dipenjarakan di China. Novel ini memang mengambil kisah nyata itu dan kemudian diracik menajdi sebauh cerita yang memikat. Mari kita lihat persamaannya.
Kardinal Kung Pin Mei adalah Uskup Shanghai, dan Administrator Apostolik di Souchou dan Nanking sejak tahun 1950, yaitu jabatan yang dipegangnya sampai wafatnya. Dia ditahbiskan sebagai imam hampir 70 tahun yang lalu pada tanggal 28 Mei 1930, dan dikonsekrasikan sebagai Uskup 50 tahun yang lalu . Beliau adalah Uskup Shanghai pertama dari etnis local. Beliau ditahbiskan pada hari perayaan Santa Maria dari Rosario tanggal 7 Oktober 1949, setelah pasukan komunis telah menguasai daratan Cina.
Kardinal Kung diangkat sebagai Kardinal oleh Sri Paus Yohanes Paulus II secara "in pectore" (dalam hati Sri Paus, tanpa pengumuman kepada seorangpun termasuk Kardinal Kung sendiri) 20 tahun yang lalu pada tahun 1979 pada usia 78 tahun ketika sang Kardinal sedang menjalani hukuman seumur hidup dalam sel isolasi di Cina. Setelah selama 12 tahun berada dalam benak pikiran Sri Paus, Kardinal Kung akhirnya diproklamasikan sebagai seorang Kardinal kepada dunia pada tanggal 28 Juni 1991 oleh Sri Paus. Pada waktu ia meninggal, Kardinal Kung adalah yang tertua diantara para Kardinal.
Kisah tentang Kardinal Kung adalah kisah tentang seorang gembala iman yang setia dan seorang pahlawan. Kardinal Kung menolak untuk menyangkal Tuhan dan menyangkal Gereja Katolik meskipun sebagai konsekuensinya ia dihukum penjara seumur hidup oleh pemerintahan komunis Cina.
Berbulan-bulan sebelum penangkapannya pada tahun 1955, Uskup Kung bersikeras untuk tetap berada bersama-sama para imam dan ditengah-tengah umatnya meskipun berulang-kali beliau ditawarkan untuk keluar dari daratan Cina secara diam-diam. Dia adalah seorang pemimpin yang membawa inspirasi bagi berjuta-juta penduduk Cina untuk mengikuti teladan kesetiaannya terhadap iman dan Gereja Katolik.
Dia adalah orang yang memelihara eksistensi Gereja Katolik di negara komunis selama 50 tahun. Dia adalah orang yang menjadi simbol bagi para pemimpin rakyat di seluruh dunia yang berjuang bagi kebebasan beragama. Tiada kisah penindasan agama atau pelanggaran hak-hak azasi di Cina yang tidak menyinggung sedikitnya beberapa kata yang menyangkut Kardinal Kung.
Uskup Kung telah menjabat sebagai Uskup Shanghai dan Administrator Apostolik bagi dua keuskupan lainnya hanya selama lima tahun saja sebelum dia ditangkap oleh pemerintah Cina. Dalam waktu lima tahun saja Uskup Kung telah menjadi musuh yang paling ditakuti oleh komunis Cina. Dialah yang menjadi pusat perhatian dan devosi dari segenap umat Katolik di daratan Cina yang pada waktu itu jumlahnya sekitar 3 juta jiwa. Dia sangat dihormati oleh rekan-rekan sesama Uskup di Cina, dan dia telah memberi inspirasi bagi ribuan umat untuk memberikan nyawanya kepada Tuhan. Dalam menentang Asosiasi Katolik Patriotik Cina, sempalan gereja Katolik yang didirikan oleh pemerintahan komunis, Uskup Kung secara pribadi membimbing Legio Maria, suatu kerasulan awam Katolik yang didedikasikan bagi Santa Perawan Maria. Sebagai hasilnya, banyak anggota-anggota Legio Maria yang berani terancam resiko ditangkap demi nama Tuhan, demi Gereja Katolik dan demi Uskup Kung. Ratusan anggota-anggota Legio Maria, termasuk banyak mahasiswa-mahasiswi, yang ditangkap dan dihukum kerja paksa selama 10, 15, dan 20 tahun.
Ditengah-tengah penindasan tersebut, Uskup Kung mendeklarasikan tahun 1952 sebagai Tahun Maria di Shanghai. Selama tahun itu, diadakan pengucapan doa Rosario selama 24-jam secara terus-menerus di hadapan sebuah patung Santa Maria dari Fatima, yang mana patung tersebut dibawa berkeliling dari satu paroki ke paroki lainnya di Shanghai. Patung Maria yang kudus tersebut akhirnya tiba di Gereja Katolik Kristus Raja. Di sana penangkapan besar-besaran terhadap para imam baru saja terjadi. Uskup Kung mengunjungi gereja tersebut dan memimpin doa Rosario secara pribadi sementara ratusan polisi bersenjata lengkap berdiri menyaksikan. Pada akhir doa Rosario, sambil memimpin umat, Uskup Kung berdoa: "Santa Maria, kami tidak meminta suatu mukjijat kepadamu. Kami tidak meminta engkau supaya menghentikan penindasan. Tetapi kami memohon engkau untuk mendukung kami yang sangat lemah ini."
Menyadari bahwa dia dan para imamnya akan segera ditangkap, Uskup Kung membina ratusan katekis (guru agama) untuk meneruskan iman Katolik di keuskupan bagi generasi di masa depan.
Usaha-usaha yang gagah berani dari para katekis ini, kemartiran mereka dan juga para umat, dan kaum religius Katolik membawa andil yang besar bagi pertumbuhan yang kuat dari Gereja Katolik bawah tanah di Cina sekarang ini. Uskup Kung yang menempati tempat khusus dalam hati para umatnya, disarikan dengan tepat dalam ucapan yang dikeluarkan oleh sejumlah mudika di Shanghai pada tahun 1953 pada saat jambore mudika tahunan: "Uskup Kung, dalam kegelapan, engkau telah menerangi jalan kami. Engkau membimbing kami dalam perjalanan kami yang penuh marabahaya. Engkau menopang iman kami dan tradisi-tradisi Gereja. Engkau adalah pondasi batu karang atas Gereja di Shanghai."
Pada tanggal 8 September 1955, media berita di seluruh dunia melaporkan berita yang mengejutkan tentang penangkapan Uskup Kung bersama lebih dari 200 imam dan para pemimpin Gereja lainnya di Shanghai. Berbulan-bulan setelah penangkapannya, dia dibawa ke hadapan orang banyak dalam acara pertemuan yang disponsori oleh pemerintah yang diadakan di dalam stadium pacuan anjing di Shanghai. Beribu-ribu orang diperintahkan untuk menghadiri dan mendengar pengakuan Uskup Kung atas "kejahatan-kejahatannya". Dengan kedua tangannya terikat di belakang dan mengenakan piyama khas Cina, bapa Uskup yang tingginya hanya 150cm didorong kedepan ke hadapan corong mikrofon untuk mengaku "dosa-dosanya." Para polisi khusus yang menjaganya tercengang-cengang ketika mereka mendengar sang Uskup berteriak dengan keras: "Terpujilah Kristus Raja, Terpujilah Sri Paus". Untuk itu para hadirinpun segera membalas berteriak: "Terpujilah Kristus Raja, Terpujilah Uskup Kung." Uskup Kung segera diseret masuk ke sebuah mobil polisi dan menghilang dari pandangan dunia sampai ia diadili pada tahun 1960. Uskup Kung dihukum penjara seumur hidup.
Pada malam sebelum dia dibawa menghadap ke pengadilan, Jaksa Penuntut kembali membujuk agar Uskup Kung bersedia menerima tawaran pemerintah untuk memimpin gereja yang independen dan untuk mendirikan Asosiasi Patriotik Cina. Dia menjawab: "Saya adalah seorang Uskup Katolik Roma. Jika saya menyangkal Sri Paus, bukan hanya saya bukan lagi seorang Uskup, saya bahkan bukan lagi seorang Katolik. Kalian bisa memotong kepala saya, tetapi kalian tidak bisa memisahkan saya dari tugas kewajiban saya."
Uskup Kung menghilang di balik penjara selama tiga puluh tahun. Selama tiga puluh tahun tersebut dia menghabiskan banyak waktu-waktu panjang dalam sel isolasi. Permintaan yang bertubi-tubi dari kelompok hak azasi dan religius internasional dan pemimpin-pemimpin negara untuk mengunjungi Uskup Kung selalu ditolak oleh pemerintah komunis. Dia tidak pernah diperbolehkan untuk menerima pengunjung, bahkan termasuk para anggota keluarganya, surat-surat, maupun uang untuk membeli barang-barang kebutuhan mendasar yang diperbolehkan bagi para tahanan lainnya.
Usaha-usaha bagi pelepasan dirinya oleh keluarganya yang dipimpin oleh keponakannya, Joseph Kung, juga oleh organisasi-organisasi pembela hak azasi seperti Amnesti Internasional, Palang Merah, dan Pemerintah Amerika Serikat, tidak pernah berhenti. Pada tahun 1985, dia dibebaskan dari penjara untuk menjalani 10 tahun tahanan rumah dibawah pengawasan uskup-uskup dari Asosiasi Patriotik yang menghianati dia, menghianati Sri Paus dan yang mengambil alih keuskupan yang dulu dipimpinnya. Dalam suatu artikel yang muncul segera setelah dia dilepaskan dari penjara, koran New York Times melaporkan bahwa pernyataan yang tidak jelas dari kantor berita Cina menyiratkan bahwa kalangan penguasa, dan bukannya sang Uskup, yang telah melunakkan posisinya. Setelah dua setengah tahun menjalani tahanan rumah, akhirnya dia secara resmi dibebaskan. Akan tetapi, tuduhan yang dijatuhkan kepadanya sebagai kontra-revolusioner, tidak pernah dihapuskan. Pada tahun 1988, keponakannya, Joseph Kung, berangkat ke Cina dua kali dan mendapatkan ijin untuk mengawal Uskup Kung ke Amerika untuk menjalani perawatan medis.
Menjelang pembebasannya dari penjara, Uskup Kung diperbolehkan untuk mengikuti jamuan makan yang diadakan oleh pemerintah Shanghai untuk menyambut Kardinal Jaime Sin, Uskup Agung Manila, Filipina, yang sedang mengadakan kunjungan persahabatan. Ini adalah untuk pertama kalinya Uskup Kung bertemu dengan seorang Uskup dari Gereja Katolik yang universal, sejak ia ditahan di penjara. Kardinal Sin dan Uskup Kung diberi tempat duduk yang jauh berseberangan dan dipisahkan oleh lebih dari 20 anggota partai komunis. Tidak ada kesempatan bagi sang Uskup untuk berbicara secara pribadi dengan Kardinal Sin. Selama makan malam, Kardinal Sin mengajak setiap orang untuk menyanyikan sebuah lagu untuk memeriahkan acara. Ketika tiba giliran Uskup Kung untuk bernyanyi di hadapan para pejabat pemerintah Cina dan para uskup Asosiasi Patriotik, dia menatap ke arah Kardinal Sin dan menyanyikan: "Tu es Petrus et super hanc petram aedificabo Ecclesiam" (Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku), suatu nyanyian iman yang memproklamasikan otoritas tertinggi Sri Paus. Uskup Kung menyampaikan kepada Kardinal Sin bahwa selama sepanjang masa penahanannya, dia tetap setia kepada Tuhan, kepada Gereja-Nya, dan kepada Sri Paus.
Setelah jamuan makan malam, Aloysius Jin, Uskup Shanghai dari Asosiasi Patriotik Katolik Cina, menegur Kardinal Kung, "Apa yang engkau lakukan? Menunjukkan posisimu?" Kardinal Kung dengan tenang menjawab, "Tidak perlu untuk menunjukkan posisiku. Posisiku tidak pernah berubah."
Kardinal Sin dengan segera membawa pesan Kardinal Kung kepada Bapa Suci Sri Paus dan mengumumkan kepada dunia bahwa kecintaan Uskup Kung bagi Gereja dan bagi umat tidak pernah berkurang meskipun mengalami penderitaan, kesengsaraan dan isolasi yang tidak terperikan.
Mendiang Uskup Walter Curtis, Uskup dari Bridgeport, negara bagian Connecticut pada waktu itu, mengundang Uskup Kung untuk tinggal bersama dengan imam-imam yang sudah pensiun dari keuskupan Bridgeport setibanya di Amerika Serikat. Uskup Kung tetap menjadi tamu di keuskupan tersebut - yang nantinya dipimpin oleh Uskup Edward Egan - selama sembilan tahun sampai bulan Desember 1997.
Ketika Sri Paus Yohanes Paulus II mempersembahkan topi merah tanda jabatan Kardinal bagi Kardinal Kung di konsistori pada tanggal 29 Juni 1991 di Vatikan, Uskup Kung yang berusia 90 tahun pada waktu itu, berdiri dari kursi rodanya, meletakkan tongkatnya ke samping, dan berjalan menaiki anak tangga untuk berlutut di depan kaki Sri Paus. Sri Paus yang jelas tersentuh oleh peristiwa ini, mengangkat Uskup Kung untuk bangkit berdiri, memberikan topi Kardinal kepada Uskup Kung, dan berdiri dengan sabar menanti sampai Kardinal Kung kembali ke kursi rodanya, di tengah-tengah gemuruh suara 9000 undangan yang berdiri dan bertepuk tangan selama tujuh menit di dalam Balai Audiensi di Vatikan.
Selama dua belas tahun terakhir, Kardinal Kung merayakan Misa Kudus kepada umum di banyak paroki, dalam konferensi-konferensi Katolik dan di televisi. Dia memberikan wawancara dan homili di seluruh penjuru Amerika Serikat untuk menarik perhatian dunia yang bebas terhadap penindasan yang masih berlangsung terus terhadap Gereja Katolik di Cina. Dia tetap merupakan sumber inspirasi bagi 9-10 juta umat Katolik bawah tanah di Cina dan musuh yang ditakuti oleh pemerintah komunis Cina. Dalam suatu wawancara dengan Chinese Press di New York pada tanggal 12 Februari 1998, Mr. Ye Xiaowen, Direktur Biro Agama dari Cina, menyatakan: "Kung Pin Mei telah melakukan tindakan kejahatan yang serius dengan memecah belah negara dan membawa bahaya bagi warga negara." Sebulan sesudahnya pada bulan Maret 1998, pemerintah komunis menyita paspor sang Kardinal yang pada waktu itu sudah berumur 97 tahun, dan secara resmi mengucilkannya.
Kardinal Kung tidak pernah berhenti untuk mendoakan mereka yang telah memisahkan diri dan bergabung dengan Asosiasi Patriotik yang didirikan oleh pemerintah Cina. Sebelum melakukan perjalanan ke Roma untuk menghadiri Konsistori pada tahun 1991, Uskup Kung menyiarkan ucapannya melalui media radio Voice of America, mengundang para uskup Asosiasi Patriotik Cina untuk kembali ke Kota Abadi bersamanya.
Dalam majalah Mission pada tahun 1957, mendiang Uskup Fulton Sheen - seorang Uskup yang terkenal di Amerika Serikat - menulis demikian, "Di Barat ada Mindszenty, tetapi Timur punya Uskup Kung. Tuhan dimuliakan lewat para kudus-Nya."
Yang Mulia, Ignatius Kardinal Kung Pin Mei wafat pada jam 3.05 dini hari pada tanggal 12 Maret 2000 di Stamford, Connecticut, Amerika Serikat. Beliau berumur 98 tahun.
Sumber: http://www.gerejakatolik.net/artikel/kardinalkung.htm
Kardinal Yin Daoming dalam novel THE SECRET CARDINAL sebetulnya mendekati gambaran dari seorang uskup Shianghai yang juga dipenjarakan di China. Novel ini memang mengambil kisah nyata itu dan kemudian diracik menajdi sebauh cerita yang memikat. Mari kita lihat persamaannya.
Kardinal Kung Pin Mei adalah Uskup Shanghai, dan Administrator Apostolik di Souchou dan Nanking sejak tahun 1950, yaitu jabatan yang dipegangnya sampai wafatnya. Dia ditahbiskan sebagai imam hampir 70 tahun yang lalu pada tanggal 28 Mei 1930, dan dikonsekrasikan sebagai Uskup 50 tahun yang lalu . Beliau adalah Uskup Shanghai pertama dari etnis local. Beliau ditahbiskan pada hari perayaan Santa Maria dari Rosario tanggal 7 Oktober 1949, setelah pasukan komunis telah menguasai daratan Cina.
Kardinal Kung diangkat sebagai Kardinal oleh Sri Paus Yohanes Paulus II secara "in pectore" (dalam hati Sri Paus, tanpa pengumuman kepada seorangpun termasuk Kardinal Kung sendiri) 20 tahun yang lalu pada tahun 1979 pada usia 78 tahun ketika sang Kardinal sedang menjalani hukuman seumur hidup dalam sel isolasi di Cina. Setelah selama 12 tahun berada dalam benak pikiran Sri Paus, Kardinal Kung akhirnya diproklamasikan sebagai seorang Kardinal kepada dunia pada tanggal 28 Juni 1991 oleh Sri Paus. Pada waktu ia meninggal, Kardinal Kung adalah yang tertua diantara para Kardinal.
Kisah tentang Kardinal Kung adalah kisah tentang seorang gembala iman yang setia dan seorang pahlawan. Kardinal Kung menolak untuk menyangkal Tuhan dan menyangkal Gereja Katolik meskipun sebagai konsekuensinya ia dihukum penjara seumur hidup oleh pemerintahan komunis Cina.
Berbulan-bulan sebelum penangkapannya pada tahun 1955, Uskup Kung bersikeras untuk tetap berada bersama-sama para imam dan ditengah-tengah umatnya meskipun berulang-kali beliau ditawarkan untuk keluar dari daratan Cina secara diam-diam. Dia adalah seorang pemimpin yang membawa inspirasi bagi berjuta-juta penduduk Cina untuk mengikuti teladan kesetiaannya terhadap iman dan Gereja Katolik.
Dia adalah orang yang memelihara eksistensi Gereja Katolik di negara komunis selama 50 tahun. Dia adalah orang yang menjadi simbol bagi para pemimpin rakyat di seluruh dunia yang berjuang bagi kebebasan beragama. Tiada kisah penindasan agama atau pelanggaran hak-hak azasi di Cina yang tidak menyinggung sedikitnya beberapa kata yang menyangkut Kardinal Kung.
Uskup Kung telah menjabat sebagai Uskup Shanghai dan Administrator Apostolik bagi dua keuskupan lainnya hanya selama lima tahun saja sebelum dia ditangkap oleh pemerintah Cina. Dalam waktu lima tahun saja Uskup Kung telah menjadi musuh yang paling ditakuti oleh komunis Cina. Dialah yang menjadi pusat perhatian dan devosi dari segenap umat Katolik di daratan Cina yang pada waktu itu jumlahnya sekitar 3 juta jiwa. Dia sangat dihormati oleh rekan-rekan sesama Uskup di Cina, dan dia telah memberi inspirasi bagi ribuan umat untuk memberikan nyawanya kepada Tuhan. Dalam menentang Asosiasi Katolik Patriotik Cina, sempalan gereja Katolik yang didirikan oleh pemerintahan komunis, Uskup Kung secara pribadi membimbing Legio Maria, suatu kerasulan awam Katolik yang didedikasikan bagi Santa Perawan Maria. Sebagai hasilnya, banyak anggota-anggota Legio Maria yang berani terancam resiko ditangkap demi nama Tuhan, demi Gereja Katolik dan demi Uskup Kung. Ratusan anggota-anggota Legio Maria, termasuk banyak mahasiswa-mahasiswi, yang ditangkap dan dihukum kerja paksa selama 10, 15, dan 20 tahun.
Ditengah-tengah penindasan tersebut, Uskup Kung mendeklarasikan tahun 1952 sebagai Tahun Maria di Shanghai. Selama tahun itu, diadakan pengucapan doa Rosario selama 24-jam secara terus-menerus di hadapan sebuah patung Santa Maria dari Fatima, yang mana patung tersebut dibawa berkeliling dari satu paroki ke paroki lainnya di Shanghai. Patung Maria yang kudus tersebut akhirnya tiba di Gereja Katolik Kristus Raja. Di sana penangkapan besar-besaran terhadap para imam baru saja terjadi. Uskup Kung mengunjungi gereja tersebut dan memimpin doa Rosario secara pribadi sementara ratusan polisi bersenjata lengkap berdiri menyaksikan. Pada akhir doa Rosario, sambil memimpin umat, Uskup Kung berdoa: "Santa Maria, kami tidak meminta suatu mukjijat kepadamu. Kami tidak meminta engkau supaya menghentikan penindasan. Tetapi kami memohon engkau untuk mendukung kami yang sangat lemah ini."
Menyadari bahwa dia dan para imamnya akan segera ditangkap, Uskup Kung membina ratusan katekis (guru agama) untuk meneruskan iman Katolik di keuskupan bagi generasi di masa depan.
Usaha-usaha yang gagah berani dari para katekis ini, kemartiran mereka dan juga para umat, dan kaum religius Katolik membawa andil yang besar bagi pertumbuhan yang kuat dari Gereja Katolik bawah tanah di Cina sekarang ini. Uskup Kung yang menempati tempat khusus dalam hati para umatnya, disarikan dengan tepat dalam ucapan yang dikeluarkan oleh sejumlah mudika di Shanghai pada tahun 1953 pada saat jambore mudika tahunan: "Uskup Kung, dalam kegelapan, engkau telah menerangi jalan kami. Engkau membimbing kami dalam perjalanan kami yang penuh marabahaya. Engkau menopang iman kami dan tradisi-tradisi Gereja. Engkau adalah pondasi batu karang atas Gereja di Shanghai."
Pada tanggal 8 September 1955, media berita di seluruh dunia melaporkan berita yang mengejutkan tentang penangkapan Uskup Kung bersama lebih dari 200 imam dan para pemimpin Gereja lainnya di Shanghai. Berbulan-bulan setelah penangkapannya, dia dibawa ke hadapan orang banyak dalam acara pertemuan yang disponsori oleh pemerintah yang diadakan di dalam stadium pacuan anjing di Shanghai. Beribu-ribu orang diperintahkan untuk menghadiri dan mendengar pengakuan Uskup Kung atas "kejahatan-kejahatannya". Dengan kedua tangannya terikat di belakang dan mengenakan piyama khas Cina, bapa Uskup yang tingginya hanya 150cm didorong kedepan ke hadapan corong mikrofon untuk mengaku "dosa-dosanya." Para polisi khusus yang menjaganya tercengang-cengang ketika mereka mendengar sang Uskup berteriak dengan keras: "Terpujilah Kristus Raja, Terpujilah Sri Paus". Untuk itu para hadirinpun segera membalas berteriak: "Terpujilah Kristus Raja, Terpujilah Uskup Kung." Uskup Kung segera diseret masuk ke sebuah mobil polisi dan menghilang dari pandangan dunia sampai ia diadili pada tahun 1960. Uskup Kung dihukum penjara seumur hidup.
Pada malam sebelum dia dibawa menghadap ke pengadilan, Jaksa Penuntut kembali membujuk agar Uskup Kung bersedia menerima tawaran pemerintah untuk memimpin gereja yang independen dan untuk mendirikan Asosiasi Patriotik Cina. Dia menjawab: "Saya adalah seorang Uskup Katolik Roma. Jika saya menyangkal Sri Paus, bukan hanya saya bukan lagi seorang Uskup, saya bahkan bukan lagi seorang Katolik. Kalian bisa memotong kepala saya, tetapi kalian tidak bisa memisahkan saya dari tugas kewajiban saya."
Uskup Kung menghilang di balik penjara selama tiga puluh tahun. Selama tiga puluh tahun tersebut dia menghabiskan banyak waktu-waktu panjang dalam sel isolasi. Permintaan yang bertubi-tubi dari kelompok hak azasi dan religius internasional dan pemimpin-pemimpin negara untuk mengunjungi Uskup Kung selalu ditolak oleh pemerintah komunis. Dia tidak pernah diperbolehkan untuk menerima pengunjung, bahkan termasuk para anggota keluarganya, surat-surat, maupun uang untuk membeli barang-barang kebutuhan mendasar yang diperbolehkan bagi para tahanan lainnya.
Usaha-usaha bagi pelepasan dirinya oleh keluarganya yang dipimpin oleh keponakannya, Joseph Kung, juga oleh organisasi-organisasi pembela hak azasi seperti Amnesti Internasional, Palang Merah, dan Pemerintah Amerika Serikat, tidak pernah berhenti. Pada tahun 1985, dia dibebaskan dari penjara untuk menjalani 10 tahun tahanan rumah dibawah pengawasan uskup-uskup dari Asosiasi Patriotik yang menghianati dia, menghianati Sri Paus dan yang mengambil alih keuskupan yang dulu dipimpinnya. Dalam suatu artikel yang muncul segera setelah dia dilepaskan dari penjara, koran New York Times melaporkan bahwa pernyataan yang tidak jelas dari kantor berita Cina menyiratkan bahwa kalangan penguasa, dan bukannya sang Uskup, yang telah melunakkan posisinya. Setelah dua setengah tahun menjalani tahanan rumah, akhirnya dia secara resmi dibebaskan. Akan tetapi, tuduhan yang dijatuhkan kepadanya sebagai kontra-revolusioner, tidak pernah dihapuskan. Pada tahun 1988, keponakannya, Joseph Kung, berangkat ke Cina dua kali dan mendapatkan ijin untuk mengawal Uskup Kung ke Amerika untuk menjalani perawatan medis.
Menjelang pembebasannya dari penjara, Uskup Kung diperbolehkan untuk mengikuti jamuan makan yang diadakan oleh pemerintah Shanghai untuk menyambut Kardinal Jaime Sin, Uskup Agung Manila, Filipina, yang sedang mengadakan kunjungan persahabatan. Ini adalah untuk pertama kalinya Uskup Kung bertemu dengan seorang Uskup dari Gereja Katolik yang universal, sejak ia ditahan di penjara. Kardinal Sin dan Uskup Kung diberi tempat duduk yang jauh berseberangan dan dipisahkan oleh lebih dari 20 anggota partai komunis. Tidak ada kesempatan bagi sang Uskup untuk berbicara secara pribadi dengan Kardinal Sin. Selama makan malam, Kardinal Sin mengajak setiap orang untuk menyanyikan sebuah lagu untuk memeriahkan acara. Ketika tiba giliran Uskup Kung untuk bernyanyi di hadapan para pejabat pemerintah Cina dan para uskup Asosiasi Patriotik, dia menatap ke arah Kardinal Sin dan menyanyikan: "Tu es Petrus et super hanc petram aedificabo Ecclesiam" (Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku), suatu nyanyian iman yang memproklamasikan otoritas tertinggi Sri Paus. Uskup Kung menyampaikan kepada Kardinal Sin bahwa selama sepanjang masa penahanannya, dia tetap setia kepada Tuhan, kepada Gereja-Nya, dan kepada Sri Paus.
Setelah jamuan makan malam, Aloysius Jin, Uskup Shanghai dari Asosiasi Patriotik Katolik Cina, menegur Kardinal Kung, "Apa yang engkau lakukan? Menunjukkan posisimu?" Kardinal Kung dengan tenang menjawab, "Tidak perlu untuk menunjukkan posisiku. Posisiku tidak pernah berubah."
Kardinal Sin dengan segera membawa pesan Kardinal Kung kepada Bapa Suci Sri Paus dan mengumumkan kepada dunia bahwa kecintaan Uskup Kung bagi Gereja dan bagi umat tidak pernah berkurang meskipun mengalami penderitaan, kesengsaraan dan isolasi yang tidak terperikan.
Mendiang Uskup Walter Curtis, Uskup dari Bridgeport, negara bagian Connecticut pada waktu itu, mengundang Uskup Kung untuk tinggal bersama dengan imam-imam yang sudah pensiun dari keuskupan Bridgeport setibanya di Amerika Serikat. Uskup Kung tetap menjadi tamu di keuskupan tersebut - yang nantinya dipimpin oleh Uskup Edward Egan - selama sembilan tahun sampai bulan Desember 1997.
Ketika Sri Paus Yohanes Paulus II mempersembahkan topi merah tanda jabatan Kardinal bagi Kardinal Kung di konsistori pada tanggal 29 Juni 1991 di Vatikan, Uskup Kung yang berusia 90 tahun pada waktu itu, berdiri dari kursi rodanya, meletakkan tongkatnya ke samping, dan berjalan menaiki anak tangga untuk berlutut di depan kaki Sri Paus. Sri Paus yang jelas tersentuh oleh peristiwa ini, mengangkat Uskup Kung untuk bangkit berdiri, memberikan topi Kardinal kepada Uskup Kung, dan berdiri dengan sabar menanti sampai Kardinal Kung kembali ke kursi rodanya, di tengah-tengah gemuruh suara 9000 undangan yang berdiri dan bertepuk tangan selama tujuh menit di dalam Balai Audiensi di Vatikan.
Selama dua belas tahun terakhir, Kardinal Kung merayakan Misa Kudus kepada umum di banyak paroki, dalam konferensi-konferensi Katolik dan di televisi. Dia memberikan wawancara dan homili di seluruh penjuru Amerika Serikat untuk menarik perhatian dunia yang bebas terhadap penindasan yang masih berlangsung terus terhadap Gereja Katolik di Cina. Dia tetap merupakan sumber inspirasi bagi 9-10 juta umat Katolik bawah tanah di Cina dan musuh yang ditakuti oleh pemerintah komunis Cina. Dalam suatu wawancara dengan Chinese Press di New York pada tanggal 12 Februari 1998, Mr. Ye Xiaowen, Direktur Biro Agama dari Cina, menyatakan: "Kung Pin Mei telah melakukan tindakan kejahatan yang serius dengan memecah belah negara dan membawa bahaya bagi warga negara." Sebulan sesudahnya pada bulan Maret 1998, pemerintah komunis menyita paspor sang Kardinal yang pada waktu itu sudah berumur 97 tahun, dan secara resmi mengucilkannya.
Kardinal Kung tidak pernah berhenti untuk mendoakan mereka yang telah memisahkan diri dan bergabung dengan Asosiasi Patriotik yang didirikan oleh pemerintah Cina. Sebelum melakukan perjalanan ke Roma untuk menghadiri Konsistori pada tahun 1991, Uskup Kung menyiarkan ucapannya melalui media radio Voice of America, mengundang para uskup Asosiasi Patriotik Cina untuk kembali ke Kota Abadi bersamanya.
Dalam majalah Mission pada tahun 1957, mendiang Uskup Fulton Sheen - seorang Uskup yang terkenal di Amerika Serikat - menulis demikian, "Di Barat ada Mindszenty, tetapi Timur punya Uskup Kung. Tuhan dimuliakan lewat para kudus-Nya."
Yang Mulia, Ignatius Kardinal Kung Pin Mei wafat pada jam 3.05 dini hari pada tanggal 12 Maret 2000 di Stamford, Connecticut, Amerika Serikat. Beliau berumur 98 tahun.
Sumber: http://www.gerejakatolik.net/artikel/kardinalkung.htm
Senin, 21 September 2009
TANGGAPAN BUKU THE SECRET CARDINAL
THE SECRET CARDINAL (novel karya: Tom Grage)
Yin Daoming uskup Shanghai meringkuk di penjara Chifeng selama 30 tahun. Pengadilan China menajtuhkan hukuman mati kepada Yin atas tuduhan kejahatan melawan negara. Eksekusi belum dilaksanakan karena beberapa alasan berkaitan dengan alasan politik. Para penguasa China mengenal Yin sebagai seseorang yang mempunyai pengikut dalam jumlah besar dan iman yang mendalam.
Karena itulah Yin ditempatkan di laogai gulag (tempat pengucilan para tahanan politik). Para penguasa China berharap agar uskup Shianghai ini mati sebelum ia terhubung dengan Vatikan.
Bagaimana keteguhan Yin Daoming Nampak dalam dialog di bawah ini:
“Apakah benar orang yang kamu sembah sebagai Tuhan itu menanggap dirinya seorang gemnala dan pengikutnya adalah doma-dombanya yang harus dipimpinnya?”
“ya”
“jadi dalam hal ini Ia sangat serupa dena Mao Zedong?”
“Yesus Kristus adalah gembala ang baik, dan ia mau menyerahkan nyawanya bagi kawanannya. Tidak sama dengan Mao.”
“Mungkin. Tapi China sudah berkembang sejak kamu dimasukkan ke dalam penjara. Malam ini kamu punya kesempatan untuk keluar dari gedung ini sebagai orang merdeka dan uskup Shanghai.”
“Dan apa harga yang harus saya bayar untuk kebebasan yang Anda berikan?” Tanya Yin datar.
Ternyata harga yang harus diberikan Yin adalah menyangkal imannya dan menyangkal tahta suci Vatikan. Yin harus mengumumkan penyangkalannya di depan ratusan pengikutnya yamg berada di gedung teater. Mereka sedang menantikan Yin, gembala mereka.
Pilihan Yin tak tergoyahkan, tetap pada imannya. Gedung teater itu berubah gelap ketika tentara mendorong Yin keluar dari gedung teater melalui pintu belakang. Tentara itu mengunci pintumya. Tak berapa lama kemudian gedung itu terbakar, tepatnya dibakar lengkap dengan ratusan umat Yin yang ada di dalamnya.
Dari dalam api yang ganas menyala suara nyanyian bertambah keras. Yin measa sangat kecil dengan kesaksian iman mereka. Ia ikut menimpali suara mereka dengan nyanyiannya.
Kisah tragis pembakaran gedung teater itu rupanya bocor sampai ke luar China dan akhirnya sampai ke Vatikan. Paus Leo XIV sangat prihatin dengan nasib umatnya di China. Secara diam-diam (dalam hati) Paus mengangkat Yin Daoming sebagai kardinal. Tak seorang pun mengetahuinya sampai pada hari ketika beliau mengatakannya pada seorang kepercayaannya. Paus menghendaki kebebasan Kardinal Yin dari penjara.
Nolan Kilkeny, seorang katolik yang tidak terlalu taat, seorang agen lepas CIA, seorang lulusan terbaik dari angkatan laut, ia yang mengemban tugas membebaskan Yin dari Chifeng yang dijaga dengan sangat ketat.
Sementara itu di Vatikan, paus mangkat karena usia dan juga penyakitnya. Tahta Suci kosong. Ini berarti konklaf (pemilihan paus baru) harus segera dilaksanakan. Itu juga berarti Kardinal Yin harus segera berada di Vatikan karena ia mempunyai hak pilih dan juga bisa dipilih.
Situasi bertambah runyam ketika diketahui bahwa isi pembicaraan konklaf ang sangat rahasia itu bisa bocor keluar. Itu berarti salah satu kardinal ada yang berkhianat.
Bagaimana cerita selanjutnya? Untuk cerita selengkapnya silakan baca sendiri novelnya.
Ketegangan dan lika-liku penyelamatan Yin dari penjara Chifeng dituturkan dengan begitu memikat. Ritual gereja Katolik tentang konklaf dan keindahan basilica St. Petrus dengan segala keagungannya muncul sebagai sebuah latar yang memukau dalam cerita tersebut. Meski awalnya novel ini dirasa akan membawa pada bacaan rohani, namum akhirnya genre novel ini menjadi novel spionase ala amerika. Namun, itu semua tak mengurangi daya tarik novel ini.
Sebagai novel spionase The Secret Cardinal baik untuk kita baca. Kita diajak untuk mengetahui tentang salah satu kekayaan yang ada pada gereja Katolik yaitu konklaf.
Setelah memabca buku ini, pada diriku muncul keinginan untuk melihat dari dekat salah satu kekayaan gereja Katolik dan karya agung para seniman besar dunia yang ada di Vatikan. Rasanya aku ingin sekali berada di basilica St. Petrus untuk mengangumi ornament, arsitektur juga lukisan2 serta penataannya. Akankah aku bisa sampai ke sana?
Yin Daoming uskup Shanghai meringkuk di penjara Chifeng selama 30 tahun. Pengadilan China menajtuhkan hukuman mati kepada Yin atas tuduhan kejahatan melawan negara. Eksekusi belum dilaksanakan karena beberapa alasan berkaitan dengan alasan politik. Para penguasa China mengenal Yin sebagai seseorang yang mempunyai pengikut dalam jumlah besar dan iman yang mendalam.
Karena itulah Yin ditempatkan di laogai gulag (tempat pengucilan para tahanan politik). Para penguasa China berharap agar uskup Shianghai ini mati sebelum ia terhubung dengan Vatikan.
Bagaimana keteguhan Yin Daoming Nampak dalam dialog di bawah ini:
“Apakah benar orang yang kamu sembah sebagai Tuhan itu menanggap dirinya seorang gemnala dan pengikutnya adalah doma-dombanya yang harus dipimpinnya?”
“ya”
“jadi dalam hal ini Ia sangat serupa dena Mao Zedong?”
“Yesus Kristus adalah gembala ang baik, dan ia mau menyerahkan nyawanya bagi kawanannya. Tidak sama dengan Mao.”
“Mungkin. Tapi China sudah berkembang sejak kamu dimasukkan ke dalam penjara. Malam ini kamu punya kesempatan untuk keluar dari gedung ini sebagai orang merdeka dan uskup Shanghai.”
“Dan apa harga yang harus saya bayar untuk kebebasan yang Anda berikan?” Tanya Yin datar.
Ternyata harga yang harus diberikan Yin adalah menyangkal imannya dan menyangkal tahta suci Vatikan. Yin harus mengumumkan penyangkalannya di depan ratusan pengikutnya yamg berada di gedung teater. Mereka sedang menantikan Yin, gembala mereka.
Pilihan Yin tak tergoyahkan, tetap pada imannya. Gedung teater itu berubah gelap ketika tentara mendorong Yin keluar dari gedung teater melalui pintu belakang. Tentara itu mengunci pintumya. Tak berapa lama kemudian gedung itu terbakar, tepatnya dibakar lengkap dengan ratusan umat Yin yang ada di dalamnya.
Dari dalam api yang ganas menyala suara nyanyian bertambah keras. Yin measa sangat kecil dengan kesaksian iman mereka. Ia ikut menimpali suara mereka dengan nyanyiannya.
Kisah tragis pembakaran gedung teater itu rupanya bocor sampai ke luar China dan akhirnya sampai ke Vatikan. Paus Leo XIV sangat prihatin dengan nasib umatnya di China. Secara diam-diam (dalam hati) Paus mengangkat Yin Daoming sebagai kardinal. Tak seorang pun mengetahuinya sampai pada hari ketika beliau mengatakannya pada seorang kepercayaannya. Paus menghendaki kebebasan Kardinal Yin dari penjara.
Nolan Kilkeny, seorang katolik yang tidak terlalu taat, seorang agen lepas CIA, seorang lulusan terbaik dari angkatan laut, ia yang mengemban tugas membebaskan Yin dari Chifeng yang dijaga dengan sangat ketat.
Sementara itu di Vatikan, paus mangkat karena usia dan juga penyakitnya. Tahta Suci kosong. Ini berarti konklaf (pemilihan paus baru) harus segera dilaksanakan. Itu juga berarti Kardinal Yin harus segera berada di Vatikan karena ia mempunyai hak pilih dan juga bisa dipilih.
Situasi bertambah runyam ketika diketahui bahwa isi pembicaraan konklaf ang sangat rahasia itu bisa bocor keluar. Itu berarti salah satu kardinal ada yang berkhianat.
Bagaimana cerita selanjutnya? Untuk cerita selengkapnya silakan baca sendiri novelnya.
Ketegangan dan lika-liku penyelamatan Yin dari penjara Chifeng dituturkan dengan begitu memikat. Ritual gereja Katolik tentang konklaf dan keindahan basilica St. Petrus dengan segala keagungannya muncul sebagai sebuah latar yang memukau dalam cerita tersebut. Meski awalnya novel ini dirasa akan membawa pada bacaan rohani, namum akhirnya genre novel ini menjadi novel spionase ala amerika. Namun, itu semua tak mengurangi daya tarik novel ini.
Sebagai novel spionase The Secret Cardinal baik untuk kita baca. Kita diajak untuk mengetahui tentang salah satu kekayaan yang ada pada gereja Katolik yaitu konklaf.
Setelah memabca buku ini, pada diriku muncul keinginan untuk melihat dari dekat salah satu kekayaan gereja Katolik dan karya agung para seniman besar dunia yang ada di Vatikan. Rasanya aku ingin sekali berada di basilica St. Petrus untuk mengangumi ornament, arsitektur juga lukisan2 serta penataannya. Akankah aku bisa sampai ke sana?
Langganan:
Postingan (Atom)