Senin, 08 Juli 2019

JEJAK LANGKAH 4


GUNUNG KARMEL

(pic. by Kartika)

Gunung menjadi salah satu ikon yang identik dengan perjalanan iman sejak masa Perjanjian Lama. Gunung dianggap sebagai tempat yang begitu kudus tempat Allah bersemayam (Ulangan 11: 29). Salah satu dari 6 gunung yang disebut dalam Al Kitab adalah Gunung Karmel.

Karmel (Ibrani: - KAR'MEL, arti harafiah: kebun buah-buahan-anggur) juga  masih dalam bahasa Ibrani,  nama Karmel berasal dari ‘Karem El’ artinya ‘Kebun Anggur Allah’ (Karem = Kebun Anggur, El = Allah). Gunung karmel adalah sebuah bukit dengan ketinggian 168 m (556 kaki) di atas permukaan laut.  Pegunungan Karmel adalah ekor pegunungan tengah Israel.  pegunungan ini membentang ke arah barat laut dan tanjungnya di sebelah barat laut menjorok sampai kira-kira 180 m ke Laut Tengah. Panjang seluruhnya sekitar 50 km, membentang dari Laut Tengah sampai ke Dataran Dotan yang bersebelahan dengan perbukitan Samaria.

Pegunungan Karmel lebarnya sekitar 6,5 km sampai 8 km, melandai ke arah barat daya, tetapi membentuk tebing curam di sisi timur laut setinggi 546 m. Lembah Yizreel terletak bersebelahan di timur laut. Formasi pegunungan adalah campuran antara limestone (batu gamping) dan flint (batu api). Batu  api adalah batuan endapan silikat kriptokristalin dengan permukaan licin (glassy). Disebut "batu api" karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Gunung karmel juga mempunyai banyak gua dan ditutupi oleh sejumlah batuan vulkanik. Sisi yang landai dari gunung ini ditutupi oleh banyak tumbuh-tumbuhan, termasuk ek, pinus, zaitun, dan laurel trees (sejenis daun salam).

Karmel sering dikaitkan dengan wilayah-wilayah yang subur seperti Libanon, Saron, dan Basan (Yesaya 35:2; Yeremia 50:19). Raja Uzia dalam Perjanjian Lama, yang menyukai pertanian, mempekerjakan petani dan tukang kebun anggur di Karmel (2 Tawarikh 26:10). Di karmel ditemukan sisa-sisa sejumlah tempat pemerasan anggur dan zaitun yang digali dari bukit batu.

Dalam Alkitab Perjanjian Lama, Gunung Karmel merupakan lokasi tempat Nabi Elia bertarung melawan 450 nabi Baal saat mempersembahkan kurban bakaran di altar di atas gunung Karmel untuk menentukan Allah siapa yang lebih berkuasa (1 Raja-Raja 18). Dalam Kitab Suci tercatat, Nabi Elia akhirnya berhasil menunjukkan Tuhan siapa yang lebih berkuasa. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu kemudian bersujud menyembah Allah. Kemudian Elia memerintahkan untuk menangkap seluruh nabi Baal dan menyembelihnya di Sungai Kishon yang berada di kaki gunung tersebut.

Dalam sejarah, Gunung Karmel terutama disebutkan dalam kegiatan Elia dan Elisa. Di sinilah Elia menyuruh raja Ahab mengumpulkan bangsa itu untuk menyaksikan ujian antara Baal, yang diwakili oleh 450 nabi Baal, dan Allah yang benar, Allah, yang diwakili oleh Elia (1 Raja 18:19-39).

Menurut https://id.wikipedia.org/ Beberapa kota modern terletak di pegunungan ini, termasuk Yokneam pada tebing timur, Zikhron Ya'akov pada lereng selatan, komunitas Druze, Daliyat al-Karmel dan Isfiya, pada bagian tengah tebing, dan kota-kota Nesher, Tirat Hakarmel, dan kota Haifa, pada ujung  barat laut dan kaki gunung. Nah jika sudah berada di atas bukit Karmel ini maka sempatkanlah melayangkan pandangan ke seluruh penjuru kota Haifa beserta pelabuhan dan laut Mediteranianya yang memukau. Tidak hanya keindahan bunga-bunga dan rerumputan yang bisa dinikmati di seluruh area Karmel nan elok ini, juga view yang memukau seperti gambar di bawah ini!


(pic. by Yanto)


Ketika bus kami lewati daerah sekitar karmel,  nampak dengan jelas oleh kami adalah Kota Haifa. Haifa adalah kota terbesar ketiga di Israel. Kota ini berada di bagian utara Israel, tepatnya di kaki Gunung Karmel. Gunung Karmel tidak terlalu tinggi , puncaknya hanya mencapai 546 meter di atas permukaan laut. Yang menarik adalah hamparan Laut Mediterania yang langsung membuai mata di hadapan kota yang cantik tersebut. Selain karena letak geografisnya yang memukau, ada beberapa sisi menarik lain dari Haifa: kota ini memiliki pelabuhan laut yang cukup besar, pantai-pantai yang indah.

(pic. by Kartika)


Menurut penjelsan Mr. Shadi, masyarakat Kota Haifa sangat majemuk. Selain Yahudi, Islam, dan Kristen, di Haifa, penganut Ahmadiah juga mendapat tempat yang layak di masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat Druze yang bermukim tidak jauh dari Haifa, masyarakat Druze yang memiliki kepercayaan yang dapat dikatakan pecahan dari Islam Mesir. Druze (juga dikenal sebagai Druse; bahasa Arab: darazī majemuk durūz) adalah sebuah komunitas keagamaan yang basisnya umumnya terdapat di Timur Tengah.Kelompok ini muncul dari Islam dan dipengaruhi oleh agama-agama dan filsafat-filsafat lain, termasuk filsafat Yunani (wikipedia.org). Druze ini dapat hidup berdampingan dengan baik dengan anggota masyarakat lainnya di Haifa.

(pic. by Luciana Purwi)

Selain itu, ada juga kepercayaan Bahai yang asal-usulnya dari Iran.Sejak awal tumbuhnya kepercayaan ini tidak diterima oleh umat Muslim Shia’ah di Iran (dahulu Persia). Di Haifa, kepercayaan tersebut mendapat  
tempat yang layak sehingga di Haifa-lah saat ini Pusat Bahai di dunia berada. Bahkan Bahai mempunyai tempat ibadahnya nan indah dan agung.



Bahai mulai tersebar di kota ini pada awal abad 19 oleh pendirinya, Bahaullah. Menurut kepercayaan Bahai, setiap agama memiliki utusan Tuhan masing-masing, Nabi Musa, Buddha, Nabi Isa dan Nabi Muhammad, serta Baha’u’llah adalah utusan Tuhan yang tentu saja berasal dari Tuhan yang sama. Agama-agama ini memiliki perbedaan, namun ini muncul hanya karena perbedaan budaya dan zaman saat agama-agama ini diturunkan. Selain itu pula, pada dasarnya semua agama mempunyai inti yang sama, nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, serta rasa syukur dan kesabaran merupakan landasan agama Bahai ini selain juga memaklumkan kesamaan semua ras, mengupayakan perdamaian serta persatuan semua agama.

Begitulah panorama kota, pelabuhan, laut, langit, dan juga batu, bunga-bunga, serta rerumputan sepertinya semua nampak indah dipandang mata. Puji Tuhan seru sekalian alam.  


(Ch. Enung martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar