GEREJA SANTO YOSEF
NAZARETH
Bertumbuhnya
Yesus dalam “hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia” (Luk 2:52) terjadi dalam Keluarga Kudus di bawah pengawasan Yosef,
yang mempunyai tugas penting “membesarkan” Yesus, yaitu memberinya makanan,
pakaian, serta pendidikan dalam hukum agama, dan dalam ketrampilan, sehubungan
dengan kewajibannya sebagai seorang ayah. Dalam Kurban Ekaristi, Gereja
menghormati kenangan akan Maria, Bunda Allah yang tetap Perawan selamanya, dan
kenangan akan St Yosef, ) sebab “ia (Yosef) memberi makan Dia (Yesus) yang
harus disantap umat beriman sebagai Roti Hidup yang kekal.” * catatan: Ingat kembali tentang pengajaran
Romo Hendra di G. Bapak Kami tentang Roti
Hidup.* Dari pihak-Nya, Yesus “taat kepada mereka –kedua orang tua-Nya”
(bdk Luk 2:51), membalas dengan penuh hormat kasih sayang “orangtua”-Nya.
Dengan cara ini Ia bermaksud menguduskan kewajiban keluarga dan kerja, yang Ia
lakukan di sisi Yosef, ayah asuh-Nya.
Jasa St. Yosef tentu tidak terhingga. Karena itu untuk
mengenang atas jasa dan hidupnya yang kudus, dibangunlah Gereja Santo Yosef (Saint Joseph's Carpentry). Gereja Santo
Yosef ini diyakini dibangun di lokasi rumah Keluarga Kudus, di mana Yesus kecil
bersama kedua orang tua- Nya tinggal bersama di sini. Tepatnya lokasi bengkel
Yosef, Pekerja. Lokasi Gereja ini berada di samping gereja Kabar Gembira. Di
bagian bawah gereja ini terdapat bekas rumah Keluarga Kudus. Mengunjungi Gereja
ini, kita diingatkan kembali akan peranan dan kemuliaan hati Santo Yosef.
Sebagai pelindung
dari misteri “ yang telah berabad-abad
tersembunyi dalam Allah,” yang mulai disingkapkan di hadapan matanya “dalam
kegenapan waktu,” Yosef, bersama Maria, merupakan saksi istimewa akan kelahiran
Putra Allah ke dalam dunia pada malam Natal di Betlehem. Lukas menulis, “Ketika
mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang
anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah
penginapan” (Luk 2:6-7).-
Gereja St Joseph
dibangun pada tahun 1914 di atas sisa-sisa gereja zaman Tentara Salib yang
terletak di atas gua. Penyebutan pertama situs tersebut terjadi
dalam karya seorang penulis dan orientalis Italia abad ke-17, Franciscus
Quaresmius, yang menggambarkannya sebagai "rumah dan bengkel Joseph”.
Tangga di gereja
turun ke ruang bawah tanah tempat gua-gua yang dapat dilihat melalui kisi-kisi
di lantai. Tujuh langkah berikutnya mengarah ke bak (kolam) atau lubang persegi
2 meter dengan lantai mosaik hitam-putih. Bak ini diyakini sebagai tempat pembaptisan
Kristen pra-Konstantinus, kemungkinan digunakan pada awal abad ke-1. Mosaik
lantai menggambarkan apa yang tampak sebagai tangga yang melambangkan
peningkatan spiritual dari orang yang baru bertobat menjadi Kristen. Ini
menunjukkan bahwa orang Kristen berkumpul di sini pada zaman awal (Keristen
perdana) bahkan sebelum kota itu
memiliki gereja resmi. Tampaknya rumah itu, yang telah diidentifikasi sebagai
rumah Keluarga Kudus, digunakan untuk ibadat Kristen selama era Bizantium.
Gua di bawah
gereja digunakan oleh penduduk awal pada masa Romawi sebagai tempat penyimpanan
air dan makanan di bawah rumah, yang merupakan ciri khas rumah-rumah tempat
tinggal pada zaman itu.
Tempat itu diubah
menjadi tempat ibadah pada periode Bizantium, karena tradisi mengidentifikasi
tempat itu sebagai bengkel dan rumah bagi Keluarga Kudus. Selama periode
Tentara Salib, pada abad ke-12, sebuah gereja dibangun di atas situs gereja
Bizantium. Ini Rumah St Joseph. Bangunan itu dihancurkan oleh Arab (1263)
setelah kekalahan Tentara Salib. Selama periode Ottoman, reruntuhan gereja
Tentara Salib diakuisisi oleh Fransiskan (tahun 1745), dan kapel pertama
dibangun pada 1754. Gereja baru dibangun kembali oleh para Fransiskan pada
tahun 1914 di atas gereja-gereja dan gua sebelumnya.
Di dalam gereja
yang sekarang berdiri ada beberapa jendela kaca patri yang menarik dan lukisan
yang menggambarkan pemandangan yang melibatkan Yusuf. Gereja ini memiliki tiga
lukisan penting dan berharga: Keluarga Kudus, Impian Yusuf, dan Kematian Yusuf
di Lengan Yesus dan Maria. Ada adegan pernikahan Joseph dan Mary, lukisan lain sebuah
adegan Joseph menunjukkan kepada Yesus bagaimana bekerja di pertukangan yang
dilihat Maria, dan The Dream of Joseph.
Meskipun tidak
semegah Basilika Maria Diangkat ke Surga, Gereja St. Joseph patut dikunjungi
kala berziarah ke Nazareth. Sejak dari saat Kabar Sukacita, baik Yosef maupun
Maria mendapati diri mereka, dalam arti
tertentu yaitu pada pusat misteri yang telah berabad-abad tersembunyi dalam
Allah. Misteri yang telah menjadi daging, “Sabda itu telah menjadi manusia, dan
diam di antara kita,” (Yoh 1:14). Ia tinggal di antara manusia, dalam
lingkungan Keluarga Kudus dari Nazaret, -satu dari sekian banyak keluarga di
kota kecil di Galilea, satu dari sekian
banyak keluarga di tanah Israel. Di sanalah Yesus “bertambah besar dan menjadi
kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Luk 2:40). Sungguh
tak terbayangkan oleh kita sekarang masa itu.
Injil meringkas
hanya dalam beberapa patah kata, periode panjang dari kehidupan “yang
tersembunyi”, masa di mana Yesus mempersiapkan DiriNya untuk misi mesianik-Nya.
Hanya satu episode dari “masa yang tersembunyi” ini dikisahkan dalam Injil
Lukas: Paskah di Yerusalem ketika Yesus berusia duabelas tahun. Periode panjang
kehidupan Yesus yang tak dirulis itu, tentunya bersama dengan seorang laki-laki
sederhana dan saleh. Yosef memelihara Yesus layaknya seorang ayah Yahudi yang
harus mendidik dan membesarkan anaknya.
Ada kisah yang
sungguh menyentuh tentang Santo Yosef dan Bunda Maria manakala Yesus berusia 12
tahun:
Bersama Maria dan
Yosef, Yesus ikut ambil bagian dalam perayaan sebagai seorang peziarah
muda.“Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah
Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya” (Luk 2:43). Setelah sehari
perjalanan jauhnya, orangtua-Nya menyadari ketidakhadiran-Nya dan mulai mencari
“di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.” “Sesudah tiga hari mencari, mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia
sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar
Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Luk
2:46-47).
Maria bertanya,
“Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan
cemas mencari Engkau” (Luk 2:48). Jawaban yang diberikan Yesus sedemikian rupa
hingga “mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.” Ia
mengatakan, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus
berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49-50). Yosef, yang baru saja disebut
Maria sebagai “bapa-Mu,” mendengar jawaban ini. Bagaimanapun, itulah yang
dikatakan dan dipikirkan semua orang: Yesus adalah (dianggap sebagai) Putra
Yosef” (Luk 3:23).
Namun demikian,
jawaban Yesus di Bait Allah sekali lagi membangkitkan dalam benak dia (St. Yosef) “yang dianggap bapa-Nya” apa yang
telah ia dengar pada malam itu duabelas tahun silam dari Malaikat Gabriel,
“Yosef, … janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Sejak dari saat itu, ia tahu
bahwa ia adalah pelindung dari misteri Allah, dan tepat misteri inilah yang
oleh Yesus yang berumur duabelas tahun dibangkitkan kembali dalam benaknya,
“Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku.”
Saya membaca kisah
di atas menjadi terharu sekali. Betapa Santo Yosef seorang yang sederhana dan
beriman. Dia taat pada perintah Allah. Dia menjalankan tugasnya sebagai seorang
suami dan seorang ayah bagi DIA yang menjadi putranya. Dia melakukannya dalam
keiklasan dan diam yang bermakna.
Saya sungguh
tersentuh dengan hikmat ini. Perasaan ini baru aya rasakan. Saya tahu St. Yosef.
Namun, perasaan saya sebelumnya tak sedalam ini. Itulah yang saya dapatkan di
Gereja St. Yosef Nazareth.
(Ch. Enung Martina:
Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU
yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani
yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang
mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah
melayani, kepada seluruh tour guide,
crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar