Selasa, 19 Mei 2009

FAMLY GATHERING

Ketika aku melihat kedua anakku dan para sepupunya, berarti keponakanku, aku teringat dahulu mereka masih kecil, masih ngompol, selalu pilek. Aku peluk mereka aku gendong mereka. Aku bermain bersama mereka. Kami bermain boneka yang lucu, aneka kartu, aneka puzzle, dan plastisin yang aneka warna. Keringat mereka selalu mengalir karena mereka tak pernah bisa diam. Bau mereka perpaduan antara bedak bayi dengan keringat dan bau ompol. Teruar dari tubuh mereka. Terasa segar ketika kuhirup. Kulit mereka yang selalu lengket dengan keringat terasa halus.

Sekarang lihatlah mereka! Yang satu sudah menjadi ayah muda yang penuh tanggung jawab dan siap membela anak dan istrinya. Bapa muda yang berbadan kekar dengan wajah berbinar bahagia mengendong putri kecilnya yang mungil. Si gadis cantik yang dulu langsing bak peragawati, kini sudah menjadi mama dari gadis mungil yang montok. Lapisan lemak menghiasai badan si peragawati, tapi tampaknya dia lebih cantik dengan perubahan fisiknya. Lihatlah matanya selalu berbinar kala memandang gadis kecilnya, pusat hidupnya.

Yang lain lagi seorang pemuda tampan dengan tampang yang sudah dewasa. Dulu aku berkeliling seputar rumah kami di Bandung dengan naik becak. Membeli balon dan gula-gula kapas warna merah jambu. Sekarang si tampan jenius itu sedang menyusun tesis S2-nya di universitas Indonesia.

Dan tengok pula dua gadis cantik, si kembar! Betapa cantik kalian berdua! Si kembar I penuh dengan vitalitas dan percaya diri, melangkah seolah di catwalk. Berjalan dengan dagu diangkat. Busana dengan mode mutakhir yang sangat minim membalut tubuhmu yang semlohay menampilkan seluruh kecantikanmu. Mata pria sepontan melihat ke a rahmu, tetapi kau memandang mereka seolah mereka adalah budakmu. Kau cantik, penuh percaya diri, modern, dan…menggairahkan!

Si kembar II, kamu lebih sederhana daripada kemabaranmu. Tetapi tidak mengurangi kecantikanmu. Sebentar lagi kau akan dipersunting lelaki pujaan hatimu. Kamu cantik dalam kesederhanaanmu, dan kadang agak sedikit innocent, bahkan terkesan bodoh. Tapi sungguh kau cantik alami. Itulah daya pikatmu!

Keponaka- keponakan yang lain masih berjuang dengan kuliah, masih berkutat dengan pelajaran SMA atau SMP, bahkan ada yang masih TK. Semua 3 generasi berkumpul di tempat ini. Aku sudah menjadi nenek dari anak-anak kalian. Namun, kalian tahu aku tak pernah merasa tua. Lihatlah jiwaku yang menggelora masih sama ketika kita bermain berguling-gulingan di taman atau berusaha mengejar layangan yang putus. Jiwaku masih sama. Ya… aku akui tubuhku tak selincah dulu ketika kita berlari-lari mengejar layangan putus.

Anak-anakku dan para keponakannku kalian sudah mengambil jalan dan memilih langkahmu. Kami tahu, hati tua kami, merasa miris dengan jalan hidup yang kau ambil kembar I. kamu terlalu berani, kamu mengambil jalan bebas hambatan terlalu cepat, dan kecepatanmu begitu tinggi tanpa memikirkan risiko yang akan kau hadapi nanti. Kamu terlalu cepat, Manis. Kamu begitu terbuka dan terkesan vulgar. Namun, aku merasa suatu saat tangan-Nya akan membimbingmu sampai pada suatu cara yang DIA sendiri mau dan restui. Dan aku yakin hingga detik ini cara DIA tak akan kamu bayangkan dan tak akan kamu sukai. Lihat saja, Cantikku, bila kau sudah disentuh-Nya, kau tak akan bisa menghindar. Kamu akan jatuh cinta pada DIA sampai titik nadirmu. Dan kamu tak akan bisa berpaling dari cinta-Nya yang terlalu dahsyat itu. Aku yakin 1 hari nanti kau akan merasakan apa yang aku katakana ini.

Manisku, kembar II. Sekarang kau memilih jalan iman yang berbeda dengan kedua orang tuamu, juga dengan kami keluarga besarmu. Ayahmu terkapar di RS Harapan Kita karena jantungnya bermasalah. Ayahmu, kakak iparku, masku yang aku kasihi seperti aku mencintai saudara laki-lakiku. Aku melihat dia terbaring dalam ketakberdayaan sebagai seorang ayah yang terluka. Lihatlah ia begitu mencintaimu dengan caranya sendiri, berusaha menerima apa yang terjadi. Engkau memilih lelaki pujaanmu daripada Isa Almasih yang tersalib itu. Aku bilang: itu tak apa-apa, Manis. Itu pilihanmu, itu hidupmu. Dan yang aku tahu dalam imanmu yang sekarang kaupeluk itu, Isa Almasih juga ditempatan di tempat yang terhormat, meskipun cara pandang yang berbeda. Tenang saja, sayang, Yesusku dan mungkin kini Isamu sekarang, akan tetap menjadi juru selamat dari kandang domba yang lain. Begitu DIA menjanjikan keselamatan kepada siapa pun. Itu tertulis dalam kitabku dan juga kitabmu sekarang. Meski terkadang orang menutupi kebenaran itu. Tak apa-apa karena kebenaran akan tetap menjadi kebenaran untuk kapan pun dan di mana pun.

Sebenarnya aku ikut sedih dan prihatin dengan pilihan hidup kalian berdua. Tapi aku tahu kesedihanku tak ada artinya dan tak akan mengembalikan kalian pada dua gadis kecilku yang imut dan lucu-lucu.

Hai… ke manakah tahun-tahun berlalu dan hari-hari berlari meninggalkanku yang masih termangu dengan keindahan masa lalu. Kini aku sudah menjadi perempuan setengah baya yang memandang kalian dari mata tuaku. Anak-anakku, kalian adalah hari-hari manisku dan saat-saat indahku yang pernah kureguk dan kunikmati dengan penuh syukur. Semoga di masa depan kalian harapan akan menjadi bagian dari hidup kalian. Kalian tahu bahwa kami tak bisa mewariskan apa-apa kecuali doa yang ak akan pernah berhenti aku daraskan.

Dengan segenap cinta dan sepenuh doa

Ibu kalian, tante kalian

Ch. Enung Martina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar