Jumat, 08 Mei 2009

POJOK LEMBUR SINGKUR 2

RUKUN KAMPUNG
Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya tentang sedikit gambaran tentang kampung halamanku, nun jauh di tatar sunda. Tidak terlalu jauh juga sih. Kampungku, Dusun Susuru terkenal dengan keajaibannya untuk ukuran desa di tatar Sunda. Apa ajaibnya? Di desaku ada empat kepercayaan yang hidup rukun saling menghargai dan menghormati bahkan saling membantu. Empat kepercayaan itu adalah Islam, Katolik, Protestan, dan Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan sering pula disebut AKUR (Adat Karuhun Urang) yaitu merupakan aliran kepercayaan yang berbasis pada kepercayaan lama, adat leluhur Sunda. Seperti aliran kepercayaan Kejawen.

Leluhurku sendiri kakek-nenek, buyut, dll, mereka memeluk kepercayaan tersebut. Namun, seperti yang kita ketahui pada tahun 1965-1966 pada masa orde baru naik memerintah ada peraturan untuk pemutihan, semua orang harus memeluk agama yang ditunjuk pemerintah (Islam Katolik, Protestan, Hindu, Budha). Kalau tidak memeluk salah satu agama itu bisa berabe karena bisa dianggap atheis, PKI, atau disangka orang yang bisa membahayakan Negara kesatuan RI. Jadi para pini sepuh yang memeluk kepercayaan Sunda Wiwtan itu terpaksa harus memilih salah satu agama tersebut. Kebanyakan mereka memilih agama Katolik dengan alasan ajarannya hampir sama terutama pada cinta kasih. Selain itu juga karena pemimpin mereka pada masa itu mengatakan mereka bisa ngiuhan di hanadapeun camara bodas (berteduh di bawah pohon cemara putih), ungkapan untuk agama Kristen.

Dengan demikian, warga kampungku yang aslinya dari Sunda Wiwitan itu memeluk agama Katolik. Namun, pada masa pemerintahan reformasi 1998, kembali angin segar berhembus di bumi pertiwi ini, terutama untuk para pemeluk kepercayaan, Negara memberi angin untuk kembali mengekspresikan keyakinan mereka dalam wadah berbagai aliran kepercayaan. Karena itu, kita lihat beberapa sepuh yang keturunan Tionghoa pun kembali memilih kepercayaan mereka, khonghucu. Demikian pula para sepuh dari Sunda wiwitan yang masih setia dengan keyakinan mereka akhirnya kembali pada fitrah mereka. Tapi ada juga yang tetap di agama yang sudah dipilihnya. Namun ada kelompok lain yang masih memeluk agama yang dianutnya, tetapi juga kemudian ikut kembali menghidupkan percaturan Sunda Wiwitan sebagai bentuk kecintaan mereka pada budaya leluhur.

Begitulah, akhirnya di dusunku tercinta muncul empat keyakinan seperti sekarang ini. O, ya di kampung kami sudah umum kalau Lebaran dan Natal itu dihadiri dan dimeriahkan oleh semua warga terserah itu apa kepercayaannya. Misalnya pada acara Natal di Gereja katolik, undangan yang hadir juga dari Muslim dan Sunda Wiwitan. Karena itu, kerukunan di kampung kami bisa menjadi salah satu yang bisa kami anggakan hingga sekarang ini. Akhirnya kampungku sering dijadikan desa percontohan untuk kerukunan umat beragama. Jadi biasanya ada tamu pejabat dari Ciamis, Bandung ,atau siapa lagi untuk melawat kampung kami yang letaknya di pedalaman itu. Bahkan, saat perayaan Natal, para pejabat itu pun hadir dan pesta bersama kami, mereka ikut makan bersama kami.

Itulah salah satu keunikan dari dusunku. Ajaib bukan? Di tengah hiruk pikuk kerusuhan, kekerasan, saling menjegal, dan saling mencari keuntungan pribadi dan kelompok ternyata masih ada orang-orang yang berani tampil beda untuk mempertahankan rasa persatuan dan perdamaian. Apakah ada orang yang tidak suka dengan keadaan ini? O, pasti ada. Namun, Allhamdulilah, Puji Tuhan, rupanya hal negatif itu tidak mempan pada keadaan di dusun kami. Kata para pini sepuh, kalau terjadi hal aneh pada dusun kami, maka para arwah leluhur itu akan turun untuk menyelesaikannya, begitu katanya. Ada beberapa kejadian yang mungkin orang ingin mencoba-coba menguji persatuan dusunku dengan cara yang tak usah diceritakan di sini, tapi selalu ada kisah yang berakhir dengan keajaiban. Menurut sahibul hikayat, oang yang berniat jahat itu akan merasa kehilangan jalan, tak melihat jalan, yang dilihat hanya hutan belantara atau hanya melihat air, atau melihat sesuatu yang menurut pandangan mereka bisa membuat ngacir sebelum bisa melakukan niat mereka. Apakah hal itu betul dan bisa dibuktikan? Walahu alam, hanya Tuhan yang tahu. Biarlah segala sesuatu yang bersifat misteri menjadi tetap misteri demi sebuah keindahan kisah dan kedamaian yang tercipta. Doa kita semua, khususnya aku, warga dusunku tercinta, semoga kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan tetap menjadi milik dusunku dan juga menjadi milik dusun=-dusun yang lain, dan negri kita tercinta ini. Amin, ya Amin. ( Teh Nung Martina yang cinta damai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar