PULAU TIGA / PULAU ELA
Dusun Nusa Ela telah tercatat dalam sensus kependudukan
yang merupakan salah satu Dusun yang bergabung pada Desa Ureng, Kecamatan Leihitu, Kabupaten
Maluku Tengah.
Secara umum letak geografis Dusun Nusa Ela sebelah timur
berbatasan dengan pulau Ambon, sebelah barat berbatasan dengan selat Manipa,
sebelah utara berbatasan dengan pulau Seram dan sebelah selatan berbatasan
dengan lautan bebas. Letak keberadaan Dusun Nusa Ela ini merupakan keberadaan
suatu wilayah yang terbilang sangat strategis bagi masyarakat pesisir yang
berada pada daratan Kecamatan Leihitu maupun masyarakat lainnya.
Cikal bakal terjadinya Dusun Nusa Ela sebagai salah satu
perkampungan telah dirintis oleh mereka para pendahulu pulau ini yang terdiri
satu orang, kemudian menjelma menjadi tiga orang yang berasal dari Pulau Buton
yang diutus oleh Kesultanan Kerajaan Buton dengan misi agama. Tujuannya adalah
untuk membawa serta menyebarluaskan agama Islam di Maluku dan sekitarnya yang
diperkirakan tepatnya pada akhir abad ke 17 yang silam.
Ketiga orang tersebut masing-masing menempati ketiga pulau yang
kemudian dikenal dengan nama Nusa Ela yang berarti pulau besar, Nusa Hatala
yang berarti pulau tengah, dan Nusa Lain yang berarti pulau lain. Dusun Nusa
Ela atau yang berarti pulau besar yang sekarang dihuni oleh masyarakat ini,
lebih dikenal oleh masyarakat pesisir sekitar daratan Kecamatan Leihitu dengan
sebutan sebagai Dusun Pulau Tiga. Adapun awal mula salah satu bentuk penamaan
dari ketiga pulau ini dipengaruhi oleh bahasa adat/bahasa tanah (bahasa daerah)
yang berasal dari negeri yang berada pada wilayah pesisir daratan Kecamatan
Leihitu.
Konon katanya menurut cerita masyarakat setempat, keberadan
ketiga orang tersebut yang merupakan para pendahulu ketiga pulau ini bersifat
misterius sehingga identitas ketiga orang ini pun tidak diketahui secara pasti.
Menurut cerita rakyat pada mulanya ketiga orang ini hanya terdiri
dari satu orang saja yang kemudian menjelma menjadi tiga orang, dua diantaranya
berwujud laki-laki yang mendiami pulau Nusa Ela dan pulau Nusa Lain, sedangkan
yang satunya berwujud perempuan yang kemudian mendiami Nusa Hatala.
Selanjutnya, pada akhir hayatnya, ketiga orang ini mati terbunuh yang
diakibatkan oleh perebutan kekuasaan atas ketiga pulau ini oleh orang lain yang tidak dikenal identitasnya secara jelas dan
pasti.
Cerita rakyat seperti ini sangat diyakini oleh masyarakat
setempat sebagai warisan leluhur yang diwariskan oleh para nenek moyang mereka
yakni mereka pendahulu ketiga pulau ini kepada anak cucu keturunan mereka dari
generasi ke generasi sampai sekarang, karena legenda atau cerita kuno yang
dipercayai bersifat sakral dan mistis yang mencerminkan budaya, adat-istiadat,
dan kehidupan masa lampau masyarakat Dusun Nusa Ela serta masyarakat Maluku.
Hasil penelusuran yang saya lakukan orang yang pertama kali menginjakkan kakinya
serta mendiami Dusun Nusa Ela adalah oleh seorang tokoh yang bernama Bapak La
Salebo bersama isterinya yang bernama Ibunda Ratna yang nama akrabnya di sapa
oleh masyarakat setempat dengan nama Ibu Kaminta. Bapak La Salebo berasal dari
Pulau Buton serta bersuku Buton, sedangkan Ibunda Ratna berasal dari suku Jawa
yang berasal dari Pulau Buton.
Mereka berdua merupakan perantauan yang berasal dari pulau
Buton yang datang ke Maluku dengan tujuan untuk mencari suasana kehidupan yang
baru dan menetap di Dusun Nusa Ela pada akhir abad 17 dan memasuki abad ke 18 silam.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya makam Bapak La Tapu yang terdapat di
Dusun Nusa Ela, beliau merupakan anak pertama dari Bapak La Salebo yang
merupakan orang pertama yang mendiami pulau ini.
Setelah beberapa tahun kemudian lahirlah seorang anak yang
kedua yang merupakan adik dari Bapak La Tapu yang lahir di pulau Ambon,
sehingga berdasarkan latar belakang inilah anak yang kedua ini diberi nama
Bapak La Ambo. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sekarang yang mendiami
Dusun Nusa ini telah sampailah pada generasi ke lima yang merupakan keturunan
anak cucu dari orang pertama yang mendiami pulau ini yakni oleh bapak La Salebo
bersama isterinya yang bernama Ibunda Ratna.
Hingga sekarang Dusun Nusa Ela merupakan sebuah hunian yang
merupakan salah satu bagian pulau dari ketiga pulau-pulau yang letak
keberadaanya terletak pada wilayah pesisir Kecamatan Leihitu. Daerah ini secara
umum dijuluki oleh masyarakat sekitar dengan julukan sebagai Dusun Pulau Tiga.
Pemberian julukan ini oleh masyarakat sekitar pesisir Kecamatan Leihitu
berdasarkan letak dan keberadaan pulau-pulau ini karena terdapat tiga kepulauan yang saling berdekatan
antara jarak pulau yang satu dengan pulau-pulau yang yang lainnya.
Seringkali wilayah ini dijadikan tempat persinggahan
sementara bagi para nelayan yang berasal dari wilayah lain, misalnya dari Pulau
Seram dan pesisir Jazirah Leihitu dan dari tempat lainnya untuk sejenak
berteduh dan berlabuh dalam waktu sementara keadaan cuaca yang buruk. Namun,
sekarang Nusa Ela dijadikan tempat tujuan wisata.
Pulau ini masih asli sehingga belum memiliki fasilitas
lengkap sebagai sebuah wisata seperti yang kita bayangkan. Hanya ada satu
resort yaitu Resost Nusa Ela. Resort ini menyediakan tempat pembilasan sesudah
berenng, tempat menginap, juga makan berat dan makan ringan (kudapan) seperti
pisang dan ubi yang digoreng atau pun direbus. Tak ketinggalan kelapa muda. Karena itu, harga untuk masuk ke Nusa Ela
termasuk mahal karena tak ada pembanding dan tak ada pilihan. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar