(Tulisan ini saya persembahkan untuk teman-teman saya Dian Ekowati, Devota Maria Laiyan, Sabaryati, dan Margaretha Josyarti)
Sore ini terasa kudus bagi saya. Udara segar sehabis hujan
deras. Dedaunan basah segar. Matahari senja bersinar menembus awan berwarna
keperakan, nampak penuh misteri. Terdengar azan mulai berkumandang. Jalanan lengang
karena semua orang berkumpul bersama keluarga untuk siap berbuka puasa.
Dengan laptop di hadapan. Jari-jari saya mulai asyik menari
menuangkan ide gagasan yang tiba-tiba datang menyeruak. Saya merasa sangat
bangga dengan diri saya saat ini. Saya merasa sudah memenangkan pertarungan
dengan diri saya. Saya tahu saya sudah melalui pergumulan Taman Zaitun saya
dengan elegan. Saya sungguh bangga dengan diri saya. Meski saya tahu akan ada
pertarungan-pertarungan lain di hadapan saya. Namun, tak jadi masaah, karena kebanggan
ini akan menjadi bekal dan kekuatan pada saat pertarungan-pertarungan
mendatang. Saya berhasil mereguk cawan yang ditawarkan untuk saya. Apakah saya
merasa terluka? Jujur: Ya.
Namun, luka ini menjadi goresan yang menjadi kebanggan saya
karena saya tak sedetik pun menghindar dan mengelak dari cawan yang harus saya
reguk. Seperti bekas luka pada tokoh Harry Potter yang menghias jidatnya. Menjadi
tanda dan tak terhapuskan.
Saya berterima kasih pada Bapa Surgawi yang sudah memberikan
peringatan lewat mimpi saya 3 bulan lalu. Sehingga ketika peristiwa ini
terjadi, paling tidak saya tak menyalahkan siapa pun termasuk menyalahkan diri
sendiri. Saya tahu bahwa ini semua akan dan harus terjadi untuk suatu
kebangkitan tidak hanya saya tapi banyak orang.
Saya mendapatkan banyak sekali inspirasi untuk tulisan saya
dari peristiwa yang saya alami. Salah satu inspirasi kali ini yang saya bagikan
adalah tentang perjuangan para perempuan perkasa untuk anak-anaknya yang
dipercayakan Tuhan. Para perempuan seperti ini begitu banyak di dunia ini. Namun, yang
jelas ril ada di hadapan saya dan bergaul serta tersentuh oleh saya adalah 4
perempuan yang saya tuliskan namanya di atas (Dian Ekowati, Devota Maria
Laiyan, Sabaryati, dan Margaretha Josyarti).
Saya sangat mengagumi kawan-kawan saya tadi. Mereka bukan
para perempuan yang sempurna, sama dengan perempuan lain punya kekurangan. Mereka
adalah para ibu yang berjuang untuk anak-anak mereka. Dian Ekowati berjuang
untuk anaknya yang mempunyai kebutuhan khusus ADHD (attention
deficit hyperactivity disorder), Devota Maria Laiyan yang berjuang untuk
anak laki-laki pertamanya yang dianggap kurang dalam menerima pelajaran sekolah,
dengan perjuangannya akhirnya anak ini bisa bersekolah dengan baik hingga lulus dari
perguruan tinggi. Sabaryati seorang ibu
yang memeprjuangkan pengasuhan anak perempuan semata wayangnya dalam perceraian
dengan mantan suaminya, dan Margaretha Josyarti yang mempunyai anak dengan
keterbatasan motorik, tetapi berhasil dalam perjuangannya untuk terapi dan
medidiknya menjadi anak yang sangat percaya diri.
Saya sangat mengagumi mereka. Dengan sekuat tenaga mereka
memberikan diri untuk belahan jiwa mereka. Tanpa memperhitungkan biaya, tenaga,
atau pun waktu, juga perasaan, mereka berjuang demi buah hati mereka.
Perjuangan mereka berbuah. Nampak dari bagaimana anak-anak bertumbuh dan
menjadi diri mereka sebagai pribadi yang utuh.
Saya tahu mereka tak mengejar harta atau jabatan. Mereka adalah
seorang ibu pekerja yang membagi waktunya, energinya, perasaannya, dan seluruh
dirinya untuk buah hati mereka. Saya tahu pengorbanan yang mereka berikan pasti
tak kan ternilai. Tak ada bandingannya. Saya tahu juga pada suatau saat tertentu mereka pasti
juga merasakan putus asa. Saya tahu persis bahwa saat tertentu mereka terpuruk. Saya tahu persis mereka mengalami sakit dan perih pada dada dan jiwa mereka. Namun, mereka tetap
melakukan apa yang harus mereka lakukan. Saya tahu doa adalah senjata utama
mereka. Karena sebetulnya mereka sedang menjalankan panggilan hidup mereka
sebagai seorang ibu yang hebat. Sebagai SUPER MOM.
Pesan kepada Super Mom:
Saya sangat kagum pada kalian. Kekaguman saya tak bisa saya
uraikan lewat kata-kata. Kekaguman saya pada kalian membuat dada saya serasa
penuh. Kekaguman saya membuat saya ingin memeluk kalian dan berkata terima
kasih kalian sudah menjadi bintang yang bersinar untuk orang-orang di sekitar. Meskipun
tak ada yang memberikan penghargaan pada kalian, tetapi alat Sang Pencipta yang
paling objektif, yang bernama SEMESTA, mencatat dan mengembalikan semua usaha,
energi positif, doa, dan cinta kalian dalam bentuk suka cita melalui anak-anak
yang kalian perjuangkan. Aku bersumpah! Semua
yang kalian perjuangkan lengkap akan dikembalikan sebagai kemenangan kalian! Itu
pasti! (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar