Jumat, 08 Juni 2018

SUPER MOM





(Tulisan ini saya persembahkan untuk teman-teman saya Dian Ekowati, Devota Maria Laiyan, Sabaryati, dan Margaretha Josyarti)
Sore ini terasa kudus bagi saya. Udara segar sehabis hujan deras. Dedaunan basah segar. Matahari senja bersinar menembus awan berwarna keperakan, nampak penuh misteri. Terdengar azan mulai berkumandang. Jalanan lengang karena semua orang berkumpul bersama keluarga untuk siap berbuka puasa.

Dengan laptop di hadapan. Jari-jari saya mulai asyik menari menuangkan ide gagasan yang tiba-tiba datang menyeruak. Saya merasa sangat bangga dengan diri saya saat ini. Saya merasa sudah memenangkan pertarungan dengan diri saya. Saya tahu saya sudah melalui pergumulan Taman Zaitun saya dengan elegan. Saya sungguh bangga dengan diri saya. Meski saya tahu akan ada pertarungan-pertarungan lain di hadapan saya. Namun, tak jadi masaah, karena kebanggan ini akan menjadi bekal dan kekuatan pada saat pertarungan-pertarungan mendatang. Saya berhasil mereguk cawan yang ditawarkan untuk saya. Apakah saya merasa terluka? Jujur: Ya.

Namun, luka ini menjadi goresan yang menjadi kebanggan saya karena saya tak sedetik pun menghindar dan mengelak dari cawan yang harus saya reguk. Seperti bekas luka pada tokoh Harry Potter yang menghias jidatnya. Menjadi tanda dan tak terhapuskan.

Saya berterima kasih pada Bapa Surgawi yang sudah memberikan peringatan lewat mimpi saya 3 bulan lalu. Sehingga ketika peristiwa ini terjadi, paling tidak saya tak menyalahkan siapa pun termasuk menyalahkan diri sendiri. Saya tahu bahwa ini semua akan dan harus terjadi untuk suatu kebangkitan tidak hanya saya tapi banyak orang.

Saya mendapatkan banyak sekali inspirasi untuk tulisan saya dari peristiwa yang saya alami. Salah satu inspirasi kali ini yang saya bagikan adalah tentang perjuangan para perempuan perkasa untuk anak-anaknya yang dipercayakan Tuhan. Para perempuan seperti  ini begitu banyak di dunia ini. Namun, yang jelas ril ada di hadapan saya dan bergaul serta tersentuh oleh saya adalah 4 perempuan yang saya tuliskan namanya di atas (Dian Ekowati, Devota Maria Laiyan, Sabaryati, dan Margaretha Josyarti).

Saya sangat mengagumi kawan-kawan saya tadi. Mereka bukan para perempuan yang sempurna, sama dengan perempuan lain punya kekurangan. Mereka adalah para ibu yang berjuang untuk anak-anak mereka. Dian Ekowati berjuang untuk anaknya yang mempunyai kebutuhan khusus  ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), Devota Maria Laiyan yang berjuang untuk anak laki-laki pertamanya yang dianggap kurang dalam menerima pelajaran sekolah, dengan perjuangannya akhirnya  anak ini bisa bersekolah dengan baik hingga lulus dari perguruan tinggi.  Sabaryati seorang ibu yang memeprjuangkan pengasuhan anak perempuan semata wayangnya dalam perceraian dengan mantan suaminya, dan Margaretha Josyarti yang mempunyai anak dengan keterbatasan motorik, tetapi berhasil dalam perjuangannya untuk terapi dan medidiknya menjadi anak yang sangat percaya diri.

Saya sangat mengagumi mereka. Dengan sekuat tenaga mereka memberikan diri untuk belahan jiwa mereka. Tanpa memperhitungkan biaya, tenaga, atau pun waktu, juga perasaan, mereka berjuang demi buah hati mereka. Perjuangan mereka berbuah. Nampak dari bagaimana anak-anak bertumbuh dan menjadi diri mereka sebagai pribadi yang utuh.

Saya tahu mereka tak mengejar harta atau jabatan. Mereka adalah seorang ibu pekerja yang membagi waktunya, energinya, perasaannya, dan seluruh dirinya untuk buah hati mereka. Saya tahu pengorbanan yang mereka berikan pasti tak kan ternilai. Tak ada bandingannya. Saya tahu juga pada suatau saat tertentu mereka pasti juga merasakan putus asa. Saya tahu persis bahwa  saat tertentu  mereka terpuruk. Saya tahu persis mereka mengalami sakit dan perih pada dada dan jiwa mereka. Namun, mereka tetap melakukan apa yang harus mereka lakukan. Saya tahu doa adalah senjata utama mereka. Karena sebetulnya mereka sedang menjalankan panggilan hidup mereka sebagai seorang ibu yang hebat. Sebagai SUPER MOM.

Pesan kepada Super Mom:
Saya sangat kagum pada kalian. Kekaguman saya tak bisa saya uraikan lewat kata-kata. Kekaguman saya pada kalian membuat dada saya serasa penuh. Kekaguman saya membuat saya ingin memeluk kalian dan berkata terima kasih kalian  sudah menjadi bintang  yang bersinar untuk orang-orang di sekitar. Meskipun tak ada yang memberikan penghargaan pada kalian, tetapi alat Sang Pencipta yang paling objektif, yang bernama SEMESTA, mencatat dan mengembalikan semua usaha, energi positif, doa, dan cinta kalian dalam bentuk suka cita melalui anak-anak yang kalian perjuangkan.  Aku bersumpah! Semua yang kalian perjuangkan lengkap akan dikembalikan sebagai kemenangan kalian! Itu pasti! (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar